Alex begitu telaten mengerjakan semua pekerjaannya, menyerahkan sebagian tanggung jawab pada sang asisten yang menemaninya selama setahun ini.
Meeting yang berlangsung setengah jam akhirnya usai dengan hasil yang sesuai diharapkan, satu persatu di dalam ruangan itu berlalu pergi.
"Ada apa Tuan?" tanya Dinu, menyadari kegelisahan dari sang atasan.
"Bukan masalah besar. Apa kau sudah mendapatkan sekretaris?"
"Ada dua kandidat, Tuan bisa menentukan siapa yang berhak menjadi sekretaris." Jawab Dinu lugas.
"Hem, suruh mereka masuk ke ruanganku!"
"Baik Tuan." Asisten Dinu berlalu pergi meninggalkan tempat itu, perusahaan yang menjadi identitasnya sekarang.
Alex keluar dari ruangan, baru beberapa langkah seseorang menabraknya dan tak sengaja menumpahkan sesuatu mengenai jasnya. Perasaan yang sangat marah dan ingin mengumpat, menatap sang pelaku tajam.
"Apa kau tak punya mata?" ucapnya dingin.
"Ma-maaf Tuan, saya tidak sengaja menumpahkan kopi." Jawab gadis itu seraya membersihkan jas kotor menggunakan lap yang bertengger di atas bahu.
"Kau semakin merusaknya!" Alex menepis tangan gadis itu dengan kasar, jas yang penuh noda membuatnya sangat kesal. Dia melepaskan jas dan melemparkan ke wajah gadis yang merasa bersalah. "Siapa kau?"
"Saya seorang office girl baru, Tuan."
"Kau masih baru sudah menciptakan masalah, apa kau masih ingin bekerja?"
Gadis itu tak berani menatap mata elang Alex yang tajam, menundukkan pandangan dengan tubuh bergetar.
"Jangan pecat saya, Tuan." Gadis itu langsung bersimpuh di kaki Alex, memohon ampunan untuk pekerjaannya di ambang pemecatan.
Alex mengerutkan dahi, reaksi yang ditimbulkan gadis itu membuatnya heran. "Apa aku terlihat menakutkan?" batinnya mengintropeksi diri. "Hei kau, Bangunlah!"
"Saya tidak akan bangun sebelum Tuan memaafkan kesalahan membuat jas menjadi kotor, saya akan mencuci bersih."
"Bangunlah atau semua orang salah paham dengan ini! Siapa namamu?" dengan ragu-ragu gadis itu berdiri tapi tetao tak berani menatap mata sang atasan tempat dia bekerja.
"Bella, Tuan."
"Hem, sekarang kau pergi dari hadapanku!"
"Ba-baik Tuan."
Alex menghela nafas seraya melangkahkan kakinya menuju ruangan, masih saja memikirkan apakah dirinya begitu menakutkan. Masuk ke dalam ruangan setelah dia meminta sang asisten untuk datang menemuinya di sana.
"Lupakan itu, masih banyak yang harus aku pikirkan." Alex kembali fokus dan mempersilahkan sang asisten untuk masuk ke dalam ruangan.
"Ada apa Tuan memanggilku?" tanya Dinu yang menyempatkan waktu dan bersikap patuh sebagai bawahan.
"Persilahkan untuk dua kandidat calon sekretaris itu masuk ke dalam, kamu akan menginterview mereka!" titahnya.
"Baik Tuan." Asisten Dinu terpaksa mengikuti semua perintah, dan mempersilahkan kedua calon sekretaris untuk di interview sekali lagi demi mencari yang terbaik dari yang terbaik.
Alex memperhatikan kedua calon sekretaris, mengamati untuk menentukan kualitas hingga dia menemukan siapa yang terbaik dan paling kompeten. Tinggallah dia dan asisten Dinu setelah merasakan cukup interview hari ini, mulai memutuskannya.
"Aku lebih menyukai yang pertama di bandingkan yang kedua."
"Pilihan yang bagus Tuan, saya juga menyukainya."
"Hem. Kalau begitu kamu urus segalanya!"
"Siap Tuan."
Alex menyandarkan punggung di kursi, rasa lelah setelah bekerja hanya bisa di tahan seorang diri. Terdengar ponsel yang berdering sedikit membuatnya tersentak kaget, meraihnya dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Halo kek, ada apa?"
"Apa kamu sibuk?"
"Pertanyaan apa itu, tentu aja aku sibuk seperti biasanya."
"Ada yang ingin kakek sampaikan, hal penting!"
"Penting? Katakan saja!"
"Tidak bisa lewat telepon, pulanglah ke Mansion."
"Hem, baiklah."
Alex memutus sambungan telepon secara sepihak, kehidupan yang terlalu monoton dan juga kehidupan yang membosankan. Bergegas pergi meninggalkan ruangan menuju mobil yang terparkir.
Sesampainya di Mansion, Alex melihat seorang pria tua bersama dengan wanita. Penasaran mengapa sang kakek memintanya untuk pulang, dia berjalan mendekat dengan kening yang berkerut.
"Kenapa Kakek memintaku kesini?"
"Eh, ternyata kau sudah tiba. Duduklah, ada hal yang ingin Kakek sampaikan padamu."
Alex mematuhi perkataan sang kakek, melirik seorang wanita yang terus saja tersenyum ke arahnya.
"Dia adalah cucu teman Kakek dan akan bekerja denganmu di kantor, namanya Layla."
"Bekerja di kantor?"
"Ya, dia akan menjadi sekretarismu."
"Itu tidak mungkin Kek, aku sudah menemukan sekretaris baru."
"Kakek tidak mau tahu, Layla harus menjadi sekretaris mu mulai besok." Putus David.
Alex menghela nafas jengah mendengar keputusan sepihak dari kakeknya, tapi dia bisa apa? Semua kendali masih dipegang oleh kakeknya. "Apa ini saja yang menjadi bagian pentingnya?" ucapnya seraya melihat jam yang melingkar di tangannya, merasa itu hanya buang-buang waktu.
"Dia juga akan tinggal di sini."
"Apa Kakek bercanda? Dia hanya orang asing." Sontak keputusan mendadak membuat Alex sangat shock, melirik wanita itu dengan cuek seakan keberadaannya tidak di anggap.
David tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. "Ya, jangan lupakan kalau Kakek masih hidup." Tekannya yang memberi peringatan jika dirinya masih berkuasa.
"Ayolah Kek."
"Dan jangan lupakan bagaimana kau membawa Jessie ke dalam Mansion, dia juga orang asing. Lalu, apa bedanya sekarang?" ucap David santai, yang tentu saja mempunyai maksud tersembunyi.
"Dia adikku."
"Tidak ada kaitan darah denganmu, jangan membantah."
"Terserah apa yang ingin Kakek lakukan." Alex beranjak dari duduknya menuju mobil terparkir, kembali ke kantor dan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang menunjuk.
Seorang wanita cantik yang tampak sungkan untuk tinggal di Mansion, apalagi setelah mendengar perkataan Alex yang dengan keras menolak kehadirannya.
"Sudahlah, kau tidak perlu sedih dengan perkataannya." Celetuk David yang menghibur wanita itu.
"Tapi Kek, dia tidak menyukai keberadaanku."
"Jangan hiraukan dia, pelayan akan membawamu ke kamar. Pergilah ikuti dia!"
"Baik Kek." Jawab Layla menganggukkan kepala, menarik koper kecil yang di bawa.
Seseorang sedari tadi melihat apa yang terjadi, dia sangat marah mengetahui ada orang asing yang tinggal di Mansion. Kedua tangan mengepal dan rahang yang mengeras, tatapan tajam tak pernah lepas dari seorang wanita bernama Layla.
"Bagaimana kalau wanita itu mengacaukan rencanaku?" batin Jessie yang segera pergi meninggalkan tempat persembunyiannya sebelum ketahuan, rencana sang pemilik asli Mansion Anderson membuatnya tak bisa berkutik.
Jessie melempar vas bunga ke lantai melampiaskan kemarahan yang menggebu-gebu, keputusan dari David membawa orang lain masuk ke dalam Mansion tak pernah terbayangkan sebelumnya.
"Bagaimana bisa wanita itu tinggal disini? Dia hanya akan mempersulit pekerjaanku saja. Apa dia wanita biasa atau sama sepertiku? Apa niatnya murni atau ada hal yang lain?" monolog Jessie sambil berpikir keras.
"Tidak ada cara lain selain membujuk Alex untuk mengusir wanita itu, atau aku sendirilah yang akan mempersulitnya." Jessie tersenyum tipis saat ide terlintas di otak, demi kelancaran rencana untuk mendapatkan kakak angkatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
LANY SUSANA
jessi bahaya tuh ...tp sayang alex tdk percaya kata2 paman jhon
semoga lyla mengawasi jessi dan menjaga alex dr jessi
2022-12-06
1
Wirda Lubis
Jessie jahat tidak berterima kasih sudah di selamat kan si Alex
2022-11-22
1