Alex meneguk minuman dingin yang ada di tangan, melihat apa saja yang baru dilihat. Apalagi hubungannya dan Jessie tidaklah sedarah, jika menjalankan hubungan tak akan ada yang melarang. Penampilan seksi terus terngiang-ngiang di dalam pikiran membuatnya tak tenang.
"Ada apa denganku? Jessie tetap menjadi adikku, tidak ada perasaan apapun padanya." Monolognya seraya meremas kaleng wadah minuman dingin yang sudah habis di teguk.
Alex memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di atas ranjang, memejamkan mata untuk melupakan kejadian yang hampir menodai otak.
Keesokan harinya, Alex terbangun dari tidurnya, seperti biasa dia akan berolahraga sebelum beraktivitas. Celana pendek dan baju tanpa lengan, tak lupa alat di telinga yang selalu menghubungkannya dengan sang asisten untuk berkomunikasi. Memutuskan untuk lari pagi keluar dari Mansion, sekaligus mencari suasana baru.
Alex menekan alat kecil itu dan menjawab telepon dari sang asisten, tentu saja mengenai meeting untuk pertemuan di perusahaan miliknya. Namun dia melihat ada yang aneh dan juga merasa janggal, mendekat ke objek yang tak sengaja di lihatnya.
"Apa yang dilakukan Jessie di pagi ini?" ucap Alex di dalam hati, berpikir mengenai kebiasaan adiknya yang malas berolahraga.
Jessie menghampiri sebuah mobil hitam beberapa saat kemudian pergi, Alex berlari mendekati adiknya itu dengan raut wajah yang sedari tadi berkerut.
"Siapa itu?"
"Kak Alex?" ucap Jessie berpura-pura terkejut menyadari kedatangan Alex.
"Siapa tadi?"
Jessie yang licik tentu saja berhasil memelas, menepuk kening dengan pelan seraya tersenyum polos. "Kau juga tidak kenal, orang itu kebetulan lewat dan menanyakan alamat padaku."
Alex menatap tajam ke arah Jessie, masih mengintimidasi layaknya seorang detektif. "Kau tahu 'kan, apa konsekuensinya jika ketahuan berbohong." Kecam nya memberikan ingatan penting.
"Ayolah Kak, kenapa aku merasa kau selalu saja mengawasiku."
Alex terdiam dan tak menggubris sikap Jessie yang merangkulnya, ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati apalagi melihat keanehan dari adik angkat setelah dia membawanya ke Mansion Anderson.
"Ada yang disembunyikan Jessie, tapi apa?" pikirnya di dalam hati.
"Huff, hampir saja aku ketahuan." Batin Jessie bernafas lega, tidak tahu apa yang akan menimpanya jika ketahuan.
Jessie yang menjadi agen rahasia untuk merebut semua kekayaan dari keluarga Anderson, memanfaatkan kedekatannya dan juga wajah polos dalam menjebak Alex. Seseorang yang memerintahkannya untuk melakukan itu, tentu saja mereka akan membagi dua hasil yang didapat setelah bekerja sama.
Di sisi lain, John masih mengawasi gerakan Jessie yang diam-diam sering keluar dari Mansion. Sudah merasa curiga sejak gadis itu tinggal di Mansion Anderson, namun Alex tak percaya mengenai ucapannya.
"Sudah kuduga, gadis itu tidak seperti yang terlihat. Bahkan sampai sekarang aku tidak menemukan datanya, kalau dia orang biasa sudah pasti menemukannya dalam hitungan menit saja. Cukup mencurigakan," lirih John seraya meninggalkan tempat.
John menyambut kedatangan keduanya saat masuk ke dalam Mansion, menepuk pelan pundak Alex memberikan kode isyarat untuk mengikutinya tapi lirikan mata terus mengarah ke arah Jessie.
"Kenapa Paman memintaku kesini?"
"Apa kau tidak merasa curiga dengan Jessie?" tanya John serius sedangkan Alex sangat malas membahasnya.
"Sudahlah Paman, sudah berapa kali aku katakan, dia adikku dan lebih mengenalnya."
"Apa kau yakin mengenal sepenuhnya?"
Alex terdiam sejenak memikirkan perkataan John ada benarnya, merasakan ada hal aneh pada Jessie. "Hentikan drama ini, aku dan dia tumbuh bersama-sama. Tentu saja aku mengenalnya!"
"Sungguh kau tidak ingin mencari tahu mengenainya? Sudah satu tahun kita tidak menemukan datanya, apakah itu masih disebut normal?"
Alex terdiam saat mendengar perkataan John, dia juga merasakan hal yang janggal. Tapi, hubungannya mereka sudah terjalin bertahun-tahun dan masih tidak yakin. "Jangan terlalu mencurigainya, Paman."
"Kau menganggap ku Paman 'bukan? Aku sudah berpengalaman dari mu, walaupun mengenalnya lama bukan berarti memahami sifat dan watak seseorang. Kau tidak akan tahu bagaimana dia, dan tidak bisa membaca pikiran juga niatnya." Jelas John.
"Tapi__."
"Kalau kau tak percaya dengan perkataanku? Maka terserah saja, aku sudah mengatakan ini padamu, berhati-hatilah pada gadis itu!" kecam John yang memberikan peringatan penting dan berlalu pergi.
Alex segera membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap untuk pergi ke markas setelah pulang dari kantor, sudah tampan terlihat rapi saat mengenakan jas abu-abu.
"Aku juga mencurigai nya, apa salahnya untuk memeriksa dan semoga saja perkataan John tidak benar."
Saat di meja makan, semua orang berkumpul untuk mengisi perut dan juga mengisi tenaga. David melihat sekelilingnya, suasana yang begitu tegang dan juga sepi.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Baik." Sahut Alex yang singkat.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu, Jessie?" tanya David.
"Pekerjaanku baik dan semuanya lancar, berkat kakek aku bisa membuka toko kue." Jawab Jessie yang bersemangat. Kemudian suasana hening kembali tercipta, tidak ada yang ingin memulai untuk mencairkan suasana.
Jessie pergi lebih dulu setelah berpamitan, Alex melihat kepergian gadis itu dan memerintahkan seseorang untuk mengikuti adik angkatnya.
Jessie masuk ke dalam mobil hitam, bertemu dengan seseorang yang menjadi otak dari semuanya.
"Kau sudah melakukan sesuai dengan rencana?"
"Tentu saja. Aku sudah jenuh dengan semua ini, kapan aku bisa kembali ke markas?" keluh Jessie.
Tanpa di duga gadis itu, sebuah tamparan mendarat di pipinya yang memerah. "Apa yang kau lakukan?"
"Jangan berharap untuk kembali ke markas sebelum kau berhasil merebut kekuasaan Anderson. Ingat! Aku membayarmu dan ingat bagaimana aku membantumu." Ucap Pria itu.
"Ya, aku pasti menuntaskannya." Sahut Jessie yang kesal, ketidakberdayaan dalam melawan yang hanya membuatnya patuh dengan perintah. "Kenapa kau begitu terobsesi dengan keluarga Anderson?"
"Kau tidak perlu tahu."
Seorang pria yang menjadi dalang di balik pertarungan keluarga Mateo dan Anderson, memecah belah keduanya dengan rencananya yang sangat licik. Dia tahu apa yang terjadi puluhan tahun lalu, rencana dalam merebut tahta.
"Tidak lama lagi, aku akan menguasai seluruh aset Anderson." Batin pria itu seraya menyunggingkan senyuman.
Di tempat lain, David melihat album lama dan juga usang. Kematian dari anak juga menantu membuatnya sangat terpukul dan juga sedih, menyalahkan semua itu kepada Antoni Mateo yang sudah mati di tangan John.
"Aku tidak sanggup hidup tanpa kalian berdua, tapi Alex datang memberiku semangat baru. Walaupun dendam sudah terbalaskan, tapi hatiku masih saja belum bisa tenang, merasakan sesuatu yang tidak aku pahami." David mengusap foto usang keluarganya.
Tak sengaja sebuah foto terjatuh saat dia ingin menyimpannya, meraih foto dan melihatnya dengan seksama. Kenangan di masa lalu yang membuat hatinya dipenuhi kemarahan, sudah berpuluh-puluh tahun menyimpan kisah kelam di masa lalu dan tidak ada seorangpun yang tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
seperti musuh dlm selimut orang terdekat 🤔
2025-01-12
0
Wirda Lubis
foto siapa ya
2022-11-22
1