Bab 5 - Ada Yang Datang

Terdengar suara langkah kaki dari lantai bawah menuju lantai atas.

"Brak!, brak!, brak!, suara langkah kaki itu semakin lama semakin kencang.

"Sial! Ada orang yang mau naik kesini, aku harus bagaimana ini!" Sekujur tubuh Rara benar-benar gemetaran.

Rara pun langsung masuk lagi kedalam kamar Anzel dan cepat-cepat membangunkan Anzel yang tertidur lelap. Dia pun berlari dan menggoyang goyangkan lengan Anzel.

"Nzel! Nzel! Bangun!, bangun!, cepat bangun!" Sambil terus menggoyangkan tubuh Anzel yang tertidur pulas.

"Ah, apa sih Ra, kamu nggak tidur?" Tanya Anzel dengan suara pelan dan lanjut tertidur.

"Aku mendengar suara langkah kaki menuju kemari Nzel, apa ada yang datang? Aduh bangunlah Nzel, mati aku kalau ada yang masuk kesini!" Ucap Rara dengan takutnya.

"Apa? Kamu bicara apa Ra?" Mendengar Rara berkata seperti itu Anzel pun langsung terbangun dan siap-siap pakai baju.

"Siapa yang datang kesini malam-malam begini, mana bajuku, celanaku, argh! Sial!" Gumam Anzel kesal sambil berlari ke kamar mandi.

"Kamu kesini Ra, sembunyi dikamar mandi".  Ajak Anzel meminta Rara masuk ke kamar mandi.

"Hah yang benar saja kamu kan sedang ganti baju, masak aku masuk kesitu sih!" Protes Rara kesal.

"Apa mungkin itu Mama Papamu Nzel? Apa mereka pulang?" Tanya Rara kebingungan.

"Nggak kalau mereka mau pulang pasti mereka udah ngasih tau jauh-jauh hari, Mungkin saja itu Eyang putri sama Eyang kakung, kamu sembunyi dikamar mandi ini aja dulu, aku mau lihat siapa yang datang!" Sambil keluar dari kamar mandi dan menyeret tangan Rara agar mau bersembunyi.

"Baiklah Nzel, jangan biarkan mereka tau kalau aku ada disini, bisa habis riwayatku!" Ucap Rara ketakutan.

Derap langkah kaki itu pun telah sampai di depan kamar Anzel.

Anzel pun keluar dari kamarnya dan menyapa siapa yang datang.

"Halo Anzel, Eyang disini, tadi itu lho Eyang kakung sama Eyang putri habis pulang dari periksa ke Rumah Sakit Bunda yang di Jakarta, meriksain mata Eyang kakung, karena ini  sudah malam, jadi kita memutuskan buat nginap dirumah kamu aja. Biar nggak jauh-jauh." Tutur Eyang putri menjelaskan kepada Anzel.

"Soalnya besok pagi Kung berangkat lagi buat ketemu Dr. Darsono, daripada kita pulang ke bandung kan kejauhan, jadi kita nginap disini saja malam ini." Sambung Eyang kakung sambil tersenyum.

"Ah iya baiklah Eyang, Eyang mau langsung istirahat atau mau makan dulu?" Tanya Anzel sambil membawa Eyang kakung dan Eyang putri menjauh dari pintu kamarnya.

"Kita tadi sudah makan kok, oh iya dimana Angelin? Apa dia sudah tidur?" Tanya Eyang Kakung penasaran.

"Ah iya Eyang, Angelin sudah tidur kayaknya, aku tadi nggak lihat dia sama sekali soalnya." Jawab Anzel sambil mengantarkan kakek neneknya itu masuk ke dalam kamarnya.

Rumah Anzel memang sangat besar, hingga ada banyak kamar kosong disana, ada kamar khusus tamu dan ada juga kamar khusus untuk Eyang putri dan Eyang kakung ketika mereka menginap.

"Bagaimana kabar Papa Mamamu Nak? Eyang sudah lama tidak telpon mereka". Tanya Eyang putri kepada Anzel.

"Papa sama Mama baik Eyang, mungkin 3 bulan lagi mereka pulang, karena perjalanan bisnis mereka biasanya memakan waktu sekitar 6 bulan." Tutur Anzel menjelaskan kepada Eyang kakung dan Eyang putri.

"Eyang kasian sama kalian, harusnya kalian itu berkumpul sama orang tua kalian, tapi mau gimana lagi, sudah jalanya begini!" Ujar Eyang putri.

"Ah tidak apa-apa Eyang, kami bisa jaga diri kok!" Jawab Anzel dengan tersenyum kecil.

"Iya Eyang percaya kalau cucu-cucu Eyang ini anak yang pintar-pintar. Makanya Eyang sangat bangga kepada kalian." Ujar Eyang kakung dengan gelak tawa.

"Silahkan istirahat Eyang, sudah jam 11 malam ini, Eyang harus istirahat sekarang, sampai ketemu besok pagi." Ujar Anzel berpamitan kepada Eyangnya.

"Iya Nak, sampai ketemu besok pagi ya," Ujar Eyang kakung memasuki kamarnya yang sama-sama berada di lantai 2 juga.

Setelah memastikan Eyangnya masuk ke kamar, Anzel pun bergegas berlari kecil menuju ke kamarnya untuk bertemu dengan Rara.

Kreeeekkkk! Pintu pun terdorong dari luar, Anzel masuk kamar dan dikagetkan oleh Rara yang sedari tadi berdiri di belakang pintu.

"Hey apa yang kamu lakukan?" Tanya Anzel dengan kagetnya.

"Aku nguping pembicaraan mu dengan Eyang, aku mau dengar kalian ngomong apa aja!" Jawab Rara sambil melotot kepada Anzel.

"Hahahaha." Anzel tertawa kecil dengan sangat manis nya.

"Kamu tenang aja, kamu aman sekarang, tidak ada yang berani masuk kamarku, ayo tidur!" Sambil menggandeng tangan Rara mengajaknya ke kasur.

"Tidur katamu? Kamu ngajak aku tidur? Nggak salah nih Nzel? Setelah apa yang terjadi tadi kamu dengan seenaknya ngajak aku tidur tanpa menjelaskan apa yang terjadi!" Papar Rara dengan nada yang meninggi.

"Aku perlu penjelasan Nzel, jangan abaikan aku begitu saja dong!" Sahut Rara mulai emosi. Wajah Rara yang biasanya manis kini berubah menjadi garang seperti singa kelaparan.

"Tenang dulu Ra, kamu tenang dulu, sini duduklah disini." Sambil menarik tangan Rara agar dia duduk di sampingnya.

"Aku mencintaimu, aku sayang kamu Ra, aku melakukan hal terbodoh tadi because I Love You, Ra!, Sini lihat aku dan tataplah mataku, apa aku terlihat seperti memainkanmu? Aku bukan laki-laki brengsek tau!" Tandas Anzel menjelaskan sambil menggenggam tangan Rara.

"Malam ini adalah malam terindahku karena kamu sudah mau membahagiakanku, aku mau keperawananmu itu hanya untukku, terimakasih kamu sudah mau melakukan itu"

"Aku ingin tau sekarang gimana perasaanmu kepadaku?" Tanya Anzel dengan manjanya.

"Perasaanku sekarang sangat syok, aku nggak percaya bisa melakukan hal bodoh kayak tadi, dan kamu tau kita tadi nggak pakai pengaman lo!, kamu masukin ke dalam Nzel!" Dengan mimik muka yang kesal Rara memukul badan Anzel dengan bantal.

"Pakkk!!! Aww sakit! Pelan-pelan dong mukulnya! Sakit tau!" Sambung Anzel membela diri, dia pun langsung menarik tangan Rara dan memeluknya dari belakang.

"Terimakasih untuk malam ini, kamu nggak perlu takut, kalau kamu hamil kita akan menikah, aku nggak akan pergi kok." Ujar Anzel dengan lembutnya berkata kepada Rara.

Dia pun menenggelamkan kepalanya ke dalam leher Rara dan mendaratkan ciuman mesra nan menggoda, sehingga Rara pun tenggelam oleh ciuman Anzel yang selalu mampu membuat perasaan nya campur aduk.

Mereka pun menikmati malam itu dengan indahnya, Rara yang terbuai oleh pelukan Anzel itu pun menikmati setiap permainan yang dilakukan sahabatnya itu.

"Kamu mau lagi?" Tanya Anzel dengan berbisik ke kuping Rara.

"Mau apa Nzel?" Tanya Rara dengan polosnya.

"Mau ronde ke 2?" Tanya Anzel dengan gelak tawa.

----------

Bersambung

Terpopuler

Comments

Othor Manja

Othor Manja

Anzel keren, aku padamu 🙏

2022-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!