Teriakan dari Mike berhasil mengundang kedatangan Lerry dan juga Lucas, mereka baru menyadari jika Mansion Mateo telah di serang oleh pihak musuh. Berlari ke asal suara dengan perasaan panik dan juga khawatir, penasaran apa yang terjadi kepada adik mereka.
"Tolong aku!" lirih Mike sambil memegang kakinya yang patah, raut wajah yang menahan rasa sakit yang teramat dalam.
"Kau kenapa?" Lucas memeriksa kaki adik ketiga dan sangat terkejut jika tulang kaki Mike patah. "Astaga…siapa yang membuat kakimu cedera? Kondisi kakimu sangat parah."
"Alex yang melakukan semua ini dan membawa Jessie dari penjara bawah tanah."
"Alex? Jadi semua serangan ini karena dirinya?" Lerry mengerutkan dahi, berpikir bagaimana Alex yang tidak mengenal siapapun di luar sana bisa menciptakan kelompok musuh yang menyerang kediaman Mateo yang ketat akan keamanannya.
"Aku tidak berbohong, ini semua karena ulahnya."
"Mike tidak akan berbohong, kau bawa dia ke kamar. Aku akan melihat siapa dalang di balik penyerangan ini." Lucas bergegas pergi meninggalkan dua adiknya, berlari mencari sang pelaku yang dirasa belum jauh.
Dari kejauhan, dua pupil mata membesar saat melihat dua orang yang sangat dikenal. "Jadi dialah orangnya?" monolog Lucas seraya mengeluarkan belati kecil dan melemparnya menggores bahu Alex.
"Arghh." Alex segera menoleh, melihat kakak pertama yang selalu menyiksa dirinya. "Kau hanya bisa bermain belakang saja." Ledeknya tersenyum tipis, meletakkan tubuh lemah Jessie tak jauh dari pilar.
"Setelah berbulan-bulan kau menghilang, ku kira kau tidak akan kembali lagi dan mengalami trauma."
"Aku tidak akan kembali? Yang benar saja. Tidak semudah itu aku melupakan perbuatan kalian, mari sudahi drama ini dengan pertarungan kecil saja."
"Baiklah, sepertinya itu lebih menarik." Lucas tersenyum miring, berlari menggunakan kecepatan dan melayangkan pukulan.
Beruntung Alex memiliki refleks yang sangat bagus, bisa menghindar dan menangkisnya. Membalikkan serangan dengan kepalan tangan mengenai wajah sang target.
"Wow, pukulanmu boleh juga." Puji Lucas yang merasakan kaku di bagian pipinya, kembali mendekat untuk menghajar Alex dan berniat kalau musuhnya mati.
Pertarungan dua orang yang merusak properti yang ada di ruangan itu, satu persatu hancur dan juga patah akibat mereka yang hendak melampiaskan kemarahan. Alex segera mengeluarkan dua belati yang sangat tajam, tersenyum kilat seraya memukul telak Lucas yang terpojokkan.
Alex menusuk kedua belati tepat di bagian perut dan juga dada, Lucas melihat banyaknya darah yang keluar dan mengalir dari tubuhnya.
"Kau sudah tamat." Bisiknya Alex seraya merobek lawannya menggunakan kedua belati.
Kepuasan akan balas dendam mulai direncanakan, namun kesenangan itu tak berjalan lama saat seseorang memukulnya dengan balok kayu.
"Kakak!" pekik Jessie histeris, sedih melihat tubuh alex yang terkapar di atas lantai.
"Dasar bedebah!" umpat Lerry yang sangat marah melihat kakak pertamanya di bunuh oleh Alex.
Alex meraba kepalanya yang berdarah terkena pukulan, rasa pusing yang mendera tak mengurungkan niatnya dalam balas dendam yang selama ini di nanti. Merasa ada bencana yang akan terjadi padanya, segera menggulingkan tubuhnya untuk menghindari serangan kedua balok kayu.
Lerry sangat marah, serangan yang baru saja di layangkan malah meloloskan musuhnya. "Kau akan mati!"
Alex berusaha berdiri, menahan rasa sakit yang di rasakannya. "Bukan aku, tapi kau!" tekannya memberikan tendangan gerakan melingkar, membuat leher Lerry terkilir. Dia mengambil kesempatan itu untuk mencabik-cabik tubuh anak kedua dari Antoni Mateo.
Jessie sangat shock melihat Lerry yang mati dengan sangat mengenaskan di tangan Alex, menutup wajahnya untuk mengurangi rasa ketakutan.
Alex menyimpan dua belati yang telah berhasil merenggut dua nyawa musuhnya, tersisa dua orang lagi yang pasti nya akan menuntaskannya. "Sebaiknya Jessie diamankan terlebih dulu." Ucapnya pelan dan bergegas menghampiri adik nya, tak peduli bagaimana luka di bahu dengan darah yang terus mengalir.
"Ayo!" ajak Alex menggendong tubuh Jessie dan membawanya ke tempat yang aman.
Alex memasukkan adiknya ke dalam mobil, dan hendak kembali untuk menuntaskan misi balas dendam.
"Tunggu! Kakak mau kemana?" Jessie menahan kepergian Alex.
"Untuk membunuh mereka."
"Aku tidak menghalangimu, Kak. Tapi sebelum itu, biarkan aku mengobati bahumu dulu!"
"Baiklah." Alex tersenyum saat melihat Jessie yang sengaja merobek pakaian dan membalutkan luka. "Aku harus pergi, jangan kemana-mana dan tunggu aku kembali."
"Baik Kak."
Alex berlari ke arah pertempuran itu, memeriksa setiap ruangan untuk mencari keberadaan Antoni yang ternyata bersembunyi. "Dia hanya mengandalkan ketiga anaknya."
"Halo Dad." Alex tersenyum di belakang Antoni.
"Kau?" geram Antoni penuh kemarahan.
"Kenapa kau bersembunyi?"
Antoni mengeluarkan pistol dan mulai menembak, tapi Alex berhasil menjatuhkan senjata api dengan sangat mudah.
"Bagaimana kau?" Antoni sangat terkejut melihat Alex yang semakin kuat.
"Menjadi kuat? Begitu maksudmu? Tentu saja dengan latihan yang cukup keras. Kau sangat licik dan juga picik, sama seperti ketiga anakmu itu. Tapi sayangnya, kebanggaan mu telah aku bunuh dengan dua belati ini." Alex tersenyum sangat menyeramkan, mengeluarkan dua belati yang dipenuhi darah.
"Brengsek, kau membunuh ketiga anakku?" kemarahan Antoni memuncak, tidak akan melepaskan Alex yang telah membunuh anak-anaknya.
"Hanya Mike yang belum aku bunuh." Jawab Alex santai.
Terjadilah pertarungan antara keduanya, Alex memang kuat tapi tak licik seperti Antoni yang berhasil melukai nya dengan racun mematikan.
Terdengar suara tertawa menggelegar melihat Alex yang terkapar tak berdaya merasakan racun mulai menyebar di dalam aliran darah. Kemenangan itu tak bertahan lama, John datang dan menyerang Antoni.
John berhasil membunuh Antoni menggunakan kemampuannya, sudah hafal dengan serangan penuh kelicikan dari pria yang sudah tewas di tangannya.
"Alex." John berlari dan meminta beberapa orang membawa Alex ke rumah sakit.
Alex merasakan tubuhnya yang mulai dingin, melihat sayup ke arah sang pelatih dan memberikan senyuman. "Jangan khawatirkan aku, apa Antoni sudah mati?"
"Hem, aku yang membunuhnya."
"Terima kasih, Paman. Kau membantuku lebih dari yang ku inginkan, jika aku tiada tolong jagalah kakek."
"Dasar bodoh, kau tidak akan tiada dengan mudah."
"A-aku bisa merasakan malaikat maut datang untuk menjemputku."
"Berhentilah berbual, kau terlalu banyak berlatih yang membuat otakmu miring."
Alex merasa sangat senang kematian keluarga Mateo yang pernah menyiksanya, tak masalah kalau dia mati dalam pembalasan dendam yang tuntas di jalankan.
"Jika aku tidak selamat, tolong jaga Jessie untukku, Paman. Dia tidak mempunyai siapa pun di dunia ini sela–selain diriku." Ucapnya dengan nafas yang mulai terengah-engah.
"Kau tidak akan mati sebelum aku." Pekik John yang sangat khawatir dengan kondisi Alex kian memprihatinkan. "Tambah kecepatan mobilnya!" bentaknya pada sang supir sekaligus anak buah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Jangan sampe Alex napa2. Akhirnya iblis2 itu mati jg.
2023-04-18
0
🌹@tiksp💐💐
akhirnya 3 orang sudah tewas...tinggal 1 lagi mike yg belum mati..semoga saja dia jg sudah mati oleh anak buah paman john...💪💪
2022-12-17
2
Wirda Lubis
semangat Alex harus kuat demi si jessi
2022-11-22
1