Melahirkan (part 2)

Meski Aldi berusaha menenangkan Nanda, sebenarnya hatinya sendiri juga sedang sangat cemas. Lelaki itu takut jika terjadi sesuatu dengan istri dan bayi dalam kandungan Nanda. Namun, sebagai laki-laki, dia akan berusaha terlihat lebih tegar dan kuat.

“Mas ....” Nanda memanggil Aldi lirih.

Nanda menatap langit-langit kamar dengan nanar. Dia takut terjadi sesuatu pada bayinya. Semoga saja apa yang menjadi firasatnya saat ini tidaklah benar.

"Ada apa, Sayang? Mas di sini," sahut Aldi sambil membelai kepala sang istri.

"Mengapa lama sekali, ya? Tidak seperti waktu mau lahiran Rere dulu?"

Aldi tersenyum tipis, berusaha menghilangkan kekhawatiran Nanda.

"Tiap anak yang lahir 'kan beda-beda. Rere dulu cepat, kalau anak kedua kita mungkin masih ingin sedikit lebih lama beberapa jam di perutmu, Sayang. Kamu yang sabar, ya? Semoga Allah melancarkan proses persalinan ini. Agak lama tak apa, yang penting kamu dan bayi kita selamat dan sehat."

"Aku takut, Mas ..." Nanda memelas.

"Jangan takut, Sayang. Kamu harus yakin. Kamu kuat dan bisa melahirkan anak kita yang kedua dengan selamat," dukung Aldi.

Nanda kembali terdiam. Sesekali dia merasakan kontraksi lagi di perutnya. Semakin sering kontraksi itu terjadi, tetapi pembukaannya tak kunjung bertambah. Hingga malam tiba dan Dokter Fajria kembali memeriksa kondisi Nanda saat ini, melihat keadaan pasien untuk segera memberikan tindakan.

“Bagaimana, Dok?” tanya Aldi setelah melihat Dokter Fajria selesai memeriksa.

Dokter Fajria menatap Aldi dan Nanda secara bergantian, lalu menghela napas pelan. “Kita harus segera melakukan operasi. Itu jika Ibu dan Bapak setuju. Kondisi Bu Nanda sudah semakin lemah dan pembukaan pun tidak bertambah. Khawatir, jika tidak segera dilakukan operasi maka dapat membahayakan bayi yang ada dalam kandungan Bu Nanda.”

Mendengar hal itu, membuat Nanda syok. Dia langsung memegang tangan Aldi dengan kuat. Sementara sang suami, peka dengan perasaan istrinya itu langsung membalas pegangan Nanda.

"Mas??" Mata Nanda merebak, rasa takut menyelimuti dirinya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Demi keselamatanmu dan bayi kita. Kita harus percaya pada tim dokter," bujuk Aldi.

Nanda menitihkan air mata, tetapi dia mengangguk. Menyetujui perkataan suaminya.

“Baik, Dok. Lakukan saja yang terbaik untuk menyelamatkan anak dan istri saya,” putus Aldi pada akhirnya, karena tidak ada jalan lain lagi.

“Baik kalau begitu, Pak Aldi bisa ikut saya untuk menandatangani berkas-berkas,” ujar Dokter Fajria, lalu pergi meninggalkan ruangan.

"Baik, Dokter," jawab Aldi tanpa ragu.

“Aku ke sana duku, ya? Kamu di sini baik-baik. Jangan takut, ada aku yang akan selalu menemanimu. Demi anak kita, kamu pasti melewati ini,” kata Aldi, lalu mencium punggung tangan Nanda sebelum akhirnya meninggalkan wanita itu sendirian bangsal. Aldi menyusul langkah Dokter Fajria.

Nanda tak bisa berkata apapun. Ingin menolak, tetapi percuma. Keadaan yang sudah memaksa. Dia hanya bisa pasrah saat ini. Benar apa kata suaminya, demi anak mereka.

Memikirkan itu, membuat tangan Nanda refleks mengusap perutnya. Menarik napas dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Rasa takut sedikit menyusup ke dalam relung hatinya.

Sesuai yang sudah disepakati oleh Aldi dan pihak rumah sakit. Kini, tepat pukul tujuh malam. Nanda akan melakukan operasi. Di luar ruangan, Aldi menunggu dengan gelisah. Degup jantungnya terasa tidak karuan. Gelisah memenuhi hati, tetapi dia harus tetap tegar.

Sebagai kepala rumah tangga, Aldi tidak boleh menjadi lemah. Dia harus tetap kuat dalam kondisi seperti ini. Di dalam sana, ada dua nyawa yang tengah berjuang.

Aldi juga menelepon mertuanya, memberitahukan kondisi Nanda dan menanyakan tentang Rere. Mertuanya memberi semangat pada Aldi dan menegaskan bahwa Rere baik-baik saja di rumah. Dia tidak perlu mencemaskan putri pertamanya itu, cukup konsentrasi pada Nanda saja.

...****************...

Benar, pengorbanan seoarang istri tidak akan pernah ternilai oleh apapun. Seorang ibu yang bertaruh nyawa demi kelahiran anaknya ke dunia ini.

Aldi terus memanjatkan doa dalam hati, menunggu lampu kamar operasi menjadi hijau. Terasa begitu lama waktu jika ditunggu, membuat perasaannya semakin tidak karuan.

Akhirnya, lampu berubah menjadi hijau dan terdengar suara tangis bayi. Aldi berdiri tepat di dekat pintu kamar operasi. Bersiap untuk menunggu seseorang yang keluar dari sana.

Benar saja, tak lama setelah lampu berubah warna, seseorang datang dengan seragam hijau khas untuk operasi.

“Bagaimana kondisi istri saya, Dok?” tanya Aldi, langsung pada inti.

Dokter Fajria yang menangani Nanda itu tersenyum setelah melepas maskernya. Kemudian, mengulurkan tangan ada Aldi. Menjabat tangan lelaki itu dengan raut wajah yang sangat tenang.

“Selamat ya, Pak. Operasinya berjalan dengan lancar tanpa ada masalah apapun. Bu Nanda baik-baik saja, tapi masih dalam pengaruh obat bius dan menunggu pemulihan. Anak Bapak pun sudah lahir, seorang perempuan. Cantik sekali,” ungkap Dokter Fajria.

Aldi akhirnya bisa menarik napas dengan lega. Apa yang dikhawatirkannya sejak tadi, akhirnya terjawab juga. Operasi selesai, anaknya lahir dengan selamat dan istrinya baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

alhamdulillah

2023-01-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!