Setelah terbang 1 jam 30 menit Rara dan Sarasti pun tiba di Bandara Soekarno Hatta. Setibanya mereka langsung dijemput oleh Asisten Presdir Hartono yang sedari tadi menunggu kedatangan Rara dan Sarasti, mereka berdua pun dijemput menggunakan mobil Alphard warna hitam yang sangat mewah.
"Mari silahkan masuk, saya Roni asisten Presdir Hartanto, saya diperintahkan untuk menjemput nyonya." Sambil membuka pintu mobil mempersilahkan masuk.
"Ah terima kasih pak, saya Sarasti dan ini anak saya Rara!" Ujar Sarasti memperkenalkan diri dengan bahagianya, wajahnya begitu sumringah melihat yang menjemputnya bukan orang sembarangan, Sarasti merasa terhormat sekali.
Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan sampailah di hotel tempat mereka menginap, hotel bintang 5 yang bernama Intercontinental Jakarta ini bertarif kurang lebih sekitar 2.7 juta/malam, sungguh sangat terhormat sekali mereka berada di sana.
"Silahkan sudah sampai nyonya, semua barang akan diantar oleh staf hotel ke kamar nyonya." Ujar Roni lalu beranjak pergi.
Setelah mereka sampai di lobi hotel receptionist pun memberikan kunci kamar mereka. Rara dan Sarasti menaiki lift menuju kamar 567 di lantai 15. Kamar itu pun sangat mewah dengan pemandangan balkon kota Jakarta yang mempesona.
Jam masih menunjukkan pukul 16.00, setelah beristirahat sebentar Rara dan Sarasti pun berjalan-jalan menikmati udara sore hari. Kota Jakarta begitu ramai oleh hiruk pikuk orang berlalu lalang.
"Ma aku deg-degan nih!, aku takut!" Mata Rara tak berhenti melihat sekeliling taman hotel karena dia sedang gugup sekarang.
"Ah nggak papa, kan ada Mama, kamu nggak perlu khawatir semua pasti baik-baik saja." Sarasti mencoba menguatkan Rara.
"Asal kamu tau Mama dulu pernah diajak Ayahmu ke Jakarta waktu kami bulan madu dulu, sekalian menemui teman Ayahmu di Pejaten, Mama waktu itu benar-benar seperti anak bawang yang nggak tau hiruk pikuk kota besar, baru pertama kali dibawa ke Jakarta perasaan Mama seneng banget pokoknya, lihat orang-orang pulang kantor itu rasanya seneng banget, lihat orang-orang bawa mobil mewah itu rasanya pengen banget suatu saat bisa kesampaian beli mobil, dan Mama pun akhirnya bisa membuktikanya, semua itu karena kemauan dan kerja keras, membesarkan dua anak perempuan sendiri itu butuh banyak biaya lho Ra." Ucap Sarasti mulai bercerita kepada Rara sambil bersantai di taman.
"Aku itu suka dengan kerja keras Mama, Mama membesarkanku sama kak Airin sendiri, Mama buat usaha demi usaha kadang ada yang menghasilkan kadang juga ada yang bangkrut, semua itu udah Mama lakukan, Mama memang perlu diacungi jempol jika tentang etos kerjanya, tapi dibalik semua itu satu hal yang aku tidak suka dari Mama yaitu suka sekali mengatur atur hidupku, Mama selalu cerewet dengan apapun yang aku lakukan, itu yang membuat aku sama kak Airin begitu tertekan Ma, kita nggak bisa ngelakuin apa yang kita inginkan. Karena Mama selalu atur hidup kita!" Bercerita sambil meneguk botol air putih ditanganya.
"Itu semua Mama lakukan karena Mama nggak mau anak gadis Mama masuk k lubang yang salah, terjerumus ke hal-hal yang tidak benar, Mama khawatir setengah mati, Mama nggak mau kehilangan kalian, cukup kehilangan Ayahmu, lalu kematian Airin juga malah membuat Mama makin terpuruk, setiap hari kamu menyalahkan Mama, sampai saat ini pun kamu masih mengungkit kematian Airin adalah salah Mama! Orang tua Mana yang mau anaknya meninggal? Nggak ada Ra, nggak ada!" Ujar Sarasti menceritakan isi hatinya dengan menahan pilu.
"Cukup Ma, dibalik itu semua kita nggak bisa melawan yang namanya takdir, kalau memang usia kak Airin hanya sampai disitu ya mau gimana lagi, tapi memang waktu itu kak Airin cerita kalau dia nggak mau ketemu sama laki-laki pilihan Mama, dia nangis waktu itu Ma." Jawab Rara mengenang masa lalu bersama sang Kakak.
"Ya kalau nggak suka kan tinggal ngomong sama Mama, kalau kakakmu nggak mau lho Mama bisa membatalkan pertemuan itu Ra, kan gampang, tinggal bilang sama Mama, apa yang nggak suka ngomong, Mama membebaskan semua anak Mama buat ngomong kan?" Tanya Sarasti kepada Rara.
"Iya tapi waktu itu kak Airin memang kayak lagi sedih banget Ma, dia seperti punya beban dalam hidupnya, yang aku pun nggak tau kenapa, kak Airin nggak pernah cerita kalau dia ada masalah. Hingga saat itu tiba dia harus pergi untuk selamanya." Sambung Rara menceritakan kisah mendiang Kakak perempuanya.
"Mama selalu mendoakan yang terbaik untuk Kakakmu Ra, Airin adalah anak yang pintar, Bahkan saat dia masih umur 5 tahun dia bisa lo jagain kamu saat Mama tinggal masak dan bersih-bersih rumah, dia selalu menjagamu Ra." Terang Sarasti mengingat masa kecil Rara dan Airin.
Tak terasa obrolan mereka pun telah sampai petang, langit jakarta mulai memerah, jam menunjukkan pukul 6 sore itu berarti kurang 2 jam lagi mereka bertemu dengan Arka Wicaksono dan Istrinya Sania Veronica.
"Ayo kita balik ke kamar Ma." Ajak Rara menyuruh Mamanya masuk ke kamar hotel.
Mereka pun akhirnya kembali menuju kamar dan bersiap-siap untuk menemui pertemuan itu. Rara pun tampil dengan anggun memakai baju dress cantik berwarna navy dengan memakai high heels yang mempermanis penampilanya malam itu, make up tipis di aplikasikan di wajahnya membuat penampilanya malam itu begitu menawan, aura kecantikan Rara pun bersinar. Hingga membuat takjub siapapun yang melihatnya.
"Ayo Ra kamu udah siap?" Tanya Sarasti kepada Rara.
"Huft, aku deg-degan Ma! Apa penampilanku terlalu berlebihan?"
"Ya enggak dong kamu cantik banget malam ini!" Hehehehe anak Mama cantik banget sih Nak!" Ujar Sarasti mencoba menggoda Rara.
Sementara itu di kediaman Arka dia pulang kantor lebih cepat jam 6 sore, karena perkataan Ayahnya tadi dia akhirnya jadi mengikuti pertemuan ini, dengan berat hati Arka melakukan hal konyol tersebut.
"Hay sayang, kamu pulang cepet?" Sapa Sania dengan bahagianya.
"Iya karena Ayah yang menyuruhku pulang." Tandas Arka sambil memperlihatkan mimik wajah yang datar.
"Ah terimakasih sayang sudah bersedia melakukan ini demi kita." Ujar Sania sambil mencium bibir suaminya tersebut dan Arka pun langsung membalas ******* bibir istrinya yang cantik itu dengan penuh gairah.
"Kamu mau kita ke kamar dulu?" Tanya Arka kepada Sania.
"Boleh sayang, ayo kita ke kamar!" Arka pun langsung menggendong tubung ramping sang istri menuju lantai 2 kamarnya.
Penampilan Sania selalu menawan meski dia dirumah sekalipun, karena dia tau Arka menyukai wanita yang selalu cantik dan menawan ketika dirumah, karena untuk mengimbangi nafsu sang suami agar tidak jajan diluar sembarangan.
Dengan penuh gairah Arka yang bertubuh atletis itu sangat mudah sekali menggendong tubuh istrinya naik tangga ke lantai 2, dengan memakai dress mini tanpa menggunakan Br** membuat nafsu birahi Arka bergelora, Arka paham betul jika Sania sudah memakai baju yang kelewat seksi itu berarti waktunya mereka untuk bercinta.
Sania sangat suka memakai kostum yang aneh-aneh, mulai dari kostum pramugari yang sexy dan lain hal. koleksinya begitu banyak tersimpan rapi dalam walk in closetnya, hampir semua warna lingerie dimiliki Sania, karena Arka sangat menyukai istrinya saat tidur mengenakan lingerie.
"Apa kamu puas menjual suamimu ke wanita lain?" Tanya Arka sambil membaringkan tubuh Sania ke kasur.
"Aku melakukan ini karena ingin anak sayang, jadi aku harus merelakan tubuh suamiku menggauli wanita lain." Sambil memegang dada Arka yang bidang lalu mengecup dengan manjanya, Arka pun tidak kuat dibuatnya, birahinya tertantang, Sania tau betul dimana letak titik kelemahan Arka.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments