Alex yang begitu penasaran segera membuka koper kaleng itu dengan memukulnya mengikuti arah detikan jam di dinding, dia tahu bagaimana memanfaatkan situasi dengan sangat baik. Peluh yang membasahi tubuhnya, melakukan dengan penuh alunan atau dia bisa ketahuan mencari sesuatu di dalam gudang.
"Astaga…cukup sulit membuka koper kaleng ini." Ungkapnya yang terus berusaha dan akhirnya berhasil. Dia mendekatkan lentera dan melihat dengan lebih jelas apa isi di dalam koper itu.
Alex melihat beberapa pakaian lama dan sudah usang, juga menemukan pakaian bayi dan segera memeriksanya. "Ini bedongan, milik siapa ini?" monolognya yang membentang bedongan itu dan melihat sebuah buntelan di bagian tersembunyi yang menarik perhatiannya. "Pasti ada sesuatu di dalam sini?" tanpa menunggu waktu lagi dia segera membuka dengan cara mengoyak nya dan melihat isi di dalam bedongan itu.
Perhatian Alex teralihkan di saat mendengar suara benda jatuh di atas lantai, dan dia segera menyorot menggunakan lentera karena minim cahaya membuatnya sedikit kesulitan. Rasa penasarannya akan terjawab di saat dia melihat sebuah liontin yang berbentuk cukup unik. "Eh, ada liontin di sini."
Bukan hanya itu, Alex menemukan sebuah kertas yang berisi kode yang tidak bisa dipahami, namun mengerti kalau itu sangatlah penting. "Ada kode dan juga liontin, apa maksudnya ini? Sesuatu misteri yang harus kupecahkan, sepertinya ini juga sulit.
Alex baru ingat kalau perlengkapan bayi dari ketiga kakaknya itu tidak ada di gudang yang pastinya disimpan di tempat yang aman, apalagi bedongan juga membuktikan kalau itu miliknya, ada nama yang tertulis di sana. "Tidak salah lagi kalau ini suatu petunjuk agar aku bisa menemukan keluargaku kembali, Antoni Mateo aku akan membalaskan dendam ini. Aku bersumpah akan membuat mu dan juga putra-putra mu itu mati secara mengenaskan."
Kemarahan di hati begitu menyeruak, bahkan mempengaruhi dirinya. Dia tidak bisa mengampuni keluarga palsu yang selama ini hanya bisa memberikan siksaan saja.
"Sebaiknya aku pergi dari sini sebelum ketiga iblis itu datang dan kembali menyiksaku!" Alex segera pergi meninggalkan gudang dan kembali menutupnya seperti biasa, melihat situasi aman dan barulah dia mengendap-ngendap menuju kamarnya.
Alex mengangkat liontin dengan ukiran khas, dia tahu itu adalah miliknya yang tidak diketahui oleh keluarga Mateo. Melihatnya dengan seksama dan memeriksa apakah ada sesuatu di dalam liontin itu atau tidak, begitu banyak teka-teki yang harus dipecahkan apalagi kertas yang berisi kode rahasia yang entah apa gunanya.
"Kode rahasia? Dia juga mengatakan rival, kalau dua keluarga ini bermusuhan, berarti orang tuaku bukanlah orang sembarangan. Tentu saja mempunyai kekuasaan apalagi yang diinginkan oleh keluarga Mateo selain uang dan juga tahta." Monolognya yang mencoba untuk memecahkan teka-teki.
Alex memutuskan untuk membaringkan tubuhnya yang begitu lelah dan juga masih terasa nyeri akibat pukulan dari ketiga kakaknya yang bersifat seperti iblis, kini matanya mulai terbuka mengapa ketiga kakaknya itu selalu saja mencari masalah dan menyiksanya. "Apa keluargaku ada yang tersisa? Kalau itu benar terjadi, lalu untuk apa kode ini? Tapi tetap saja aku harus memecahkan teka-teki dan menghancurkan keluarga Mateo, seperti mereka menghancurkan dan membunuh ayah dan ibuku." Dia sudah bertekad karena banyaknya pertanyaan yang ada di dalam pikiran, tapi sayangnya dia tidak bisa menafsirkan ini.
Mata yang juga tidak bisa terpejam, memutuskan untuk duduk di samping jendela. Kamar yang begitu tidak layak untuk ditempati, bahkan kamar pelayan dimension itu lebih mewah dibandingkan kamarnya. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting sekarang dia akan menyusun rencana untuk bisa melawan keluarga biadab, dan mencari keluarga juga jati dirinya yang telah direnggut darinya.
Dengan cepat Alex bergegas mencari sesuatu di dalam lemari kayu yang berlubang dimakan rayap, senyum di wajahnya terlihat jelas saat menemukan sebuah kertas yang lumayan tebal berisi peta Mansion Mateo.
"Hah, untung saja aku punya peta di Mansion ini, ternyata tindakanku dulu sangat berguna di masa terdesak seperti sekarang." Ucapnya di dalam hati seraya melihat beberapa lokasi untuk melarikan diri dari neraka itu. "Cukup berbahaya kalau aku melewati beberapa pintu ini, apakah ada jalan rahasia? Di sini sedikit terasa mengganjal, ada sebuah gerbang di halaman belakang Mansion. Tapi selama ini aku tidak pernah melihatnya, lalu kenapa di peta tergambar adanya gerbang, tidak salah lagi kalau ini memang jalan rahasia."
Alex terdiam sejenak, dia membayangi halaman belakang dari Mansion Mateo adalah hutan, begitu banyak hewan melata seperti ular berbisa. "Cukup berisiko untuk melewati jalan ini, tapi hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa keluar dari tempat ini. Tidak tahu bahaya apa yang mengancam di dalam hutan. Aku putuskan untuk kabur di esok malam, semoga saja aku tidak ketahuan atau mereka akan membunuhku."
Alex yang begitu serius dalam menyusun rencana, tanpa diketahui jika ada seseorang di ambang pintu yang tengah memperhatikannya sedari tadi. "Kakak belum tidur?" ucap gadis berambut ikal yang melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar.
Sontak Alex terperanjat dan juga terkejut saat melihat kedatangan Jessie, dia berpikir apakah gadis itu mendengar rencananya atau tidak, segera dia menyembunyikan peta itu di belakang tubuhnya. "Aku masih belum mengantuk tapi apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku hanya ingin memeriksa keadaan Kakak saja, aku juga tidak bisa tidur setelah melewati kejadian ini."
"Hem."
Jessie celingukan dan sangat penasaran apa yang dipegang oleh Alex dan disembunyikan di belakang punggung. "Apa yang kakak sembunyikan dariku?"
"Bukan apa-apa!"
"Benarkah? Kalau begitu tunjukkan padaku!" keukeuh Jessie.
Alex terus menghindar di saat Jessie berusaha ingin mengetahui apa yang dia sembunyikan, rasa penasaran dari gadis itu benar-benar membuatnya hampir kehabisan akal. Dengan cepat dia mencari ide untuk mengalihkan perhatian gadis yang selalu saja tertuju pada peta yang ada di tangannya.
"Ini sudah larut malam, sebaiknya kau tidur dan jangan berusaha mencari tahu apapun."
Jessie menatap Alex dengan lekat, melipat kedua tangan di depan dada. "Aku juga mendengar mengenai rencana kakak, apa aku berkata benar?"
"Berhentilah membual dan sebaiknya kau tidur, aku mulai mengantuk." Alex berpura-pura menguap agar aktingnya bisa dipercaya oleh Jessie tapi hal itu tidak terjadi karena rasa penasaran dari gadis berambut ikal semakin besar.
"Aku tahu kalau kakak ingin kabur dari Mansion ini."
"Jadi kau sudah mendengar rencanaku?" Alex memastikan apakah dia benar atau salah, tetapi melihat anggukan kepala dari Jessie menandakan kalau dirinya tidak bisa berbohong ataupun mengelak lagi.
"Aku mendengar semuanya, Kakak akan kabur melewati halaman belakang yang di sana banyak ular berbisa."
Dengan cepat Alex menutup mulut adiknya. "Sttt…jangan bersuara bahkan dinding pun bisa mendengarnya." Ungkapnya yang mulai mengaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Semoga misi mu berhasil Lex...
2023-04-18
0
Kornelia Esyiledewara
masih belum jelas
2022-12-07
3