Rapat Baksos

Hari ini, beberapa gadis desa berkumpul di balai desa. Tujuannya adalah untuk mengikuti acara rapat yang akan membahas seputar kegiatan bakti sosial yang akan diadakan desa.

Setelah sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya Maila, Susan, dan kawan-kawan di persilakan masuk aula oleh perangkat desa. Rapat pun segera dimulai.

Kini, aula besar itu sudah dipenuhi oleh para pemuda dan pemudi. Juga oleh beberapa perangkat desa, termasuk Pak Kades. Acara rapat telah dibuka oleh kepala desa, lalu langsung disambung oleh ketua panitia yang memaparkan tujuan dan sasaran kegiatan. Untuk bulan ini, mereka akan membagikan sembako pada lansia dan warga kurang mampu.

Maila, Susan, Meri, dan peserta rapat lainnya menyimak dengan khusyuk tanpa ada yang menyela sedikit pun. Mereka tampak antusias ketika tiba waktu sesi bertanya untuk tugas masing-masing seksi.

“Demi mensejahterakan masyarakat di desa, kita akan mengadakan kegiatan bakti sosial untuk penyaluran bantuan pangan. Apakah ada usul, apa saja yang akan kita berikan pada masyarakat nanti selaian bahan makanan pokok?” tanya kepala desa yang mengenakan baju batik kecokelatan. Namanya Pak Farel. Kepala desa termuda yang dilantik tahun kemarin. Usianya baru tiga puluh tahun, tetapi sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Susan mengangkat tangan, membuat kepala desa langsung tertuju padanya. Beliau lalu mempersilakan Susan untuk mengeluarkan pendapat.

Semua orang tampak mendengarkan apa yang Susan usulan. Dia memberi usul, selain beras, telur, dan minyak goreng, alangkah baiknya memberikan buah-buahan dan vitamin.

"Saat ini sedang musim pacaroba, saya raya perlu memberikan vitamin juga untuk menjaga daya tahan tubuh," usul Susan.

"Usul yang bagus," sambut kepala desa. "Ada usulan atau tanggapan lain? Ayo, jangan rayu berpendapat," lanjut Pak Kades.

“Iya, Pak. Jadi begitu. Kita fokuskan bantuan kali ini pada apa yang pastinya dibutuhkan masyarakat. Tentunya, kita juga harus adil. Adil di sini dalam artian membagi hak mereka sesuai dengan kadar kebutuhan. Untuk beberapa lansia yang merupakan fakir miskin, maka kita bisa berikan lebih. Misalnya untuk berasnya kita kasih lima belas atau dua puluh kilo. Sementara untuk beberapa yang lain, yang kehidupannya lebih baik, kita antar sepuluh kilo dulu. Itu seperti Mbah Jono, meski lansia, tapi dia masih punya beberapa petak sawah yang disewakan tahunan.” Ketua Panitia mengimbuhkan usulan.

“Terima kasih pada saudari Susan dan Pak Budi yang telah memberikan pendapat. Saya senang pada anak muda yang aktif dalam menanggapi suatu permasalahan untuk mewujudkan desa kita yang lebih baik. Untuk itu, saya sudah memutuskan untuk mengikuti saran yang diberikan oleh Susan dan Pak Budi. Bagaimana, apa ada yang mau menambahkan lagi?" tanya Pak Farel.

"Sementara mungkin itu dulu, Pak. Kegiatan ini rencananya menjadi agenda bulanan, kan? Sekaligus bekerja sama dengan tenaga kesehatan desa untuk pemeriksaan lansia dan pemberian vitamin itu tadi. Nanti kita evaluasi lahi hasilnya dan kita perbaiki kekurangan di bulan depan," salah satu perwakilan pemuda angkat bicara.

"Oke. Kalau begitu kita sepakat untuk barang-barang yang akan diberikan. Nanti, daat warga penerima baksos akan diberikan oleh Pak Carik. Untuk waktu pelaksanaan itu lusa. Jadi, besok kita packing barang, nanti siang biar perangkat desa yang memesan barang-barang sembakonya. Setuju?” ucap kepala desa, meminta persetujuan para hadirin yang ada.

“Setujuuuu!!!!” jawab mereka secara serempak.

Carik desa lalu membagikan daftar nama-nama penerima bantuan.

"Coba di cek dulu, mungkin ada yang terlewat dari masing-masing dusun," pinta sang carik alias sekretaris desa.

"Mbah Untung? Ini rumahnya yang mana, sih?" tanya Meri pelan.

"Oh, itu yang jalan belokan dekat rumah Mbak Nanda. Itu tiga rumah dari sana," jawab Meila.

"Oh, dekat rumah kamu juga, dong?"

"Iya."

"Mbak Nanda itu yang katanya jadi PNS sama suaminya itu, kan? Beruntung sekali ya, mereka, bisa keangkat bareng? Kita? Udah mau lulus kuliah tapi belum jelas dapat kerja atau tidak?" Meri nyeletuk pelan.

"Rezeki udah ada yang ngatur. Udah, nggak perlu iri sama orang lain. Itu yang terlihat bahagia juga belum tentu aslinya begitu," sahut Meila setengah berbisik.

"Iya, tahu ... tapi itu Mbak Nanda dan suaminya memang beruntung. Bukannya aku iri, tapi 'kan jarang-jarang ada suami istri daftar PNS terus diangkat bareng begitu. Lengkap sudah kebahagian hidup Nbak Nanda itu, kerjaan bagus, ada suami setia, dan anak-anak juga. Nggak ada kurangnya, kan?" Meri menanggapi dengan suara pelan. Sesekali dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Gadis itu sadar masih dalam forum rapat, dia tidak ingin suaranya mengganggu situasi di sana.

"Belum tentu juga. Ibarat pepatah, jangan lihat buku dari covernya. Kalau ada hal yang tidak seperti kelihatannya, orang luar mana tahu?" komentar Maila setengah berbisik.

"Maksudnya?" Meri terlihat penasaran.

"Udah, jangan banyak ngobrol dulu! Fokus nih, bahas baksos," keta Melia. Dia sebenarnya teringat kelakuan Aldi yang suka tebar rayuan. Alangkah hancur hati Nanda jika tahu apa yang dilakukan Aldi selama ini. Karir bagus di mata orang, tapi jika dikhianati oleh suami sendiri, siapa yang mau?

Terpopuler

Comments

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Bgtulah nmanya laki" yg kurang bersyukur sdah punya anak dan istri tapi ttap sja suka godain cwek diluar sana

2023-01-15

1

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Aku malah berdoa smoga Nanda lebih cepat tau klakuan buruk aldi

2023-01-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!