Permintaan Ibu

Ibu dengan dua orang anak itu terlihat begitu lesu saat memasuki kamar pribadinya dengan sang suami. Hari ini, lelahnya telah bertambah. Mengurus dua balita tidaklah mudah.

“Nanda ....”

Wanita bernama Nanda itu menoleh saat suara seseorang memanggil namanya, baru saja dia ingin membaringkan tubuh sesaat di atas kasur.

“Ibu ....” Nanda langsung menghampiri sang ibunda, melupakan rasa penat yang sudah memenuhi persendian di tubuhnya. "Mas, tolong jagain Rania, ya?" pinta Nanda sembari menoleh pada suaminya.

Aldi mengangguk sambil tersenyum, setuju dengan permintaan sang istri.

“Nak, Rania sudah tidur, kan? Ibu mau bicara sama kamu,” pinta wanita yang memakai gamis hitam itu, lalu berjalan menuju ke ruangan ruang tengah.

Tanpa berniat menolak, Nanda mengikuti langkah ibunya. Ikut duduk di samping wakita yang sudah melahirkannya beberapa puluh tahun silam.

Beruntung, putri kecilnya yang masih berusia hampir satu bulan itu sudah tidur dan sang suami mau menjaganya. Hari akhir pekan, sudah barang tentu Aldi pulang. Hal tersebut Nanda lebih tenang dan dia bisa leluasa untuk berbicara dengan ibunya.

“Ibu mau bicara apa?” tanya Nanda, setelah keduanya bergeming cukup lama.

Wanita paruh baya berusia kisaran setengah abad itu tersenyum, lalu memegang tangan Nanda. Kemudian, menghela napas panjang seakan apa yang akan diucapkannya kali ini memang sangat serius.

“Ibu minta maaf, Nak. Bukannya ibu tidak ingin lagi mengurus cucu-cucu ibu. Hanya saja ... kamu tau sendiri, usia ibu sudah rentan dan ibu merasa repot sekali jika harus mengurus dua cucu ibu sendirian. Ibu sering kelelahan. Ibu rasa tidak sanggup lagi. Apa lagi jika masa cutimu habis. Kamu dan Aldi pergi kerja, susah Ibu jika menjaga Rere dan Rania sendirian. Mungkin, jika hanya membantu sedikit, ibu bisa. Jika harus menjaga mereka lebih lama seperti biasanya, ibu tidak mampu lagi, Nak.” Mata sang ibu terlihat berkaca-kaca.

Benar, hampir satu bulan ini, ibunya selalu membantu Nanda menjaga anak. Rania selalu dijaga oleh ibu dari Nanda jika Rere sedang rewel, begitu juga sebaliknya.

Nanda juga berpikir, jika masa cuti telah habis dan wanita itu harus kembali bekerja, bagaiama dengan Ramia dan Rere? Apa yang tadi disampaikan oleh sang ibu juga tidak salah. Di usia beliau yang semakin sepuh, pasti kesalahan jika harus merawat dua anak balita.

Selama ini saja, dia meminta sang ibunda untuk menjaga Rere sampai dia pulang dari mengajar. Kesibukannya sebagai seorang pengajar, pun sama halnya dengan sang suami, membuat dirinya mau tidak mau harus merepotkan ibunya sendiri. Seorang anak saja sudah merepotkan, bagaimana Nanda tega mau meminta ibunya menjaga satu lagi?

Sejujurnya, tidak ingin rasanya dia terus merepotkan sang ibu. Sebab, sudah sejak dia lahir membebankan wanita itu, kini harus mengurus cucunya pula. Namun, bagaimana? Tidak ada pilihan lain yang bisa Nanda lakukan.

Tatapan wanita itu terlihat begitu sendu pada Nanda. Nada bicaranya seakan menyiratkan kelelahannya selama ini dalam menjaga dua buah hati Nanda.

Sang putri menghela napas dengan kasar. Benar apa yang menjadi perkiraannya. Dia tersenyum ke arah sang ibu. Nanda juga mengusap tangan wanita itu dengan senyum tak luput menghiasi wajahnya.

“Bu ... Ibu tidak perlu minta maaf. Harusnya Nanda yang meminta maaf, karena telah merepotkan Ibu. Dulu ... Ibu telah mengorbankan segalanya untuk Nanda, kini malah harus direpotkan lagi dengan anak-anak Nanda. Kalau Ibu sudah tidak kuat, Nanda akan bicara dengan Mas Aldi untuk mencari pengasuh saja.” Nanda berusaha bersikap bijak.

Kalimat yang dilontarkan Nanda terdengar begitu tenang. Dia juga sadar akan kesalahannya pada sang ibunda. Tentulah dia tidak akan marah pada wanita itu atas kejujuran yang diutarakan.

“Baiklah kalau begitu, ibu mendukung kamu," ucap sang ibu. Wanita paruh baya itu merasakan kelegaan di hatinya. Awalnya dia sempat berpikir jika Nanda akan salah paham terhadapnya. Mengira jika dia tidak mau lagi membantu Nanda merawat Rere dan Rania.

Nanda tersenyum, memeluk sang ibunda dengan erat. Nyaman dan hangat begitu terasa. Walau sudah sedewasa apapun Nanda, di hadapan ibunya dia tetaplah seorang anak kecil yang membutuhkan bimbingan dan bantuan agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan.

Setelah membuat kesepakatan dengan Nanda, Ibu pun pamit untuk kembali ke kamarnya. Nanda juga mempersilakan. Sudah cukup malam memang, waktunya untuk istirahat. Nanda sendiri juga beranjak menuju kamarnya, menemui sang suami.

"Tadi Ibu bicara apa, Dek? Kok kayaknya penting sekali?" tanya Aldi begitu Nanda menghampirinya di tempat tidur.

Nanda lalu menyampaikan permintaan ibunya. Aldi pun mengerti dan tidak marah. Sepasang suami istri itu kemudian membicarakan rencana apa yang akan mereka lakukan untuk ke depannya.

Malam telah menyapa, Aldi dan Nanda sama-sama duduk di atas kasur dengan punggung menyender pada kepala ranjang. Keduanya menatap lurus ke depan dengan kaki selonjoran.

Nanda telah menyampaikan pada sang suami apa yang ibunya keluhkan. Lagi pula, sejak awal dia memang tidak tega untuk meminta bantuan dari ibunya. Namun, karena kondisi yang mendesak dia tidak bisa berbuat apa-apa selain merepotkan sang ibu.

Satu bulan ini, ibunya sudah bersusah payah ikut menjaga Rania selain mengurus Rere. Nanda dan ibunya bekerja sama merawat dua bidadari kecil itu. Namun, mulai Senin depan Nanda sudah masuk bekerja lagi. Menjalani hari-hari dengan rutinitas sebagai guru seperti pendidik lainnya.

“Apa kita mencari pengasuh saja untuk Rania, Mas? Kasian ibu, kalau harus terus-menerus menjaga anak kita,” usul Nanda, sesuai dengan apa yang dia janjikan pada sang ibu untuk mencari pengasuh bayi.

Aldi tampak berpikir, menatap langit-langit dengan tenang. Pikirannya mempertimbangkan keinginan sang istri dan mertuanya. Mereka tidak salah jika menginginkan hal tersebut. Aldi juga merasa bertanggung jawab untuk memenuhi permintaan itu.

“Baiklah, kita akan cari pengasuh untuk Rania. Aku juga tidak tega jika harus terus-menerus merepotkan ibu.”

Nanda tersenyum gembira saat mendengar keputusan suaminya. Bersyukur dalam hati sebab Sang Kuasa telah memudahkan jalannya, memberikan suami yang sangat perhatian.

“Terima kasih, Mas.” Nanda memegang tangan kanan suaminya, Aldi membalas senyuman sang istri dengan tulus.

“Bagaimana kalau kita membuat iklan saja di facebook. Di sana pasti kita bisa langsung mendapatkan pengasuh secepatnya. Secara, facebook jangkaunnya lebih luas, kan?” Nanda memberi usul.

“Bagus juga. Ayo, kita buat sekarang. Semoga besok, kita sudah mendapatkan pelamar sesui kriteria yang kita inginkan.”

Nanda mengangguk dengan penuh antusias, bergegas mengambil ponselnya yang sejak tadi tergeletak di atas naci. Begitu juga dengan Aldi, lelaki itu juga melakukan hal yang serupa.

“LOWONGAN PEKERJAAN! Dicari seorang wanita yang sudah berpengalaman menjadi baby sister untuk menjaga dua orang anak dengan usia empat tahun dan bayi berusia satu bulan. Bila minat, segera hubungi nomor 0838 ×××× ××××!”

Iklan telah selesai ditulis, lekas sepasang suami istri itu segera mengunggahnya di laman facebook masing-masing. Keduanya sama-sama mencantumkan nomor Nanda di sana.

“Baiklah, kita tunggu sampai besok pagi. Semoga segera ada yang menghubungi kita.” Aldi langsung meletakan ponselnya di atas meja kembali, lalu disusul Nanda.

“Iya, Mas. Aamiin. Semoga," sahut Nanda penuh harap. Wanita itu memang berharap sebelum dia masuk kerja, sudah ada orang yang membantu ibunya menjaga Rere dan Rania.

Aldi tersenyum tidak jelas, menatap sang istri dengan mata mengerling beberapa kali menggoda istrinya sendiri.

Nanda yang melihat hal itu dari suaminya, merasa geli sendiri. “Kenapa, Mas? Cacingan? Kedip-kedip sebelah mata begitu,” celetuknya, tanpa memikirkan perasaan Aldi.

Lelaki itu memasang wajah cemberut, memajukan bibirnya beberapa senti. Membuat Nanda terkekeh pelan.

"Apa sih, Mas? Kok jadi kayak ikan ****** begitu?" goda Nanda.

"Ikan ****** tapi kamu suka, kan?" desak Aldi.

“Iya ... iya, mau sekarang?”

Mata Aldi langsung berbinar, mengangguk penuh semangat. “Wah, istriku peka juga akhirnya.

Alhamdulillah yaa Allah, jadikanlah dia istri yang solehah,” ujarnya dengan wajah memelas, dramatis sekali sampai mengusap tangan ke wajah bak selepas berdoa.

“Aamin. Ayo, kalau mau sekarang!” ajak Nanda, menggoda sang suami untuk melakukan hubungan rahasia pasutri, bukan adegan konsumsi publik.

"Beneran, Dek? Nggak bohong lagi kan, ini?"

Mendengar kata-kata suaminya, Nanda malah tertawa cukup keras. Hal itu membuat Aldi kebingungan sekaligus jengkel.

"Malah tertawa? Mau Mas makan sekarang, nih?" Aldi semakin tidak sabar.

"Ih, Mas Aldi ... lupa, ya? Meski masa nifas udah selesai, tapi kata dokter 'kan belum boleh dulu, tunggu sampai jarak dua bulan. Biar kondisiku benar-benar fit," celetuk Nanda.

Aldi sontak kecewa. Dia teringat juga akan pesan dari dokter waktu kontrol. Mengingat Nanda yang pernah sakit Hepatitis hingga menjelang melahirkan serta masa nifasnya yang memang baru selesai, dokter menyarankan agar pasangan suami istri itu tidak melakukan hubungan badan dahulu.

Melihat Aldi yang cemberut, Nanda malah tersenyum dan kembali menggoda sang suami. Kali ini Aldi hanya bisa pasrah dengan tingkah istrinya. Lelaki yang hasratnya sudah menggebu itu pun hanya bisa menahan dengan perasaan dongkol.

...****************...

Pagi telah menyapa kembali. Saat ini Nanda, Aldi, mertua, dan Rere sedang menikmati sarapan bersama. Sementara itu, Rania masih tertidur dalam buain.

Tak ada percakapan di sana, semuanya sibuk dengan makanan masing-masing. Beruntung, Rania masih tertidur sehingga mereka bisa sarapan dengan tenang.

“Bu ... Ibu nggak usah khawatir lagi, ya. Aku dan Mas Aldi sudah mencari pengasuh untuk membantu menjaga Rere dan Rania. Jadi, nanti Ibu tidak akan terlalu capek lagi,” ujar Nanda setelah menyelesaikan kunyahan terakhirnya, lalu meminum segelas air putih dan meneguknya sampai setengah.

Terpopuler

Comments

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Moga aja yg melamar jdi baby sitter nnti nenek" ,, bhya bnget klu smpai wnita muda yg jdi baby sitter,, bsa" kegilaan aldi smkin mnjdi

2023-01-15

1

dheselsa

dheselsa

Gak mau komen apa-apa. Cuman berharap menang GA buat beli lakban biar bisa nutupin mulut clamitan Aldi.

2022-12-16

4

🎯bunda yun[❄️]™♥️

🎯bunda yun[❄️]™♥️

cari pengasuh bayi yang tua aja biar Aldi gk jelalatan tuh mata sama bibir nya

2022-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!