Berpisah Lagi

Hari bergulir begitu cepat, malam telah berganti dengan fajar. Waktu subuh sudah lewat beberapa menit lalu, warna jingga dari fajar pun hadir menemani bumi.

Sepasang suami istri itu terlihat berat untuk menjalani aktivitas hari ini. Terutama Nanda, wanita itu sesekali menitihkan air mata.

Itu semua, dikarenakan sang suami harus pergi meninggalkannya. Aldi harus segera kembali ke tempat bertugas. Apalagi, kemarin sempat mengambil cuti satu hari. Tak mungkin jika hari ini dia tidak masuk lagi.

Pagi ini, tepatnya selepas subuh Aldi akan berangkat kembali.

Tampak istrinya itu sedang mempersiapkan barang-barang. Memasukan beberapa pakaian ke dalam tas. Aldi lalu menghampiri sang istri, terlihat jelas sekali raut Nanda sedang menahan tangis. Dia tahu, pasti berat untuk Nanda melepasnya pergi dalam keadaan seperti ini. Setiap wanita hamil pasti menginginkan perhatian lebih dari sang suami. Namun, apa daya, tempat tugas Aldi yang cukup terpencil dan penghujan membuatnya tak bisa pulang tiap hari.

Wanita dengan piyama hijau toska corak bunga sakura itu beberapa kali mengeluarkan air mata, lalu mengusap jejak di pipinya dengan pelan sembari terus merapikan barang yang akan dimasukan ke dalam tas.

“Hei, Dek, kamu kenapa?” tanya Aldi, tak tega melihat istrinya menangis. Dia mengusap pelan kepala sang istri dari belakang.

Keduanya berdampingan. Nanda menghela napas panjang, mencoba kuat dengan keadaan ini.

“Nggak apa-apa, Mas. Aku hanya sedikit sedih saja, karena harus kamu tinggalkan saat usia kehamilanku masih muda seperti ini. Aku ingin kamu ada untukku setiap saat, tapi mau bagaimana lagi?” ungkap Nanda semakin deras tangisannya.

Aldi yang melihat tangis Nanda semakin menjadi, membawa wanita itu ke dalam pelukan. Mengusap punggung sang istri dengan pelan. Berusaha menenangkan dan menyalurkan kekuatan.

“Jangan sedih, Sayang. Mas hanya akan pergi sebentar, kan? Biasanya juga akhir pekan Mas pulang.” Aldi mengatakan demikian agar Nanda tenang. Namun, tetap saja. Wanita itu terus menangis di dalam pelukannya.

“Mas janji, Sabtu nanti akan pulang. Supaya bisa dua malam di rumah. Malam Minggu dan malam Senin, bagaimana?” ujar Aldi, entah mendapat ide dari mana.

Nanda mendongak, menatap sang suami dengan mata yang masih berair. “Benar, Mas akan pulang sabtu ini?” tanyanya, memastikan.

Aldi mengangguk meyakinkan sang istri. “Iya, mas janji, Sayang. Tapi kamu jangan sedih lagi, ya? Kasian jagoan yang ada di dalam kandungan kamu.”

Nanda mengangguk sembari mengembangkan senyuman. Akhirnya, wanita itu kembali semangat untuk menjalani hari-hari meski belum sepenuhnya bisa melepas Aldi dengan tenang.

"Nanti, kamu pergi kerja juga harus hati-hati. Bawa motor tak usah kencang-kencang. Ingat ada anak kita yang harus kamu jaga juga, Sayang ...." ucap Aldi mengingatkan sang istri.

"Iya, Mas. Aku ngerti, kok. Jadwal mengajarku pun sudah minta pindah ke jam kedua. Takutnya nanti kalau pagi perut mual dan ingin muntah. Belum lagi kadang telat karena harus bawa motornya pelan-pelan," Nanda menimpali.

Aldi mengangguk lalu mengecup kening sang istri. "Maaf, ya, Sayang ... kamu harus berangkat dan pulang kerja sendiri, aku nggak bisa antar jemput kamu."

Sejenak Aldi merasa bersalah juga pada Nanda. Namun kembali lagi, menjadi PNS adalah mimpi mereka berdua dulu sejak masih di bangku kuliah. Sekarang mimpi itu terwujud meski harus menerima penempatan tugas terpisah, terlebih Aldi yang harus bertugas di lokasi cukup terpencil.

Kali ini, tak seperti biasanya. Nanda memang merasa berat melepas Aldi bertugas lagi, tetapi dia juga sadar, jika itu sudah merupakan kewajiban suaminya. Pun, dia juga harus kembali bekerja.

Untuk saat ini, biarlah suaminya pergi dan dia fokus mengajar. Sebab, terkadang memang cinta bukan berarti harus selalu bersama. Melainkan akan ada pengorbanan di dalamnya. Semua ini, dia dan Aldi lakukan semata-mata untuk masa depan rumah tangga mereka.

Aldi melerai pelukan, menangkup kedua pipi Nanda seraya menatap sang istri dengan lembut. Menghapus jejak air mata di wajah pujaan hatinya itu.

“Sudah, ya. Jangan menangis lagi, oke? Mas janji akan lebih sering menghubungi kamu.” Aldi tersenyum, lalu mencium dahi Nanda dengan penuh kasih sayang.

Sejenak, wanita itu memejamkan mata. Menikmati setiap desir yang hadir di hatinya saat ini. Dia tidak bisa egois untuk menahan Aldi, lelaki itu mempunyai tanggung jawab atas pekerjaannya.

“Mas berangkat dulu. Kamu jaga diri baik-baik, jaga kesehatan. Minum vitaminnya dan makan yang teratur. Jangan kecapean. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku,” pesan Aldi, lalu bersimpuh di hadapan sang istri.

Nanda mengangguk paham. Hal ini yang membuatnya nyaman menjalin hubungan dengan Aldi. Pria itu begitu perhatian padanya.

“Jagoan ....” Aldi mengusap perut Nanda dengan pelan. “Ayah pergi dulu, ya. Jagoan jangan nakal di dalam sana, jangan merepotkan Bunda, ya?”

Nanda terkekeh mendengar suaminya itu berkata demikian. “Iya, Ayah. Aku janji tidak akan membuat Bunda kesusahan,” ujarnya, meniru suara anak kecil.

Lantas, Aldi kembali berdiri. Mengusap kepala Nanda beberapa kali. Kemudian, mengecup singkat pipi wanita itu.

Nanda segera menyalami tangan sang suami, menciumnya dengan takzim. Kemudian, keduanya melangkah menuju teras rumah.

“Aku pamit dulu, ya, Dek. Kamu jaga diri baik-baik.” Aldi mulai menggendong tas ke di balik punggungnya, menatap sang istri sekali lagi sebelum akhirnya naik ke atas kendaraan beroda dua yang sudah terparkir di depan rumah.

Sekilas, dia melambaikan tangan dan lansung dibalas oleh Nanda disertai senyuman. Kemudian, langsung menancap gas setelah menekan klakson pertanda pamitan.

Dengan berat hati, Nanda terus menatap kepergian sang suami sampai hilang dari pandangan. Menghela napas pelan beberapa kali, berusaha untuk menenangkan pikirannya sendiri.

Di saat seperti ini, dia hanya ingin ditemani. Namun, dia juga sadar. Bukan hanya keluarga yang menjadi tanggung jawab Aldi. Melainkan ada pekerjaan yang tetap harus diprioritaskan demi mengais rezeki. Terlebih, tempat bekerja sang suami yang jauh, mengharuskannya menahan rindu sampai tiba akhir pekan nanti mereka bisa bertemu.

"Semoga apa yang kita usahakan saat ini kelak dapat mewujudkan semua mimpi-mimpi kita, Mas," gumam Nanda pelan. Dia bermonolog, seolah Aldi bisa mendengar ucapannya.

Terpopuler

Comments

Jess ♛⃝꙰𓆊

Jess ♛⃝꙰𓆊

Kasihan istrinya

2022-12-26

0

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Aldi pasti akan kmbli mnjalankan aksinya

2022-12-26

1

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Mngkin krna efek hamil makanya kmu sprti ini nan,, atau bsa jga bayi dlam kandungan mu itu tau bapknya genit di luaran sana makanya kmu sdih saat aldi pergi

2022-12-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!