Resah. Itu yang dirasakan oleh Aldi. Malam semakin larut, tetapi sejak tadi dia berusaha memejamkan mata. Namun, hasilnya sia-sia saja. Dia tetap tidak bisa tidur sama sekali.
Sekilas melirik Nanda, istrinya itu terlihat sudah benar-benar masuk ke dalam mimpi. Tampak pulas sekali. Mungkin efek obat yang diminum juga, supaya Nanda benar-benar istirahat total dan bisa segera pulih.
Aldi merasa kesepian. Die melirik laci yang ada di samping kanan tempat tidurnya, sebuah benda pipih hadir di sana. Lekas dia sedikit memperbaiki posisi tidurnya, lalu meraih dan membuka ponsel.
Lelaki itu menyalakan data internet, terpikir olehnya untuk membuka messenger. Tampak akun dari seseorang yang tak asing baginya menunjukan warna hijau, yang artinya masih aktif.
“Lala aktif? Chatt ahhh,” gumam Aldi, lalu menekan akun Lala, TKW yang aslinya bertempat tinggal di dekat rumahnya. Kemudian, jari jemarinya mulai menari dengan lincah di atas papan keyboard.
“Assalamualaikum!” tulis Aldi, lalu mengirimkamnya pada Lala.
Tak berselang lama, terlihat Lala sudah membaca pesan di seberang sana. Hal itu membuat senyuman di wajah Aldi mendadak hadir begitu saja.
“Waalaikumsalam warohmatullah. Loh, Mas Aldi? Belum tidur?” tanya Lala, heran mengapa tetangganya itu belum pergi istirahat.
Aldi langsung bersemangat untuk membalas pesan, gegas mengetik kembali dengan hati yang merasa bahagia.
“Belum, nih. Belum ngantuk. Nggak bisa tidur. Kamu apa kabar, Lala?”
Aldi menarik napas sejenak, menunggu jawaban dari Lala. Senyuman kembali hadir di wajahnya saat melihat akun Lala menunjukan sedang mengetik sesuatu.
“Ohhh ... Alhamdulillah baik, Mas. Mas Aldi gimana kabarnya, baik?”
“Alhamdulillah baik juga. Kamu kenapa belum tidur, La?” tanya Aldi, penasaran mengapa tetangganya itu juga belum tidur.
“Belum. Ini baru selesai kerja. Biasalah, Mas. Kerja jadi pembatu, bangun paling awal tidur paling akhir. Ini baru bisa rehat sambil mampir ke messenger sebentar, takut ada notif penting. Eh, ternyata ada Mas Aldi,” balas Lala dengan emoji tertawa dan mengeluarkan air dari mulut.
Aldi terkekeh pelan. “Bisa dong, nemenin Mas sampe malem, La? Mas kesepian, butuh pelukan hangat. Hehe. Kamu 'kan cantik, bisa memanjakan mata.”
Lala yang melihat balasan dari Aldi, mendadak geli sendiri dengan gombalan dari pria itu. Risih lebih tepatnya. Mengapa ada lelaki yang masih saja melayangkan gombalan pada wanita lain meski setelah menikah.
“Duh ... terima kasih atas pujiannya, Mas. Setiap wanita memang cantik, kok. Hanya saja, tergantung orang yang melihatnya. Cantik itu relatif.” Lala mencoba bersikap bijak dan tetap tenang menanggapi sikap Aldi yang mulai mengarah pada hal sensitif, menjurus pada hubungan suami istri. Pun, gombalannya begitu terdengar menggelikan. Padahal sudah mempunyai istri, tetapi masih saja tetap merayu perempuan sana sini.
“Ah, sama-sama. Kamu memang cantik kok, La.” Aldi kembali melayangkan gombalan pada Lala, membuat wanita itu semakin merasa tidak nyaman.
“Mas ... kenapa kamu bersikap seperti ini, sih? Sudah berapa banyak wanita yang kamu puji dan kamu gombali? Apa kamu tidak merasa puas dengan istrimu? Aku lihat, Nanda juga cantik. Lebih cantik dia malah ketimbang aku,” ungkap Lala dengan kesal, dia mengirimkan pesan itu sembari menggerutu pelan. Dasar buaya!
“Hehe ... karena melihat rumput tetangga itu jauh lebih indah dan lebih hijau, La.” Aldi menambahkan emoji dengan mata love melihat ke atas sebelum mengirimkan pesan.
Melihat balasan Aldi yang seperti itu, membuat Lala semakin risih. Pada akhirnya, dia enggan untuk membalas pesan pria itu lagi. Tak ingin sampai menjurus pada hal yang tidak-tidak. Bisa-bisa, jika Nanda tahu perihal ini, hubungan tetangganya akan menjadi renggang. Belum lagi jika suaminya tahu, pasti akan jadi masalah besar.
Dengan wajah yang masih sumringah, Aldi menunggu balasan dari Lala. Tampak wanita itu sudah membacanya, tetapi tak kunjung mengetik. Dan akhirnya, Aldi melihat jika akun Lala berubah menjadi abu-abu alias off.
“Dasar wanita sok jual mahal. Awas aja kamu, Lala!” geram Aldi, tak terima dia diperlukan seperti ini. Biasanya, tidak ada yang bisa menolak gombalannya. Baik muda atau pun tua, semuanya akan luluh dengan sekali kata yang keluar dari mulut suami Nanda itu.
Akan tetapi, tampaknya Aldi tidak ingat, bahwasannya tidak semua wanita sama. Tidak semua wanita luluh dengan gombalan saja. Ada sebagian orang yang memang mudah terkesima hanya dengan perkataan atau pujian semata. Namun, ada juga sebagian wanita yang anti digombali. Mereka tidak terpengaruh sama sekali jika ada lelaki yang menggoda mereka lewat gombalan. Malah, ingat, tidak semua wanita sama.
Aldi kembali merasa kesepian. Menghela napas panjang. Kemudian, mencari siapa yang online agar bisa menemaninya malam ini. Berharap ada satu atau dua wanita yang mau diajak ngobrol dan digodain olehnya. Meski tak bisa melayani secara fisik, tetapi minimal menghilangkan rasa sepinya.
Seketika mata Aldi langsung kembali cerah saat melihat jika Neti, putri pemilik kontrakan di mana dia tinggal selama bertugas, online.
Buru-buru Aldi mengetikan sesuatu. Berharap gadis itu belum tidur dan mau membalas pesan darinya.
“Assalamualaikum. Neti, apa kamu sudah tidur?”
Benar, apa yang diharapkan Aldi terjadi. Neti membaca pesannya dan terlihat sedang mengetik.
“Waalaikumsalam Mas Al. Belum, Mas. Mungkin sebentar lagi. Mas kok belum tidur juga?” tanya Neti balik, heran karena tak biasanya Aldi masih online di malam yang semakin larut ini.
“He he, belum. Aku tidak bisa tidur, Net. Bagaimana harimu tadi, Cantik?” tanya Aldi, mencoba mencari topik pembicaraan.
“Cukup baik, Mas. Ah, Mas Aldi bisa aja, memuji aku cantik.” Neti mengirim emoji malu-malu di akhir kalimat tersebut.
Hal itu membuat Aldi semakin gemas, dia merasa tidak kesepian lagi. “Kamu memang cantik Neti, selalu seperti itu, kok.”
“He he. Iyaiya. Mas emang paling jago dalam menggombal. Eh, Mbak Nanda gimana kondisinya? Mas Aldi sendiri kapan balik ke kontrakan?" Neti mencoba mencari tahu.
"Nanda baik, hanya saja perlu lebih banyak perhatian," tulis Aldi berbohong. "Kenapa tanya kapan aku balik ke kontrakan? Kamu kangen, ya?" Aldi mulai besar kepala.
"Nggak apa, Mas. Cuma tanya aja .... Aku sudah ngantuk, Mas. Aku tidur duluan, ya! Sudah larut soalnya,” pamit Neti pada akhirnya. Gadis itu menyudahi chating dengan Aldi.
Raut wajah Aldi mendadak menjadi murung kembali saat membaca pesan tersebut. Belum sempat dia menahan Neti untuk tidak off terlebih dahulu, tetapi akun Neti menunjukan sudah berubah menjadi abu-abu. Off.
Aldi menarik napas panjang, mengembuskannya dengan kesal. Meletakan ponsel di atas laci kembali, lalu menghadap ke samping kiri, di mana Nanda terbaring pulas dalam buaian mimpi.
Lelaki yang suka merayu wanita itu menatap wajah sang istri dengan lekat, tetapi bukannya menikmati keindahan wajah Nanda, malah terbayang tubuh Neti yang seksi dan aduhai. Sejenak kemudian, berganti pada Bidan Nana, lalu pada Lala, bahkan Maila yang notabenya masih mahasiswi dan putri dari tetangganya juga menari dalam pelupuk mata Aldi.
Satu per satu wanita-wanita itu terus hadir secara bergantian di lamunan Aldi. Membuat lelaki itu tersenyum merekah sembari terus menatap sang istri. Wajah Nanda memang cantik, tetapi untuk saat ini tidak bisa membuat tubuh Aldi merasakan kenyamanan. Hal itu membuat pikirannya melanglang pada keindahan wanita lain di luar sana.
Membayangkan itu semua, tak terasa kantuk mulai hadir menghampiri mata Aldi. Seketika sepasang mata lelaki itu terpejam dan mulai menyusuri keindahan alam mimpi, menemui dan bercengkrama dengan wanita-wanita yang dia lamunkan tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ernhy Ahza II
Heee aldi sadar dong, istri lagi sakit kmu malah bayangin wanita lain,, emang dasar buaya
2023-01-06
1