Keesokan paginya di hari kamis, cahaya mentari pagi menyelinap memasuki jendela kaca kamar Rara pagi itu. Menyilaukan mata Rara yang tertidur pulas, hingga dia pun dikagetkan dengan bunyi alarm yang berdering kencang.
"Kring! Kring! Kring!" suara alarm mengagetkan Rara yang tengah tertidur pulas.
Rara yang mendengar suara alarm itu pun tersadar dan bergegas untuk bangun.
"Jam berapa ini ma?" Tanya Rara sambil bangun dan berdiri membereskan ranjangnya, lalu masuk ke kamar mandi.
"Ini sudah jam 7 pagi. Mama nanti jam 2 siang mau jemput pamanmu di bandara, apa kamu mau ikut?" Tanya Sarasti kepada Rara.
"Ah tidak ma, mama berani kan berangkat sendiri, aku nanti mau menemui istrinya Pak Arka, ada yang ingin aku bicarakan." Jawab Rara memberitahukan keinginan nya.
Mendengar sang anak mau menemui istri CEO itu, Sarasti pun sontak memasang mimik wajah yang kaget tidak setuju.
"Apa? Kenapa kamu harus bertemu dengan wanita itu? Kamu mau ngomong apa sih Ra! Jangan memperlihatkan kelemahanmu, dia sendiri kan yang memilihmu masuk ke dalam rumah tangga mereka, jadi jangan menunjukkan kebaikanmu didepan mereka, mereka itu orang kaya, orang berduit, nggak usah dikasihani."
"Sudah ayo ikut mama aja jemput pamanmu, pokoknya kamu nggak boleh ketemu sama istrinya secara pribadi, itu berbahaya untukmu Ra, memangnya apa yang ingin kamu bicarakan sama dia?" Tanya Sarasti lagi dengan khawatirnya.
"Mama nggak usah khawatir, Aku cuma mau bilang karena kita sesama perempuan, cuma mau mengutarakan isi hatiku Ma, aku tau perasaanya sedih kemarin, yang paling berat di hubungan ini sebenarnya adalah istrinya Ma, dan aku ingin mensuport dia dan mengatakan kalau aku tidak akan macam-macam dengan suaminya, itu saja." Ujar Rara menjelaskan sambil tertunduk lesu.
"Apa Ra? Kamu jangan lakukan itu, itu bukan ranahmu Ra, sudah menjadi konsekuensinya kalau memang dia merasa sakit hati, karena wajar istri mana yang rela suaminya menikah lagi dengan wanita lain, tapi disisi lain dia sendiri kan yang menyetujui kamu menjadi istri kontraknya demi mendapatkan anak, dia yang menginginkan kamu masuk kedalam rumah tangganya. Bukan kamu Ra. Jadi dengarkan kata Mama, kita harus main cantik, kalau mereka butuh apa-apa mereka yang harus menemui kita! Kamu mengerti kan Ra?" Ujar Sarasti menentang perkataan Rara.
Rara pun terdiam dan memikirkan perkataan mamanya, memang ada benarnya kata-kata mama tadi, kenapa aku yang harus menemui istrinya, sedangkan akulah yang dipilihnya untuk masuk ke dalam rumah tangganya, menjadi istri kontrak suaminya. Jadi kalau memang dia sakit hati dan merasa dikhianati itu sudah konsekuensinya, aku tidak harus memberinya simpati, karena aku juga tidak tahu rencana apa yang akan dilakukan kepadaku, jadi aku tidak boleh bertemu dengan nya secara pribadi, batin Rara sambil mencerna omongan mamanya.
"Baiklah aku mengerti ma." Rara pun mengangguk sambil menghela nafas panjang.
"Mama nggak mau anak mama ini di injak-injak orang, anak mama harus kuat dan terhormat, jangan menunjukkan simpatimu kepada orang kaya, mereka hanya akan mencibirmu. Harusnya malah mereka yang memberi kita rumah, bukan malah menyuruh kita tinggal di hotel terus." Ucap Sarasti dengan bijaknya.
Nanti mama akan menghubungi asisten Presdir Hartanto, mama akan minta kita tinggal di rumah saja, soalnya kalau di hotel mama nggak bisa bercocok tanam, nggak bisa menanam bunga kesukaan mama, hotel ini mewah tapi mama nggak terlalu suka tinggal di hotel, dan lagi kamu perlu privasi kan?"
"Orang kaya jelas punya banyak rumah, beli rumah seperti beli baju di pasar, kalau kita nggak minta mereka nggak akan tau kebutuhan kita Ra! Rumah kita di Surabaya bagus, seenggaknya mereka harus kasih kita hunian yang lebih bagus lagi." Ucap Sarasti sambil tertawa bahagia.
"Ah mama ini bisa aja sih." Sambung Rara dengan gelak tawa.
"Mama kan sudah bilang berkali-kali, kalau ada mama semua pasti baik-baik saja, kamu nggak usah khawatir Ra!" Dengan wajah bahagia Sarasti pun tersenyum sumringah.
"Hari ini ayo kita belanja baju dan pergi ke salon, kamu harus tampil cantik besok di
acara akad nikahmu, buatlah CEO itu tak bisa berpaling darimu, kamu sekarang di atas langit karena kecantikanmu menandingi istrinya, istrinya itu cantik karena perawatan mahal, coba kalau dia tidak perawatan di klinik kecantikan pasti wajahnya biasa aja, nggak cantik-cantik banget, kalau anak mama ini cantik dari lahir, tinggal dipoles sedikit, beuh!! Selesai sudah, laki-laki mana yang nggak kepincut pesonamu." Ujar Sarasti menjelaskan panjang lebar dengan bangganya.
"Ah mama ini bisa aja sih, jangan membuatku besar kepala ma." Ujar Rara sambil tersenyum bahagia.
"Baiklah ma kalau gitu aku mandi dulu setelah itu ayo kita makan dibawah." Rara pun bergegas untuk segera mandi.
Tring! Tring! Tring terdengar suara bel dari depan pintu kamar Sarasti.
Sarasti pun berjalan melihat siapa yang datang di kamera smart door pintu hotel tersebut. Ternyata yang datang adalah Roni, asisten Presdir Hartanto. Sarasti pun langsung membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan masuk.
"Selamat pagi pak Roni, mari masuk pak!" Ujar Sarasti mempersilahkan masuk.
"Baik terimakasih bu Saras, sambil berjalan memasuki lorong kamar dan berhenti di living room kecil untuk tamu.
"Silahkan duduk pak." Ujar Sarasti mempersilahkan tamunya untuk duduk.
"Kebetulan sekali pak Roni kesini, ada yang mau saya minta kepada bapak.
"Apa itu bu Saras?"
"Jadi gini pak, Saya ini kan terbiasa tinggal di rumah, menurut saya rumah adalah tempat tinggal yang paling nyaman untuk keluarga, mulai dari suasananya dan lingkunganya. Sampai kapan kita mau tinggal di hotel ini terus ya pak Roni? Hotel ini pun bagus memang, mewah sekali, tapi tidak cocok untuk rumah tangga Rara ke depanya, apalagi nanti kalau anak saya hamil juga pasti lebih nyaman tinggal di rumah.
Pak roni tolong tanyakan kepada Presdir Hartanto sampai kapan kami akan tinggal di hotel? Mengingat besok sudah akad nikah mereka." Tanya Sarasti menjelaskan panjang lebar.
"Ah iya bu Saras, mengenai rumah memang bu Saras dan mbak Rara akan pindah setelah ini ke rumah mewah milik bapak Arka, tujuan saya kesini memang salah satunya mau memberitahu bu Saras mengenai rumah. Nanti jam 3 sore akan saya jemput untuk pindah ke rumah baru." Ujar Roni mengatakan kepada Sarasti.
Dengan mata yang berkaca-kaca Sarasti pun terkejut sekaligus bersyukur mendengar pernyataan pak Roni.
"Terimakasih ya pak, sungguh sangat pengertian sekali pak." Ujar Sarasti mengatakan.
"Ini semua sudah direncanakan bu, ibu tidak usah khawatir, kalau ada apa-apa bisa menghubungi saya, nanti akan saya sampaikan kepada tuan Arka."
Lalu tujuan saya kesini adalah meminta berkas-berkas data mbak Rara, mulai dari KTP dan KK, tolong disiapkan ya bu." Ujar Pak Roni meminta data identitas Rara.
"Baik pak sebentar saya ambilkan." Sambil berjalan menuju ke dalam kamar.
"Siapa yang datang ma?" Tanya Rara kepada mamanya.
"Pak Roni asisten Presdir datang untuk meminta kelengkapan data identitas kamu, dan juga menyuruh kita nanti jam 3 sore pindah ke rumah yang sudah disiapkan pak Arka." Ujar Sarasti memberi tahu Rara dengan gembiranya.
"Apa mama senang?" Tanya Rara kepada mamanya.
"Ya mama seneng banget lah Ra, apa kamu nggak senang dengan keputusan ini?" Tanya Sarasti memastikan kepada Rara.
Rara pun memasang wajah cemberut seakan ada yang menjanggal dihatinya.
--------
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments