Beberapa bulan kemudian..
Kesungguhan hati Alex dalam pembalasan dendam menjadikannya seseorang yang kuat dan juga hebat dalam berbagai bidang, tentu saja ikut campur tangan John yang melatihnya setelah melihat perkembangan yang cukup pesat.
Alex terus berlatih siang dan malam hanya untuk menuntaskan hasratnya yang ingin menghancurkan keluarga Mateo dengan tangannya sendiri, selama dua puluh delapan tahun dirinya selalu di siksa oleh Lucas, Lerry, dan Mike yang dianggapnya saudara sendiri.
Terdengar tepukan tangan yang menghentikan latihannya, dua orang yang berjalan ke arahnya.
"Bagus, perkembangan latihanmu sangat pesat dan Kakek menyukai semangatmu itu." David menepuk bahu Alex seraya tertawa puas.
"Terima kasih, Kek. Apa aku sudah layak menjadi seorang Don?"
"Tentu saja kau layak, di dalam darahmu mengalir darahku. Keturunan Anderson selalu nomor satu dan tidak ada yang bisa menandinginya."
Alex tersenyum bangga akan pencapaiannya sendiri, melirik John dan menganggukkan kepala sebagai tanda terima kasih juga penghormatan kepada gurunya.
"Sekarang Kakek sudah pasrah kepada Tuhan, jika dia ingin mengambil nyawaku sekarang juga tak akan menjadi masalah."
"Apa yang Kakek katakan? Jangan mengatakan hal itu lagi."
"Kau tahu sendiri, aku sudah tua dan hanya menunggu ajal menjemput."
"Jangan berbicara seperti itu Tuan, anda adalah panutan dan juga kunci." Sela John yang tidak menyukai perkataan David.
"Kau seperti anakku, Arden."
"Sebaiknya Tuan beristirahat!"
"Baiklah."
David melihat dari kejauhan pertarungan John dan Alex, pelatihan sekali lagi sebelum dinyatakan lolos ujian menjadi seorang Don.
Setengah jam mereka saling menyerang dan juga menangkis, akhirnya John menyudahinya. Dari faktor umur dan mulai lelah, serangan dari Alex sudah hampir menyamai kemampuannya.
"Sudah cukup!"
"Apa Paman tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja, nanti malam temui aku di markas. Kita akan mengatur strategi juga taktik masuk ke dalam Mansion Mateo."
"Baiklah."
Akhir yang di tunggu Alex telah tiba, pembalasan dendam atas perlakuan keluarga Mateo yang menyiksanya. "Penderitaan Jessie akan segera berakhir, maafkan aku yang terlambat menjemputmu." Batinnya dengan raut wajah sedih.
Di malam hari, Alex datang ke markas dan menemui John untuk memulai serangan mereka dalam menghancurkan musuh. Dia membawa peta kediaman Mateo yang akan mempermudah nantinya, memperlihatkan kepada John.
"Berapa tim yang akan di pecah?" tanya Alex dengan serius, beberapa orang pemimpin pasukan elit dan inti ikut terjun langsung dalam mengerahkan seluruh pasukan.
"Kita akan membagikannya dalam enam penjuru, dan dua kelompok lainnya membersihkan rintangan juga penghalang."
"Dua yang di cadangkan?" Alex mengerutkan dahi belum mencerna perkataan John.
"Ya, kedua kelompok ini akan menjadi pembuka jalan. Tentu saja ahli panah, sumpit, sniper, dan ahli racun. Jika di kolaborasi antara mereka akan menciptakan kelonggaran juga jalan untuk kita masuk." Jelas John yang sudah berpengalaman.
"Maaf, aku tidak memikirkan itu."
"Tidak masalah, lain kali kau harus lebih teliti lagi atau gelar Don mafia akan dicabut darimu." Kecam John serius.
"Tidak akan terulang lagi."
Semuanya sudah sepakat dengan taktik yang di buat khusus oleh Alex dan sebagai pengarah adalah John, berlaku agar tidak ada kesalahan dalam menyerang musuh yang sangat berbahaya.
****
Alex bersiap-siap dengan senjata yang sudah melekat di bagian tubuh, yakin akan tujuannya pembalasan dendam kepada keluarga Mateo. Tak lupa dia meminta berkat dari sang kakek untuk kelancaran pekerjaan juga usaha, berangkat dengan penuh tekad dan berharap meraih kemenangan.
"Tolong berkati aku, Kek."
"Aku memberkatimu, Cucu ku. Jadikan restuku sebagai kekuatan bagimu, dan balaskan dendam kematian orang tua mu karena mereka."
"Pasti." Alex segera melangkah keluar dari ruangan itu, menganggukkan kepala sekilas memberikan kode kepada John jika dirinya telah selesai bersiap-siap dan melakukan perang.
"Ini pertarungan hidup dan mati, aku akan melindungimu sebisaku. Secepatnya kau menyelamatkan Jessie di saat aku menarik perhatian mereka, ingat dirimu pada rencana kita." Tutur John.
"Jangan khawatirkan itu."
Mereka segera menuju Mansion Mateo yang di jaga dengan sangat ketat, tidak ada satu sisi pun yang terlewatkan setelah kaburnya Alex. Mereka mengira kalau pria tawanannya itu tidak akan bisa masuk.
Beberapa orang mulai meniup anak panah dengan menjadikan musuh pingsan di tempat, membuka jalan sesuai dengan rencana mereka. Alex menunggu musuh yang mati akibat sumpit anak panah yang di ujungnya telah diolesi racun. Dia mulai bergerak saat dan memimpin kelompok untuk masuk ke dalam setelah di rasa aman.
Alex menoleh kiri dan kanan, berjalan dengan mengendap-ngendap seraya mencari tahu posisi musuh. Terdengar suara tapak sepatu mendekat, dia segera bersembunyi di balik pilar sekaligus menghindar dari rekaman CCTV.
Segera melepaskan rantai yang sedari tadi melilit di pinggang, gerakan yang sangat tepat dalam menjebak musuh masuk dalam perangkapnya. Alex tersenyum bangga akan pencapaiannya, hanya membutuhkan sekali serangan yang membuat nasib musuh sangatlah malang.
Alex segera berlari menuju penjara bawah tanah, hatinya sakit saat melihat kondisi Jessie yang penuh luka bekas siksaan keluarga Mateo. Berjalan perlahan mendekat, mengamati seorang gadis yang tertelungkup dengan beberapa cambukan di cambuk. Air mata terurai melihat nasib adiknya yang hampir sekarat, namun tak ingin terlihat lemah.
"Jessie." Panggil Alex dengan suara pelan.
Seorang gadis dengan rambut panjang ikal yang acak-acakan berusaha menopang tubuh agar bisa melihat dengan jelas, kalau suara yang baru di dengarnya bukanlah halusinasi.
"Kakak."
Alex meneteskan air mata, menggunakan sebuah alat khusu untuk membuka sel yang sangat tebal.
"Kak, kau disini?" senyum yang penuh harapan akan hidupnya, nyawa yang kembali berkumpul melihat kedatangan kakak tanpa ikatan darah.
Alex langsung memeluk tubuh Jessie dengan perlahan, dan mengecup pucuk kepala. "Maafkan aku yang datang terlambat."
"Aku sangat yakin kalau kakak akan datang menyelamatkanku."
"Kita pergi dari sini!" Alex menggendong tubuh Jessie dengan penuh hati-hati, takut luka di tubuh gadis itu semakin parah.
"Ternyata aku juga bukan anak mereka, Kak. Alasan kedua mereka menyiksaku, karena aku tidak memberitahukan keberadaanmu dan tetap bungkam."
"Tapi kau tetaplah adikku dan akan selamanya seperti itu."
"Selamat datang di Mansion Mateo, senang melihatmu kembali setelah beberapa lamanya kau menghilang, Alex." Ucap Mike yang mencegah langkahnya.
Jessie menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Alex, merasakan trauma yang entah kapan nya sembuh. "Kak, bagaimana ini?" dia sangat khawatir dan bahkan gemetar melihat kehadiran Mike.
"Kau tenang saja." Jawab Alex tanpa menoleh, dia meletakkan tubuh Jessie dengan perlahan di atas lantai dan mulai mendekati Mike.
Kedua pria itu saling menyerang, serangan demi serangan dan juga sesekali menangkis. Alex puas saat melihat kondisi Mike yang mulai lelah bertarung dengannya.
"Sepertinya kau lelah? Tapi itu bukanlah urusanku." Alex berlari mendekati Mike dan menendang kaki pria itu hingga cedera. "Ternyata kemampuanmu hanya segitu saja, dasar lemah!" ucapnya meludahi pria terkapar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Hajar laki2 iblis tu Lex.
2023-04-18
0
🍒⃞⃟🦅Pisces
hjar smpe ompong sja alex
2022-12-17
1
Wirda Lubis
bagus Alex mati kan saja si Mike tu
2022-11-22
3