Terdengar suara langkah kaki dari lantai bawah menuju lantai atas.
"Brak!, brak!, brak!, suara langkah kaki itu semakin lama semakin kencang.
"Sial! Ada orang yang mau naik kesini, aku harus bagaimana ini!" Sekujur tubuh Rara benar-benar gemetaran.
Rara pun langsung masuk lagi kedalam kamar Anzel dan cepat-cepat membangunkan Anzel yang tertidur lelap. Dia pun berlari dan menggoyang goyangkan lengan Anzel.
"Nzel! Nzel! Bangun!, bangun!, cepat bangun!" Sambil terus menggoyangkan tubuh Anzel yang tertidur pulas.
"Ah, apa sih Ra, kamu nggak tidur?" Tanya Anzel dengan suara pelan dan lanjut tertidur.
"Aku mendengar suara langkah kaki menuju kemari Nzel, apa ada yang datang? Aduh bangunlah Nzel, mati aku kalau ada yang masuk kesini!" Ucap Rara dengan takutnya.
"Apa? Kamu bicara apa Ra?" Mendengar Rara berkata seperti itu Anzel pun langsung terbangun dan siap-siap pakai baju.
"Siapa yang datang kesini malam-malam begini, mana bajuku, celanaku, argh! Sial!" Gumam Anzel kesal sambil berlari ke kamar mandi.
"Kamu kesini Ra, sembunyi dikamar mandi". Ajak Anzel meminta Rara masuk ke kamar mandi.
"Hah yang benar saja kamu kan sedang ganti baju, masak aku masuk kesitu sih!" Protes Rara kesal.
"Apa mungkin itu Mama Papamu Nzel? Apa mereka pulang?" Tanya Rara kebingungan.
"Nggak kalau mereka mau pulang pasti mereka udah ngasih tau jauh-jauh hari, Mungkin saja itu Eyang putri sama Eyang kakung, kamu sembunyi dikamar mandi ini aja dulu, aku mau lihat siapa yang datang!" Sambil keluar dari kamar mandi dan menyeret tangan Rara agar mau bersembunyi.
"Baiklah Nzel, jangan biarkan mereka tau kalau aku ada disini, bisa habis riwayatku!" Ucap Rara ketakutan.
Derap langkah kaki itu pun telah sampai di depan kamar Anzel.
Anzel pun keluar dari kamarnya dan menyapa siapa yang datang.
"Halo Anzel, Eyang disini, tadi itu lho Eyang kakung sama Eyang putri habis pulang dari periksa ke Rumah Sakit Bunda yang di Jakarta, meriksain mata Eyang kakung, karena ini sudah malam, jadi kita memutuskan buat nginap dirumah kamu aja. Biar nggak jauh-jauh." Tutur Eyang putri menjelaskan kepada Anzel.
"Soalnya besok pagi Kung berangkat lagi buat ketemu Dr. Darsono, daripada kita pulang ke bandung kan kejauhan, jadi kita nginap disini saja malam ini." Sambung Eyang kakung sambil tersenyum.
"Ah iya baiklah Eyang, Eyang mau langsung istirahat atau mau makan dulu?" Tanya Anzel sambil membawa Eyang kakung dan Eyang putri menjauh dari pintu kamarnya.
"Kita tadi sudah makan kok, oh iya dimana Angelin? Apa dia sudah tidur?" Tanya Eyang Kakung penasaran.
"Ah iya Eyang, Angelin sudah tidur kayaknya, aku tadi nggak lihat dia sama sekali soalnya." Jawab Anzel sambil mengantarkan kakek neneknya itu masuk ke dalam kamarnya.
Rumah Anzel memang sangat besar, hingga ada banyak kamar kosong disana, ada kamar khusus tamu dan ada juga kamar khusus untuk Eyang putri dan Eyang kakung ketika mereka menginap.
"Bagaimana kabar Papa Mamamu Nak? Eyang sudah lama tidak telpon mereka". Tanya Eyang putri kepada Anzel.
"Papa sama Mama baik Eyang, mungkin 3 bulan lagi mereka pulang, karena perjalanan bisnis mereka biasanya memakan waktu sekitar 6 bulan." Tutur Anzel menjelaskan kepada Eyang kakung dan Eyang putri.
"Eyang kasian sama kalian, harusnya kalian itu berkumpul sama orang tua kalian, tapi mau gimana lagi, sudah jalanya begini!" Ujar Eyang putri.
"Ah tidak apa-apa Eyang, kami bisa jaga diri kok!" Jawab Anzel dengan tersenyum kecil.
"Iya Eyang percaya kalau cucu-cucu Eyang ini anak yang pintar-pintar. Makanya Eyang sangat bangga kepada kalian." Ujar Eyang kakung dengan gelak tawa.
"Silahkan istirahat Eyang, sudah jam 11 malam ini, Eyang harus istirahat sekarang, sampai ketemu besok pagi." Ujar Anzel berpamitan kepada Eyangnya.
"Iya Nak, sampai ketemu besok pagi ya," Ujar Eyang kakung memasuki kamarnya yang sama-sama berada di lantai 2 juga.
Setelah memastikan Eyangnya masuk ke kamar, Anzel pun bergegas berlari kecil menuju ke kamarnya untuk bertemu dengan Rara.
Kreeeekkkk! Pintu pun terdorong dari luar, Anzel masuk kamar dan dikagetkan oleh Rara yang sedari tadi berdiri di belakang pintu.
"Hey apa yang kamu lakukan?" Tanya Anzel dengan kagetnya.
"Aku nguping pembicaraan mu dengan Eyang, aku mau dengar kalian ngomong apa aja!" Jawab Rara sambil melotot kepada Anzel.
"Hahahaha." Anzel tertawa kecil dengan sangat manis nya.
"Kamu tenang aja, kamu aman sekarang, tidak ada yang berani masuk kamarku, ayo tidur!" Sambil menggandeng tangan Rara mengajaknya ke kasur.
"Tidur katamu? Kamu ngajak aku tidur? Nggak salah nih Nzel? Setelah apa yang terjadi tadi kamu dengan seenaknya ngajak aku tidur tanpa menjelaskan apa yang terjadi!" Papar Rara dengan nada yang meninggi.
"Aku perlu penjelasan Nzel, jangan abaikan aku begitu saja dong!" Sahut Rara mulai emosi. Wajah Rara yang biasanya manis kini berubah menjadi garang seperti singa kelaparan.
"Tenang dulu Ra, kamu tenang dulu, sini duduklah disini." Sambil menarik tangan Rara agar dia duduk di sampingnya.
"Aku mencintaimu, aku sayang kamu Ra, aku melakukan hal terbodoh tadi because I Love You, Ra!, Sini lihat aku dan tataplah mataku, apa aku terlihat seperti memainkanmu? Aku bukan laki-laki brengsek tau!" Tandas Anzel menjelaskan sambil menggenggam tangan Rara.
"Malam ini adalah malam terindahku karena kamu sudah mau membahagiakanku, aku mau keperawananmu itu hanya untukku, terimakasih kamu sudah mau melakukan itu"
"Aku ingin tau sekarang gimana perasaanmu kepadaku?" Tanya Anzel dengan manjanya.
"Perasaanku sekarang sangat syok, aku nggak percaya bisa melakukan hal bodoh kayak tadi, dan kamu tau kita tadi nggak pakai pengaman lo!, kamu masukin ke dalam Nzel!" Dengan mimik muka yang kesal Rara memukul badan Anzel dengan bantal.
"Pakkk!!! Aww sakit! Pelan-pelan dong mukulnya! Sakit tau!" Sambung Anzel membela diri, dia pun langsung menarik tangan Rara dan memeluknya dari belakang.
"Terimakasih untuk malam ini, kamu nggak perlu takut, kalau kamu hamil kita akan menikah, aku nggak akan pergi kok." Ujar Anzel dengan lembutnya berkata kepada Rara.
Dia pun menenggelamkan kepalanya ke dalam leher Rara dan mendaratkan ciuman mesra nan menggoda, sehingga Rara pun tenggelam oleh ciuman Anzel yang selalu mampu membuat perasaan nya campur aduk.
Mereka pun menikmati malam itu dengan indahnya, Rara yang terbuai oleh pelukan Anzel itu pun menikmati setiap permainan yang dilakukan sahabatnya itu.
"Kamu mau lagi?" Tanya Anzel dengan berbisik ke kuping Rara.
"Mau apa Nzel?" Tanya Rara dengan polosnya.
"Mau ronde ke 2?" Tanya Anzel dengan gelak tawa.
----------
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Othor Manja
Anzel keren, aku padamu 🙏
2022-11-24
0