Layla melihat ruangan yang cukup nyaman untuk dia tinggal disana, melihat dekorasi kamar yang sudah dipersiapkan hanya untuk menyambut kedatangannya. "Tidak buruk," lirih pelannya seraya duduk di sisi ranjang.
"Jika ada sesuatu yang Nona butuhkan, beritahu saya."
"Baiklah."
"Saya permisi." Pelayan itu memundurkan langkar dan keluar dari kamar setelah mendapatkan persetujuan anggukan kepala dari Layla.
Seorang gadis cantik beranjak dari duduknya menuju balkon kamar, pemandangan yang menyejukkan mata saat melihat panorama taman yang disuguhi dengan sangat indah.
"Bagus juga, konsep luar biasa." Layla tersenyum, namun suara ketukan pintu memecahkan lamunannya.
"Permisi, apa aku boleh masuk?"
Terlihat seorang wanita cantik berambut ikal, Layla mengerutkan kening dan berjalan menghampiri. "Masuk saja." Sambutnya dengan senyuman khas.
"Aku dengar kau akan tinggal disini." Ujar Jessie tersenyum ramah.
"Ya begitulah."
"Aku Jessie, adik kak Alex." Dia mengulurkan tangan sebagai perkenalan, menciptakan suasana nyaman untuk pertama kali bertemu.
"Layla." Menyambut uluran tangan gadis itu dan tersenyum menyebut namanya, dia tahu kalau wanita di hadapannya menjadi bahan perdebatan antara kakek dan cucu.
"Senang bertemu denganmu, jika perlu apa-apa segera memberitahu ku. Semoga kau nyaman tinggal disini!" Jessie keluar dari kamar, diam-diam tersenyum tipis saat rencana mulai berjalan maju dari sekarang.
Layla merasa ada yang aneh dengan Jessie, namun dia tak terlalu membuat dirinya lelah dalam berpikir, karena pertarungan yang sebenarnya akan di mulai. Ya, dia bukan seorang wanita sembarang. Dimana David langsung memintanya untuk selalu bersama Alex bukan tanpa alasan, tahu niat buruk adik angkat yang selalu mendapatkan pembelaan.
David juga tidak menyukai Jessie semenjak John memberitahunya, gadis yang terlihat polos bagai air tenang yang menyimpan bahaya. Mereka bekerja sama dengan menghadirkan Layla dalam kehidupan Alex yang buta akan kasih sayangnya terhadap sang adik angkat.
Layla mengalihkan pandangannya ke layar ponsel, membaca pesan singkat yang di kirim kakek padanya. "Jessie seperti air yang tenang, dia pasti menyulitkanku nanti." Lirih pelannya.
Sementara di kantor, Alex memijit pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing yang mendera. Keputusan kakek secara mendadak membuatnya tak mampu berpikir lagi untuk saat ini, beruntung sang asisten bersamanya, setidaknya beban itu tak di simpan seorang diri.
"Sepertinya Tuan sedang tidak baik."
"Kau berkata benar, sekretaris baru yang kau sediakan itu segera pindahkan ke perusahaan anak cabang!" titah Alex.
"Tapi mengapa Tuan? Sekretaris baru telah menandatangani surat kontrak dan membutuhkan waktu memindahkannya."
"Ck, kau banyak bertanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan!"
"Baik Tuan, akan saya laksanakan. Tapi apa alasan di balik itu?"
"Kakek sudah menyiapkan sekretaris baru untukku, sekarang pergilah dan jangan ganggu aku!" Alex mengusir bawahannya, begitu banyak pikiran masuk secara bersamaan.
"Baik Tuan."
****
Alex kembali di kejutkan dengan permainan kakeknya, menempatkan wanita asing bersebelahan kamar. Dia semakin gusar, tidak tahu apa yang di lakukan oleh David dan juga niatnya, berusaha untuk bersikap waras dan acuh tak acuh.
"Kau terlihat jelek jika berekspresi seperti itu," ledek John yang datang mengagetkan Alex.
"Kenapa wanita asing itu tinggal di sebelah kamarku?" tekannya yang ingin sekali protes.
John hanya mengangkat kedua bahunya acuh, sebagai isyarat dirinya tak tahu apapun.
"Aku harus menemui kakek."
John hanya tersenyum dengan keputusan David, dia tahu kalau Jessie mempunyai niat tak baik sedari awal mengenalnya. Melihat kepergian Alex yang menjauh hingga tak terlihat di pandangan mata. "Layla menjadi senjata dan juga perisaimu, kau tidak akan tahu permainan yang ada di balik semua ini." Batinnya yang juga meninggalkan tempat itu.
Alex mendekati seorang pria tua yang tengah meminum secangkir kopi, datang untuk protes dengan ketidakadilan mengenai permainan sang kakek. "Apa maksud Kakek membiatkan wanita asing itu tinggal di sebelah kamarku?"
"Eh, kau sudah pulang?"
"Tidak perlu berbasa-basi, kenapa Kakek melakukan ini?" Alex mengusap wajahnya dengan kasar, keputusan David yang selalu saja membuatnya tak habis pikir.
"Kakek Layla adalah sahabatku, dan aku sudah mengangapnya seperti cucuku sendiri."
"Kakek begitu pilih kasih."
"Pilih kasih bagaimana? Kakek juga tidak membedakannya dengan Jessie yang sama-sama aku anggap seperti cucuku sendiri. Lalu, mengapa kau keberatan?"
"Oho, aku tahu mengapa Kakek begitu keukeuh."
"Memangnya apa yang kau tahu."
"Pasti Kakek sedang merencanakan perjodohan." Terka Alex melayangkan tatapan menyelidik.
"Perjodohan? Kau penuh percaya diri sekali. Tidak ada untungnya aku menjodohkan mu, lagipula jika kau menikah bagaimana dengan semua bisnisku?" Sahut David yang sombong, tidak menyangka rencananya malah di terka sebagai perjodohan.
"Wah, sekarang aku mulai tahu belangmu, Kek."
"Aku tidak ingin di repotkan mengenai perjodohan, dan tak berniat untuk itu. Tunggulah semua bisnisku aman juga stabil, baru kau boleh menikah."
"Jika bukan itu alasannya, lalu apa?" Alex masih tak percaya dan terus menanyai David, tatapan intimidasi berharap menemukan jawaban sesuai dengan keinginannya.
"Karena dia cucu dari sahabat karib. Ini masih Mansion milikku, walau sudah aku serahkan bukan berarti kau bisa memilikinya sepenuhnya dari tempat ini, karena aku masih hidup." Tegas David, sedangkan Alex hanya bisa menghela nafas jengah.
"Kenapa aku merasa terpojokkan?" umpat kesal Alex.
"Karena keputusan masih di pegang alih oleh tuan David."
Alex menarik perhatiannya ke sumber suara, semakin membuat moodnya buruk.
"Dia mengira kalau aku menjodohkannya dengan Layla."
"Eh, kenapa dia bisa berpikir seperti itu?" tanya John penasaran.
"Mana aku tahu, kebanyakan bekerja ternyata berdampak buruk pada otaknya." David tertawa dan di ikuti John, sedangkan Alex hanya bisa mengelus dada saat di jadikan bahan candaan.
"Terserah yang kalian pikirkan, aku tetap tidak akan menerima wanita itu."
"Kau harus, dia sekretaris pribadimu."
Sontak Alex membelalakkan kedua mata dan hampir saja keluar dari tempatnya, tak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Apa lagi ini!" tekannya yang mencapai puncak tidak normal.
"Apa-apaan ini, kenapa sekarang wanita itu menjadi sekretaris pribadi? Aku tidak memerlukannya dan menolak keras."
"Jangan lupakan kalau kau masih pewaris keluarga Anderson, dimana semua kendali masih ku pegang. Tunggu aku mati dulu kau bisa menjadi penguasa sebenarnya!" jawab David yang langsung memperlihatkan posisinya.
"Astaga…ini membuat aku gila." Umpat Alex pergi dari sana, menenangkan pikiran mengenai keputusan dadakan yang datang bertubi-tubi. "Mengapa kakek tiba-tiba berubah? Apa yang membuatnya melakukan hal ini? Jika bukan mengenai perjodohan, lalu apa alasan wanita itu untuk tinggal di Mansion?" Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya, tapi tak menemukan jawabannya.
"Semoga aku berhasil." Batin David tersenyum dengan rencananya, membuka hati dan pikiran Alex yang buta mengenali Jessie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Wirda Lubis
Alex terlalu percaya pada jessie
2022-11-22
1