Bab 15 - Perjanjian Kontrak

Sania tau betul dimana titik kelemahan Arka. Sambil mengecup dada suaminya yang bidang itu Arka pun terbuai oleh servis yang diberikan istrinya. Sesi bercinta Arka dan Sania begitu bergelora mengingat setelah ini Arka akan memiliki istri baru yang hanya istri siri. 

Setelah sesi bercinta itu selesai mereka pun bersiap untuk pergi ke pertemuan keluarga bersama dengan Ayah dan ibu mertuanya.

"Ayo kita siap-siap mas, kamu sudah selesai kan?" Tanya Sania sambil beranjak dari atas kasurnya.

"Aku mau mandi dulu." Sambil berjalan memasuki kamar mandi.

Sania pun touch up lagi dengan sedikit make up tipis yang membuat penampilan nya terlihat elegan.

Jam menunjukkan pukul 20.00 mereka pun sudah berada di Restaurant InterContinental Jakarta tempat dimana Rara dan Mamanya menginap. Acara malam itu adalah makan malam bersama Arka, Sania, Hartanto dan istrinya Sarah, untuk membahas mengenai pernikahan kontrak Arka.

Setelah tiba di Restoran tepat di lantai bawah, pandangan mata Rara dan Sarasti begitu takjub melihat kemegahan restaurant itu. Sarasti merasa ini adalah awal yang baik untuk hidup Rara kedepan nya. 

"Silahkan duduk Nyonya." Ucap pelayan tersebut mempersilahkan Rara dan Sarasti duduk.

"Terimakasih ya." Jawab Rara lalu duduk di kursinya.

5 menit kemudian rombongan keluarga Arka pun tiba, seperti di serial drama korea vibes keluarga mereka begitu menawan, Arka yang terlihat gagah dengan setelan jas berwarna navy, serta memakai jam tangan merk Rolex dan sepatu bermerk guc**i itu sukses membuat Sarasti terkesima dan takjub karena baru kali ini ia ketemu dengan CEO tampan di dunia nyata.

Begitu juga dengan Sania dia tetap terlihat cantik dan elegan dimanapun berada. Mata Rara tak bisa lepas memandang ke arah mereka saat berjalan menuju ke meja makan.

Hatinya berdebar kencang melihat visualnya Arka begitu gagah dan tampan, wajah Rara mulai tegang, tangan dan kakinya mulai gemetaran.

"Ma aku takut!" Ucap Rara kepada Mamanya.

"Tenang Ra, kamu harus bersikap tenang, tunjukkan kalau kamu wanita high class." 

Jawab Sarasti menguatkan Rara.

Dengan wajah yang pucat Rara merasa sangat gugup malam itu. Tangan nya gemetaran ia kelihatan sekali sangat tegang dan tak dapat menutupinya.

"Kamu gugup ya Ra, jangan gugup! tanganmu gemetaran sekali loh, sudah jangan dipikirkan!" Ujar Sarasti memberi tahu Rara agar tidak kelihatan gugup.

Setelah mereka semua berada di satu meja yang sama Rara dan Sarasti pun menyambut dengan berjabat tangan kepada Presdir Hartanto dan rombonganya.

"Mari silahkan duduk." Ujar Sania mempersilahkan duduk.

Sania benar-benar tegang, dia sama sekali tidak berani menoleh ke arah Arka yang duduk tepat di depan matanya.

Arka dan Sania duduk bersebelahan, sedangkan Rara dan Sarasti duduk tepat berhadapan dengan Arka dan Sania. Disusul dengan Presdir hartanto dan istrinya yang duduk di sisi kanan dan kiri. Meja besar itu di isi oleh 6 kursi.

"Selamat malam Bu Sarasti." Sapa Sarah istri Presdir dengan ramahnya.

"Biar lebih kenal lagi saya akan memperkenalkan anggota keluarga kami." Ujar Sarah membuka pembicaraan.

"Anggap saja ini pertemuan santai ya Bu, jangan takut karena kita juga manusia biasa sama seperti ibu." Sambung Sarah berkata dengan ramahnya sambil tersenyum.

"Ah baiklah Nyonya." Jawab Sarasti sambil menatap wajah Sarah dan melemparkan senyum.

"Ini Suami saya namanya Hartanto." Sambil menunjuk Suaminya tepat di hadapannya.

"Lalu ini anak satu-satunya kami namanya Arka Wicaksono." Sambil menunjuk Arka di sebelah kanan nya.

"Dan ini menantu kami namanya Sania Veronica." Sambil menunjuk Sania di sebelah kanan Arka.

"Kita tadi belum kenalan ya?" Tanya Sarah kepada Rara.

"Ah iya saya Rara Putri Angelin dan ini Mama saya Sarasti." Sambil menunjuk ke arah Sarasti.

"Senang bertemu dengan kamu Rara." Jawab Nyonya Sarah kepada Rara.

"Jadi begini saya langsung menuju point utama ya, Anak menantu saya sudah lama menginginkan seorang bayi, begitupun dengan kami berdua, mengingat anak saya hanya satu, perusahaan kami harus memiliki pewaris tahta, dan jika Ibu berkenan merestui putri ibu untuk menikah siri dengan putra kami dengan rentang waktu sampai bayi itu lahir, bisa dibilang ini adalah pernikahan kontrak, saya jamin masa depan anak Ibu ada ditangan saya, saya akan menutupi pernikahan anak ibu dengan rapi, saya jamin tidak ada yang tau kalau Rara pernah menikah siri, apa Ibu berkenan dengan tawaran saya ini?" Tanya Sarah kepada Sarasti dengan serius.

"Awal mulai saya mengetahui kabar kalau Presdir sedang mencari istri kedua untuk putranya adalah dari teman kantor saya di cabang Surabaya, dengan pikiran saya ingin membantu keluarga Presdir tulus dari hati saya, saya akhirnya bercerita tentang maksud Presdir mencari istri muda untuk mendapatkan seorang anak kepada putri saya, awalnya putri saya menolak keras, tapi lama kelamaan saya berhasil meyakinkan dia agar bersedia nikah kontrak, kalau memang Putri saya bisa langsung hamil itu berarti hanya 1 tahun saja usia pernikahan kontrak ini, dengan pergulatan batin yang panjang akhirnya putri saya pun menerima tawaran ini, dan kami bersedia Nyonya membantu keluarga nyonya mendapatkan seorang anak dari rahim putri saya." Ujar Sarasti menjelaskan panjang lebar.

Semua yang berada di meja makan itu pun terdiam, begitu pula dengan Arka dan Sania mereka tertegun mendengar jawaban Sarasti.

"Bagaimana Arka apa kamu siap?" Tanya Sarah kepada Arka.

Lamunan Arka pun buyar, dia menoleh ke arah Mamanya sembari mengatakan "terserah Mama, kalau memang kalian semua setuju aku bisa apa!"

"Lalu Sania bagaimana apa kamu setuju suamimu menikah siri dengan wanita lain?" Tanya Sarah kepada Sania.

Sania hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Kalau semua sudah setuju kita percepat saja pernikahannya, karena Rara sudah di Jakarta jadi apa bisa lusa Akad Nikah itu dilakukan?" Tanya Sarah kepada Sarasti dan Rara.

"Apa Ma? Hari lusa? Kenapa cepat sekali?" Tanya Arka kaget dengan perkataan Mamanya.

"Iya lebih cepat lebih baik Ka, Ayah setuju dengan Mamamu!" Jawab Hartanto menyetujui ide Istrinya itu.

"Tapi apa tidak terlalu cepat nyonya, saya punya banyak kerjaan di Surabaya, dan kami berdua juga tidak banyak membawa baju, jadi bisakah kami pulang ke Surabaya dulu." Tanya Rara kepada Sarah.

"Kalau masalah kerjaan setelah menikah bisa dilanjutkan lagi disini, dan kalau masalah baju tidak kurang toko baju, nanti Sania bisa membantumu kok." Ujar Sarah menjawab perkataan Rara.

Mata Rara melihat dokumen perjanjian di atas meja. Ia pun mengambil dokumen tersebut lalu membacanya. Disana tertulis bahwa ia akan menjadi istri kontrak selama dia melahirkan bayi, atau sekitar 1 tahun, dan uang sebesar 2 miliar rupiah sebagai mahar Rara.

Arka pun langsung menandatangani dokumen tersebut, begitu juga dengan Rara dan semua saksi yang berada disana.

Pernikahan siri itu pun akan dilakukan 2 hari kedepan.

Rara pun tertegun setelah melihat isi dokumen tersebut dan terpaksa menandatanganinya.

-----

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!