Bab 8 - Perbincangan Sarasti

"Jadi kapan nikahnya Rara jeng? Jadi akhir bulan ini ya?" Tanya Alda dengan penasaranya.

"Iya besok lusa aku sama Rara akan terbang ke Jakarta menemui calon suami Rara, semua sudah di atur, mulai dari tiket pesawat sampai dengan hotel tempat kita menginap pun sudah siap." Ucap Sarasti dengan bahagianya, tanpa memikirkan perasaan Rara sedikitpun.

"Wah mendadak jadi konglomerat nih jeng Saras! aduh aku mau juga dong ikut ke Jakarta, kalau di bolehin sih?" Pinta Alda menggoda Sarasti.

"Hey, kalau itu nanti sabar dulu, setelah pernikahan Rara berhasil rencananya aku mau ngajak Ibu-ibu arisan buat liburan ke Bali, kita sewa villa 3 hari disana, gimana seru kan liburan gratis?" Tanya Sarasti dengan perasaan yang sangat bahagia, senyum nya terus mengembang dan tak pernah sebahagia ini sebelumnya.

Karena dia akan menjadi besan dari CEO kaya yang hartanya tidak akan habis 7 turunan sekalipun. Impian Sarasti sebentar lagi benar-benar akan terwujud, tidak rugi dia mempunyai anak perempuan yang cantik kalau itu memang menghasilkan banyak uang. Kehilangan Airin tidak jadi masalah karena ada Rara yang masih bisa ia atur kehidupanya.

"Wah seru sekali, yang bener aja itu jeng?" tanya Alda dengan mata berbinar, seolah tidak ingin ketinggalan momen tersebut.

"Iya bener lah, kapan sih aku pernah bohong." Tandas Sarasti dengan nada pasti.

"Eh jeng aku jadi penasaran seperti apa sih latar belakang calon suami Rara, tolong ceritain dong jeng." Tanya Alda dengan penasaran nya.

"Kok bisa gitu lo, jeng Saras ini kenal sama calon suami Rara, mereka itu kan orang kaya, kenal dari mana sih?" Sambung Alda semakin penasaran.

"Hahaha", gelak tawa keluar dari mulut Saras yang tidak berhenti tertawa bahagia pagi itu.

"Jadi gini ceritanya." Sambil menyibakkan rambut pendeknya ke belakang Sarasti pun mulai bercerita.

"Bosku itu punya anak bernama Arka Wicaksono. Dia usianya 29 tahun sudah menikah sekitar 5 tahun, tapi belum juga punya anak sampai sekarang, padahal keluarganya itu menanti-nanti Arka bisa memiliki anak, karena anak Arka nanti akan jadi penerus perusahaan Jcorb Company, maka kelahiran anak itu sudah ditunggu-tunggu. Mendengar dari orang dalam bahwa keluarga Presdir mencari istri kedua aku pun dengan percaya dirinya menemui Presdir Hartanto untuk menawarkan anakku Rara, aku tunjukkan foto-foto Rara dan kujelaskan panjang lebar latar belakang keluarga kami. Lalu beberapa hari kemudian Presdir pun memanggilku dan akhirnya mengatur jadwal ingin bertemu kita di Jakarta." Ungkap Sarasti dengan bangganya.

"Wah hebat sekali ya, ini benar-benar gebrakan jeng Sarasti loh, memang anda itu pintar sekali kalau masalah seperti ini." Sambil bertepuk tangan memberi tanda selamat.

Gelak tawa pun pecah dari mulut mereka berdua, ruangan living room pagi itu pun dibuat gaduh oleh suara lantang Ibu-ibu rempong tersebut.

"Ini kan yang dari dulu jeng Saras impikan, bisa punya besan orang kaya, hidup jeng Saras ini seperti rolling coaster aja deh, aku sampai iri dibuatnya." Sambil menepuk pundak Sarasti di depannya.

"Eh tapi gimana sama Rara? Apa dia setuju dengan pernikahan ini? Percuma aja kan kalau jeng Saras yang heboh tapi Rara sendiri nggak mau dinikahkan?" Tanya Alda kepada Saras.

"Kalau masalah Rara memang awalnya dia menentang, tapi lama kelamaan aku yakin dia pasti menerimanya, siapa sih yang nggak mau hidup bergelimang harta." Terang Saras menjelaskan sambil tersenyum.

"Lagi pula keberadaan Rara kan tidak untuk menggeser istri pertama, Rara setelah menikah tidak tinggal sama mereka, jadi apa yang harus dipikirkan, kebanyakan CEO itu istrinya lebih dari 1 loh." Ujar Saras menjelaskan kepada Alda.

"Iya deh iya jeng, kalau memang itu benar terjadi aku bakal acungi jempol keberanian jeng Saras menawarkan Rara kepada Presdir, ya mungkin saja ini sudah jalan takdirnya Rara bertemu mereka." Ujar Alda menambahi.

"Iya lah, semua itu sudah diatur sama yang diatas, mungkin ini jawaban dari semua doaku ya?" Ujar Sarasti dengan percaya dirinya.

"Baiklah aku ambil tas ini ya, kalau ada yang baru kirim aja gambarnya di hp ku, biar aku lihat dan beli kalau cocok, Hahahaha!" Sambil tertawa dengan kerasnya.

"Oh iya pasti dong jeng, akan aku kirim tiap hari katalog gambar tas keluaran terbaru khusus buat jeng Saras, jangan khawatir ya, baiklah kalau gitu aku pulang dulu, jeng Saras juga mau berangkat kerja kan?" Tanya Alda kepada Sarasti sambil berdiri dari duduknya. 

"Oke terimakasih, hati-hati dijalan ya." Ujar Sarasti mengantarkan Alda menuju ke pintu keluar rumahnya.

Sementara di dalam kamar Rara duduk di atas kasur kamarnya, dia mengingat kejadian tadi malam bersama Anzel, sambil memegang bibirnya, lehernya dan juga dadanya Rara pun dibuat bergetar perasaanya. 

"Gila ya apa yang aku lakukan kemarin malam? Kok bisa aku terbawa suasana yang begitu berani kemarin, ah, bodohnya aku!" Sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Apa aku ini berbakat jadi gadis panggilan, atau aku ini gadis murahan? Ah tidak! aku tidak mungkin melakukan hal bodoh tadi sama orang lain selain Anzel, itupun karna dia yang meminta, mau nggak mau aku harus menikmatinya saja, ah bodohnya aku!" Lagi-lagi Rara memukul kepalanya sendiri dengan tanganya.

"Ra ayo turun makan!" Terdengar suara sang Mama memanggilnya untuk makan.

"Ayo cepat turun kita makan!" Teriak sang Mama meminta Rara agar segera turun.

Mendengar panggilan dari Mamanya Rara pun akhirnya turun karena perutnya lapar sedari tadi, tanpa banyak kata dia pun keluar dari kamarnya dan turun lewat anak tangga.

"Ayo, makan, Mama nggak akan marah lagi sama kamu, yang penting kita makan dulu sekarang!" Ajak sang Mama dengan nada yang lembut.

Rara pun hanya terdiam memandang wajah Mamanya, tanpa satu kata pun keluar dari bibir tipisnya itu. Dia pun duduk dan lanjut mengambil piring nasi.

"Ikutilah perkataan Mama kali ini saja, setelah itu Mama nggak akan lagi mengatur hidupmu, dalam hidup ini kita harus naik setinggi-tingginya, kenapa Mama selalu memaksa anak-anak Mama harus berprestasi, harus lebih dari anak yang lain, karena itu buat kebaikan kalian juga." Kata Sarasti menjelaskan.

"Mama nggak ingin anak mama punya suami seperti Ayahmu, Ayahmu itu laki-laki yang tidak bertanggung jawab, cukup mama aja yang merasakanya, anak mama jangan!" 

"Mama mohon ya kali ini saja, Rara harus mengikuti permintaan mama, hidup kita akan berubah 180 derajat nanti. Rara akan jadi istri CEO yang diimpikan semua wanita, hidup kita akan berubah Ra." Sambung Sarasti meyakinkan Rara.

"Tapi ada satu hal yang aku minta dari Mama!" Ujar Rara mulai bicara.

"Iya apa itu?" Tanya Sarasti penasaran.

---------

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!