Bab 18 - Ketakutan Sania

Arka lalu menenangkan Sania sambil berkata "ayo kita pergi ke Maldives besok, dan kita batalkan pernikahan kontrak ini!" Ujar Arka mengatakan kepada Sania dengan serius.

Mendengar perkataan suaminya Sania pun tertegun dan menahan tangisnya. Dia terdiam dan berfikir, jika Arka membatalkan pernikahan kontraknya maka akan susah untuknya bisa diterima lagi di keluarga ini. Mengingat Sania sudah berjanji kepada sang mertua.

"Ah jangan mas, aku tidak mau membatalkan pernikahan kontrak ini disaat semua sudah setuju, aku nggak mau mengecewakan ayah sama mama mertua, biarlah ini menjadi masalahku dengan hatiku." Beber Sania menjelaskan.

"Soalnya percuma kalau kamu masih belum merelakanku, langkahku tidak akan berjalan lancar dan akan berat karena teringat kamu terus sayang, harusnya aku tidak menandatangani dokumen itu." Ungkap Arka menyesali perbuatanya.

"Aku janji tidak akan melakukan kontak fisik apapun dengan gadis itu, hanya langsung ke topik utama dan langsung pulang menemuimu." Ucap Arka berjanji kepada Sania.

Sania pun terdiam lagi, dia teringat akan cerita temanya ketika mengizinkan suaminya poligami, setiap hari perasaannya hanya diliputi dengan kecemburuan dan ketidaknyamanan menjalani aktivitas, karena pikiranya hanya diselimuti dengan hal negatif.

Sania tidak ingin itu semua itu terjadi di rumah tangganya, bagaimana caranya dia harus menghilangkan pikiran itu dan mempercayai suaminya. 

"Kenapa kamu melamun lagi sayang? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arka yang mengkhawatirkan keadaan istrinya itu.

"Saat Akad nikah nanti aku tidak akan ikut mas, ada kerjaan yang harus aku kerjakan, jangan sampai ada yang tau kalau kamu nikah besok, hanya cukup Ayah dan mama lalu 1 saksi dari pihak kamu dan 1 saksi dari pihak sana. Hari jum'at jam 6 sore akad dimulai, jadi kamu bersama gadis itu dan jika sudah selesai pulanglah kerumah mas." Pinta Sania kepada suaminya.

"Hari jum'at aku memang sangat sibuk dikantor, akan ada tamu yang datang dari Malaysia. Harusnya aku pulang telat, tapi karena ada akad nikah itu aku jadi harus mengatur waktuku lagi."

"Aku mohon kamu jangan sedih ya, ini ambillah dan belajakan sepuasmu." Ujar Arka sambil mengambil dompetnya di saku celananya lalu menyodorkan sebuah kartu  Black Card dan memberikanya kepada Sania.

"Waw kamu meminjamkan kartu mu sayang, aku kan juga sudah punya." Timpal Sania memberitahu suaminya.

"Iya tapi pakailah punyaku, biar kamu senang  dan jangan sedih lagi, aku nggak mau istriku ini bersedih." Sambil memeluk Sania dengan erat Arka pun lalu menggendong istrinya itu menuju ke ranjang.

Arka adalah laki-laki yang hebat dalam hal berhubungan badan, nafsu birahinya sangat liar, dia menyukai wanita yang kuat di ranjang, dia juga sangat suka wanita yang pintar berbagai gaya, itu sebabnya mengapa pernikahan mereka bertahan 6 tahun dan selalu harmonis tanpa ada rumor apapun.

Sania harus mencari cara bagaimana memuaskan suaminya tersebut, hingga saat ini Sania lah wanita yang mampu memuaskan Arka sampai dia tak berkutik. Kemolekan tubuhnya dan kemampuanya diatas ranjang mampu membuat Arka tidak bisa berpaling darinya.

"Aku selalu merindukan aroma tubuhmu sayang, tidak ada yang bisa mengalahkan pesonamu." Dengan tatapan yang candu Arka membisikkan kata-kata itu di telinga Sania.

Setelah momen bercinta itu selesai Arka yang kelelahan pun langsung tertidur pulas tanpa menggunakan selembar kain pun, sontak Sania langsung menarik selimut dan menutup tubuh suaminya itu, sudah menjadi kebiasaan jika Arka kecapean dia akan tertidur setelah kegiatan bercinta usai.

Disisi lain Rara tidur satu kamar dengan Mamanya, malam itu Rara tidak bisa tidur karena pikiran nya sedang kalut, merasa tidak siap dan tidak akan pernah siap melakukan pernikahan ini Rara pun pergi keluar hotel untuk mencari udara segar, meninggalkan Mamanya yang tertidur pulas. Rara pun turun dari lift dan berjalan menuju taman bawah. 

Udara malam itu benar-benar sejuk. Gemerlap lampu malam hari kota Jakarta benar-benar membuat Rara lebih mensyukuri lagi hidupnya sekarang, setelah pernikahan kontrak ini selesai Rara akan menemui Anzel cinta pertamanya, membawa semua impian nya dan pergi jauh bersama Anzel. 

Saat Rara duduk di kursi taman sendirian dia dikagetkan dengan suara seorang laki-laki tua datang dari arah belakang. 

"Nak sendirian aja?" Tanya bapak tua tersebut menghampiri Rara.

"Ah iya pak, silahkan bapak mau duduk?" 

"Terimakasih nak." Dengan membawa tongkat di tangannya bapak tua itu pun duduk disebelah Rara.

"Asalnya dari mana nak? Nunggu siapa? Kok sendirian aja?" Tanya pak tua itu dengan ramahnya.

"Saya dari Surabaya pak, saya kesini datang untuk berlibur, sekarang lagi cari udara segar aja pak." Jawab Rara dengan senyuman manis.

"Ah iya, apa ada masalah nak? Sepertinya banyak pikiran, Saya perhatikan kok melamun terus." Duga pak tua itu kepada Rara.

"Ah tidak pak, saya cuma memikirkan hal kecil kok. Bapak tinggal disini?" Tanya Rara kepada pak tua itu.

"Iya saya tinggal disini, nunggu supir saya ambil mobil." Jawab Pak tua itu kemudian.

"Oh iya nama bapak siapa? Saya Rara." Sambil membungkukkan badanya kepada Pak Tua itu.

"Nama saya Hartono, saya punya perusahaan di sekitar sini." Jawab bapak tua tersebut dengan ramahnya.

"kalau kamu ada waktu singgahlah ditempat bapak, kamu mirip sekali dengan mendiang putri bapak yang meninggal 10 tahun lalu, ini kartu nama bapak." sambil menyodorkan kartu nama kepada Rara.

"ah terimakasih pak." sambil membaca kartu nama tersebut dan mengingat nama bapak itu.

Sekilas Rara tidak asing melihat wajah bapak itu, mirip seperti wajah Presdir Hartanto yang dia temui saat makan malam tadi. Tapi Rara tidak berani bertanya.

"Tin tin tin!" Suara klakson mobil mengagetkan mereka dari belakang. Rupanya itu adalah mobil pak Hartono. 

Pak Hartono pun lalu beranjak dari duduknya "ini mobil bapak sudah disini, mari bapak duluan ya." Ujar Pak Hartono sambil tersenyum.

"Baik hati-hati dijalan ya pak." sambil menundukkan badan menghormati Pak Hartono.

Dalam benak Rara sepertinya bapak tua itu memiliki hubungan dengan Presdir Hartanto, dilihat dari struktur wajah hampir mirip, juga nama pun hampir sama. Apa mungkin mereka bersaudara? Tanya Rara dalam hatinya.

"Kalau mereka bersaudara berarti memang keluarga Presdir Hartanto bukan orang sembarangan, makanya istri dari CEO itu menyetujui pernikahan kontrak ini. Pokoknya semua demi uang dan tahta, dia tidak ingin sampai turun tahta makanya mencari cara apapun agar memiliki anak. Meski dengan cara pernikahan kontrak ini. Kehidupan macam apa ini, kenapa kehidupan orang kaya selalu dinilai dari uang." Celoteh Rara dengan kesal.

"Besok aku akan menemui istri CEO itu untuk membuat perjanjian." Ujar Rara ingin menemui Sania, sambil beranjak pergi menuju kamarnya.

 

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!