Hamil Lagi

Sudah menjadi kewajiban seorang suami untuk mencari nafkah untuk istri. Begitu juga dengan Aldi, lelaki itu gigih dalam mencari rezeki sehingga rela jarang pulang. Apalagi saat hujan hampir setiap hari turun. Hanya satu pekan sekali, jika ada kesempatan Aldi akan pulang. Namun, hal itu tidak Nanda permasalahkan. Baginya, yang terpenting, suaminya sehat dan masih bertanggung jawab untuk memberikan nafkah zohir dan batinnya.

Akhir pekan ini, jadwal Aldi pulang. Nanda sudah tidak sabar untuk memberikan kejutan. Sore ini, dia memasak cukup banyak. Sengaja, agar saat sang suami pulang nanti semuanya tinggal dihangatkan.

Senyum merekah menghiasi wajah ayu Nanda. Dia sesekali menatap pintu utama, berharap Aldi akan segera pulang. Sembari menunggu, dia mengecek notif ponselnya.

“Assalamualaikum! Dek ....”

Mendengar seseorang masuk, Nanda menoleh. Dia langsung bangkit dari tempat duduknya dan menyalami tangan sang suami.

“Mas ... sudah pulang. Kok tidak memberitahu aku?” ujar Nanda, menatap suaminya dengan senyum yang mengembang.

Biasanya, Aldi akan menelpon atau mengirim pesan jika sudah dalam perjalan pulang. Kini, lelaki itu mendadak datang tanpa memberikan kabar terlebih dahulu.

Aldi terkekeh, mengusap kepala Nanda dengan penuh kasih sayang. “Sengaja tidak memberikan kabar, biar bisa memberikan kejutan untuk istri tercintaku ini.”

Nanda tersenyum malu. Bertahun-tahun menikah, sikap Aldi masih saja sama. Tetap romantis seperti biasanya dan selalu bisa memberikan kebahagiaan dan ketenangan di hatinya.

Dia bersyukur memiliki suami seperti Aldi. Memiliki sikap perhatian dan bertanggung jawab pada keluarganya. Tak pernah mengeluh meski dia dan buah hati mereka kerap meminta sesuatu yang sedikit aneh. Seperti jalan-jalan ke luar kota atau sekadar ke belanja bersama.

“Oh, ya. Rere mana, Dek?” tanya Aldi sembari mengedarkan pandangan.

“Rere sudah tidur sejak tadi. Kenapa, Mas?” jawab Nanda, menunjuk ke arah kamar putri kecilnya itu.

“Tidak apa-apa. Biasanya dia langsung berlari saat aku datang.” Aldi kembali terkekeh, membayangkan wajah lucu buah hatinya.

“Ya sudah. Aku sudah masak, Mas pasti lapar, kan?” ajak Nanda, menggandeng tangan sang suami.

“Lapar banget, nih. Ayok!” ucap Aldi, memegang perutnya sambil tertawa pelan. Kemudian, mengikuti langkah istrinya.

Keduanya tampak mesra dari belakang. Seperti tak ada beban, kehidupan mereka berjalan dengan mulus dan membuat iri beberapa pasangan suami istri di luaran sana. Sebab, di antara mereka tidak pernah terlihat ada masalah apapun. Rumah tangga mereka harmonis tanpa ada celah sedikit pun. Itu yang dirasakan Nanda.

"Mas, cuci tangan dulu, ya? Aku ambilkan piring dan sendok buat makan."

Aldi hanya tersenyum sambil mengangguk, tanpa mengerti perkataan istrinya. Setelah itu, Aldi bergegas menarik kursi saat mereka sudah sampai di ruang makan, mempersilakan Nanda untuk duduk.

Wanita yang memakai dress berwarna kunyit di bawah lutut itu tersenyum, hatinya sangat bahagia karena Aldi selalu saja memanjakan dirinya.

“Terima kasih, Mas,” ucap Nanda, tersenyum.

“Sama-sama istriku.”

Keduanya makan dengan lahap, khusyuk tanpa ada pembicaraan yang serius. Sesekali Nanda bertanya perihal pekerjaan Aldi. Lelaki itu menjawab apa adanya.

Makan malam berlangsung sekitar sepuluh menit, menikmati makanan bersama sang kekasih hati. Tidak lama memang, layaknya orang kampung, mereka tak menghabiskan banyak waktu di meja makan.

“Alhamdulillah,” gumam Nanda, setelah menyelesaikan makan malamnya. “Mas tunggu di sini, ya? Sebentar saja,” pintanya, lalu melangkah meninggalkan Aldi sebelum suaminya itu memberikan respons.

Aldi hanya bergeming. Belum juga dia mengiyakan permintaan istrinya, Nanda sudah lebih dulu pergi. Membuatnya tak bisa berkutik apapun.

Tak lama, Nanda kembali dengan wajah datar. Menghampiri Aldi dengan hati yang mulai merasa tak karuan. Beruntung, jantungnya masih bisa diajak kompromi.

“Mas ....” Nanda langsung meletakkan kotak berukuran sepuluh dikali dua belas di atas meja makan, tepat di depan Aldi.

Lelaki itu merasa kebingungan, menatap sang istri dan meminta jawaban. “Apa ini?” tanya Aldi, menatap kotak dengan heran.

Dia rasa, hari ini bukan ulang tahunnya. Pun, tidak ada hari spesial seperti hari anniversary pernikahan mereka. Namun, mengapa Nanda memberikan hadiah ini padanya?

Nanda tersenyum. “Buka saja, nanti Mas tahu sendiri.”

Aldi masih terheran, tetapi tak ingin menunggu waktu lama. Dia ingin segera mendapatkan jawaban.

Aldi bergegas, membuka kotak itu secara perlahan. Dahi Aldi mengernyit saat mendapati sebuah kain menutupi benda di bawahnya. Membuat dia belum bisa melihat apa isi dari kotak tersebut.

Sementara Nanda, wanita itu tetap berdiri memperhatikan lelaki yang ada di sampingnya. Menunggu respon apa yang akan diberikan oleh sang suami.

Seketika wajah Aldi berubah saat melihat benda yang ditutupi sebuah kain itu, dia merasa tak percaya. Kemudian, menatap sang istri untuk memastikan. Nada memberikan anggukan, membuat matanya berkaca-kaca.

“Serius?” tanya Aldi untuk yang kedua kalinya, diangguki Nanda kembali. Dia menatap benda panjang yang menampilak dua garis merah.

Lantas, Aldi berdiri dan merengkuh tubuh Nanda ke dalam pelukan. Dia terharu atas kejutan yang diberikan sang istri.

“Terima kasih, Dek. Terima kasih telah memberikan kebahagiaan ini,” ujar Aldi, lalu mengudahi pelukannya.

Nanda mengangguk, mengusap sudut mata dengan pelan. Kemudian, memegang kedua tangan Aldi dan menempelkannya di perut.

“Di sini jagoan kedua kita telah hadir, Mas,” ucapnya penuh haru.

Aldi tersenyum bahagia. “Jagoan yang sehat, ya. Jaga Bunda baik-baik selama ayah tidak ada.”

Nanda tersenyum. “Iya, Ayah. Aku akan menjaga Bunda baik-baik,” balasnya dengan membuat suara bak anak kecil. Kemudian keduanya tertawa.

“Untuk merayakan itu, bagaimana kalau besok malam kita makan bersama di restoran?” ajak Aldi yang langsung diangguki oleh Nanda.

...****************...

Waktu bergulir begitu cepat. Sang mentari telah pergi, berganti dengan rembulan yang menemani malam saat ini. Kini, tiga anggota keluarga itu sudah ada di restoran sesuai janji kemarin malam.

Dengan baju couple serba navy, baik laki-laki atau perempuan. Ketiganya terlihat sangat serasi sebagai keluarga kecil yang bahagia.

Restoran sudah ramai dipenuhi pengunjung, makanan yang sudah dipesan pun sudah tersaji di atas meja sejak beberapa menit yang lalu.

“Terima kasih, Mas. Sudah mengajak kami makan di restoran,” ujar Nanda membuka percakapan di tengah-tengah menikmati makanan.

“Iya. Aku juga seneng ... bisa makan sama Ayah dan Bunda di sini,” imbuh gadis kecil dengan gaun khas balita, Rere. Suaranya terdengar sangat menggemaskan.

“Sama-sama.” Aldi tersenyum, lalu kembali fokus pada ponselnya setelah memasukan sesendok makanan ke mulut.

Lantas, memotret sang istri dengan background suasana restoran dan makanan di depannya. Kemudian, Aldi memposting foto Nanda di story Whatsapp dan Facebook dengan caption ‘Alhamdulillah. Kebahagiaan tak terkira, kami tengah merayakan kehadiran calon jagoan putra kedua kami. Mohon doanya yang terbaik'. Begitu isi caption Aldi.

Tak lama, sebuah pesan masuk. Buru-buru Aldi membacanya.

“Wah, selamat ya, atas kehamilan Mbak Nanda yang kedua,” ucap seorang wanita yang tak asing bagi Aldi. Lelaki itu tersenyum.

“Terima kasih,” balas Aldi disertai emoji dengan mata love melihat ke atas.

Setelah itu, dia langsung beralih pada aplikasi messenger. Mengklik pesan dari seseorang dan membalas pesan di whatsapp tadi.

“Terima kasih, Neti, atas ucapan selamatnya. Kayaknya kamu juga cantik saja,” gombal Aldi, yang langsung di read oleh Neti di seberang sana.

“Ah, Mas Aldi bisa aja. Aku jadi melayang.” Balas Neti.

Aldi tersenyum, hal itu dilihat oleh Nanda dan membuatnya kesal sebab sang suami begitu sibuk dengan ponselnya sejak tadi.

“Mas lagi chating sama siapa, sih? Seru banget kayaknya sampai senyum-senyum seperti itu dari tadi,” ujar Nanda pada akhirnya, karena tidak tahan terus menerus Aldi cuekan.

Karena merasa bersalah, Aldi menoleh. “Maaf, Dek. Ini ... Neti anaknya Pak Karno memberikan ucapan selamat ke Mas atas kehamilan kamu. Mas kan upload status perihal perayaan kita ini,” tuturnya, tak menjelaskan sembari membela diri.

“Ohh ... aku kira siapa,” ujar Nanda yang kemudian melanjutkan makan. Dia tahu Neti anak Pak Karno, yang punya kontrakan. Jadi, Nanda tidak menaruh curiga sama sekali.

Aldi hanya tersenyum kikuk, menarik napas lega. Beruntung, istrinya itu percaya dan tidak bertanya lagi. Jika tidak, itu bisa bahaya untuk rumah tangga mereka.

Aldi lalu buru-buru menghapus riwayat chat dengan Neti, baik di whatsapp ataupun di messenger agar Nanda tidak menaruh curiga lagi padanya. Kemudian, laki-laki itu kembali menikmati makan malam setelah memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Terpopuler

Comments

Jess ♛⃝꙰𓆊

Jess ♛⃝꙰𓆊

padahal istrinya lagi hamil loh

2022-12-26

0

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

jngan trlalu memberikan kepercayaan pada aldi nan,, dia itu tdk sebaik yg kmu pikirkan 😎dia laki" yg suka jelalatan 😎

2022-12-23

1

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

orng ngga jujur dan punya niat ngga baik mah gini 😎😎chat di hapus dan berkata bgtu manis pada sangat istri,, pdhal dia jga mngatakan hal yg sma pda wnita lain

2022-12-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!