Bab 7 - Kisah Mendiang Airin

"Apa? Mama ngomong apa? Aku nggak mau!" Teriak Rara dengan kencangnya.

"Apa sih alasan Mama ngebet banget ngenalin aku sama orang itu? Apa dia memberi Mama banyak uang? Apa sekarang Mama mau menjualku?" Cecar Rara bertanya dengan nada penuh emosi.

"Asal Mama tau ya, dari kecil aku selalu mengikuti perintah Mama, mulai dari memaksaku masuk jurusan IPA, memaksaku jadi model dan ikut casting, lalu memaksaku pergi menemui laki-laki siapa itu namanya? Aku pun sampai lupa karena semua yang aku lakukan di hidupku selalu diatur oleh Mama!" Protes Rara dengan kesalnya.

"Aku capek Ma, kenapa Mama suka banget sih maksa aku, sebenarnya yang berhak atas hidupku ini aku atau Mama sih!" Teriak Rara dengan kerasnya seakan tidak takut lagi dengan Mamanya.

"Mama tau kan gimana menderitanya Kak Airin selama ini? Itu semua karena siapa? Karena ulah Mama kan!" Bentak Rara semakin menjadi-jadi, kemarahan Rara benar-benar memuncak jika dia teringat tentang kisah mendiang kakak perempuanya.

"Mama mau aku seperti Kak Airin? Ha? Mama mau?" Teriak Rara dengan air mata yang menetes membasahi pipinya.

"Sudah diam! Jangan bahas orang yang sudah mati!" Jawab Bu Sarasti dengan ketusnya.

"Iya karena Mama nggak mau disalahkan kan? Asal Mama tau, kalau aja malam itu kak Airin nggak dipaksa ketemu sama laki-laki pilihan Mama pasti dia nggak akan lari dan ke tabrak mobil!" Ungkap Rara mengorek masa lalu kakaknya dengan derai air mata yang membasahi pipinya.

"Kita itu bukan bonekanya Mama, yang bisa seenaknya Mama atur-atur!" Sambung Rara terus menjelaskan tanpa henti.

"Sehari sebelum Kakak meninggal dia cerita ke aku kalau dia itu stres karena mau dijodohkan sama laki-laki yang beristri, apa Mama saat itu mikirin perasaan Kakak? Apa Mama pernah berpikir bagaimana perasaan anakku jika kupaksa menuruti kemauanku! Apa Mama pernah mikir kayak gitu? Hingga sekarang Mama tetap mengulang kejadian dulu kepadaku! Mama mau aku nyusul Kak Airin juga." Papar Rara menjelaskan panjang lebar.

5 tahun yang lalu Airin kakak perempuan Rara meninggal dunia dengan tragis karena kecelakaan yang dialaminya, dia tertabrak mobil saat sedang berlari kencang karena berusaha kabur dari laki-laki yang dikenalkan Mamanya. Kecelakaan fatal itu langsung merenggut nyawa Airin seketika. Airin yang berlari di seberang jalan menoleh ke belakang melihat laki-laki itu ternyata sudah ada di belakangnya, dengan perasaan takut dan panik Airin pun nekat menyeberang jalan raya yang saat itu sedang ramai, dan benar saja saat Airin mulai berada di tengah jalan ada mobil dari arah kiri melaju kencang, dan kecelakaan naas pun tak dapat terkendali.

Airin meninggal di tempat dengan tragis, tubuhnya terpental kurang lebih sekitar 10 meter dari tengah jalan raya, gadis cantik itu tutup usia saat berumur 27 tahun, kepergian Airin begitu mengagetkan dan sangat tidak terduga, semua orang dekat dan sanak keluarga begitu kehilangan sosok Airin yang dikenal berprestasi itu.

"Mama memang nggak berubah, tetap sama seperti dulu, coba kalau Kak Airin masih ada, pasti Mama akan sibuk mengatur-atur kehidupan kami!" Ujar Rara membela diri.

"Cukup! Diam kamu! Kamu itu berani sama Mama! Siapa yang melahirkanmu ke dunia? Siapa yang membesarkanmu? Coba pikir jangan berani-beraninya kamu melawan Mama!" Ujar Sarasti dengan ketusnya sambil berjalan menuju kamarnya.

Rara pun ditinggal sendiri dengan perasaan hati yang sangat kacau, dia meratapi nasibnya yang malang, kehilangan Kakaknya yang sangat ia cintai, lahir dengan tidak tahu dimana ayah kandungnya, tidak pernah bertemu dan tau siapa ayah kandung sebenarnya karena sang Mama tidak pernah menjelaskan kepadanya.

Rara menangis tersedu-sedu dan terduduk di bawah anak tangga, lalu dari arah pintu luar terdengar ada suara orang yang datang.

"Bu Saras, bu saras!" terdengar suara perempuan memanggil nama Bu Sarasti, suara tersebut tidak asing ditelinga Rara.

Mendengar ada yang datang Rara pun bergegas berdiri dan menyeka air matanya.

"Iya, siapa?" Tanya Rara sambil membukakan pintu.

"Eh Rara, mana Mamamu Ra?" Tanya seorang wanita paruh baya berumur sekitar 40 tahun.

"Ada di dalam Tante, silahkan masuk." Ucap Rara mempersilahkan masuk.

Wanita necis yang berambut pirang itu pun masuk kedalam rumah, sambil menenteng tas keluaran baru merk chn***l. Sangat modis dari atas ke bawah. Dia adalah Tante Alda, teman arisan Bu Sarasti.

"Mata kamu sembab kenapa?" Tanya Tante Alda sambil melihat mata Rara dengan seksama.

"Ah nggak papa Tante, tadi kelilipan debu." Timpal Rara menambahkan.

"Silahkan duduk tante, Mama ada didalam kamar, sebentar aku panggilkan." Tandas Rara mempersilahkan duduk.

Melihat sekeliling ruangan itu keluarga Rara termasuk keluarga berada, walau Ayahnya tidak pernah ada tapi sang Mama berjuang untuk membesarkan dia dan Kakaknya mendiang Airin. Maka dari itu dari dalam hati yang paling dalam sebenarnya Rara juga tidak ingin beratem dengan Mamanya, tapi apa boleh buat hati Rara terlanjur sakit.

"Ma, ada tante Alda datang nyari Mama." Teriak Rara memberi tahu Mamanya sambil mengetuk pintu kamar sang Mama.

Kamar Bu Sarasti ada di bawah lantai 1  dekat dengan ruang tamu, ruang makan dan pantry, sedangkan kamar Rara ada di lantai 2, dulu ketika masih ada mendiang Kakaknya Rara tidur dengan Airin. Sehingga hubungan mereka terjalin sangat dekat, semenjak ditinggal sang kakak kehidupan Rara jadi semakin sepi, ditambah lagi sang Mama sering memaksakan kehendaknya yang semena-mena.

"Iya, aku tunggu kamu dari tadi loh." Ujar Sarasti menjawab sambil keluar dari kamarnya.

Mendengar Mamanya mau keluar kamar Rara pun bergegas untuk pergi dan naik kekamarnya, dia masih marah dengan kejadian tadi.

"Hay Da, gimana sudah kamu bawakan tas pilihanku yang kemarin? Ada kan modelnya?" Tanya Sarasti dengan ramahnya.

"Iya ada, ini aku bawain tas pesanan kamu jeng, ini coba lihat sini!" Sambil menaruh tas godiebag itu keatas meja dan menyodorkanya ke arah Sarasti.

"Wah, wah, wah senangnya." Dengan mata berbinar Sarasti pun membuka godibag tersebut.

"Aduh cantik sekali ini, tasnya cantik sekali loh, nggak salah pilih kan aku". Sambil menenteng tas mahal keluaran baru tersebut Sarasti pun bergaya menenteng tas itu dengan angkuhnya.

"Ya iyalah jeng nggak mungkin salah pilih, pilihan Alda selalu bagus." Timpal Alda sambil tersenyum bahagia karena telah berhasil memilihkan tas harga mahal kepada Bu sarasti.

"Ini pasti cocok dipakai ke Jakarta besok lusa, gimana menurut kamu aku udah jadi wanita high clas belum?" Tanya Sarasti dengan percaya dirinya mondar mandir menenteng tas bermerk itu.

"Ah ya jelas dong jeng, kalau mau ketemu calon besan kan harus keren juga dari atas sampai bawah!" Tutur Alda bercerita dengan bahagianya karena dia berhasil menjual tas harga ratusan juta tersebut.

"Jadi kapan nikahanya Rara jeng? Jadi akhir bulan ini kan?" Tanya Alda dengan penasaranya.

---------

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!