Kembali ke Kontrakan

Nanda masuk ke dalam rumah. Dia harus segera bersiap untuk pergi mengajar. Selain itu, dia juga harus menyiapkan sarapan untuk Rere.

Beruntung, putri kecilnya masih tertidur pulas saat Aldi berangkat. Suaminya itu juga sempat berpamitan pada putri kecil mereka sebelum berangkat, mengecup kening Rere dengan singkat. Sebelum akhirnya Aldi harus pergi meninggalkan rumah dan tinggal lagi di kontrakan.

"Rere belum bangun?" tanya Ibu Nanda saat Nanda pergi ke dapur untuk membantu memasak.

"Belum, Bu."

"Aldi sudah berangkat, nanti Rere pasti nyari ayahnya lagi," ucap nenek Rere itu sambil membuat kopi untuk suaminya.

"Mau bagaimana lagi, Bu? Mau nyuruh Mas Aldi pulang tiap hari rasanya juga tidak tega. Apa lagi kalau hujan, kasihan dia," jawab Rere. Wanita itu bisa berkata demikian, tetapi jelas ada kesedihan yang terlihat di matanya.

"Sabar, ya, Nduk. Kalian masih berjuang. Harus banyak bersabar dan bersyukur. Ingat dulu bagaimana kalian bersusah payah biar bisa diangkat jadi PNS. Di luar sana, banyak yang ingin seperti kalian," tutur sang ibu menguatkan.

"Iya, Rere ngerti. Semoga kami bisa kuat, doain kami ya, Bu?"

"Iya, Nduk. Bapak dan Ibu selalu berdoa. Semoga rumah tangga kalian langgeng dan bahagia selalu." Sang Ibu tersenyum ke arah Nanda sebelum beranjak mengantar kopi untuk suaminya yang sedang menonton TV, acara pengajian pagi.

...****************...

Berat memang. Namun, tak ada pilihan lain. Itu semua semata Aldi lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka juga. Jadi, sabar dan ikhlas untuk saat ini yang harus dikuatkan.

Membutuhkan waktu sekitar tiga jam menuju tempat bekerja Aldi dengan medan jalan yang lunayan sulit. Namun, meski begitu dia tidak mempermasalahkan. Semua itu dia lakukan demi membahagiakan istri dan anaknya.

Akan tetapi, pikiran dan hati memang tidak bisa sinkron di beberapa hal. Mendadak dia teringat dengan Neti. Wanita yang merupakan anak dari pemilik kontrakan di mana dia tinggal selama bertugas.

Wanita yang cukup menarik di matanya. Cantik dan memanjakan netra. Tak bisa dipungkiri, dia merasa nyaman saat di dekat wanita itu. Daun muda yang terlihat lebih segar dan hijau.

Untuk sesaat, Aldi lupa akan Rere dan Nanda. Dia lupa bahwasannya sudah memiliki anak dan istri yang harus dijaga.

Memang terkadang hati dan logika tak seiras, membuat beberapa manusia menjadi khilaf. Itu semua bukan tanpa alasan, melainkan karena lemahnya iman.

Aldi terus fokus mengendarai motor, tak sabar untuk segera sampai di kontrakan dan bertemu Neti. Dia rindu dengan suara manja milik wanita itu.

Tak munafik, dia memang menikmati kecantikan Neti. Terlebih, wanita itu memberikan respon baik setiap dia meluncurkan gombalan padanya. Mungkin saja Neti juga kesepian karena tinggal di desa terpencil. Dia memang kembang desa, bisa juga dia pilih-pilih laki-laki hingga kabarnya sampai sekarang belum juga memiliki kekasih hati. Bukan karena tidak ada yang mau mendekatinya, tetapi Neti yang selalu menolak.

Membayangkan wajah ayu Neti, membuat pikiran Aldi bercabang-cabang. Hal itu menimbulkan lengkungan senyum di wajah laki-laki tersebut.

“Neti ...,” gumam Aldi sembari terus mengendarai motor. Kemudian, tersenyum dan membayangkan keindahan yang wanita itu miliki.

Sesampainya di kontrakan, Aldi memarkir sepeda motornya di halaman. Sebelum masuk rumah, dia sempat melirik ke sebelah, ke rumah Pak Karno. Ekor mata Aldi mencari sosok Neti, tetapi tak dia temukan.

Aldi tak punya banyak waktu untuk memikirkan di mana Neti. Dia melihat jam tangannya dan saat ini dia sudah terlambat untuk bekerja. Sudah hampir jam delapan. Sekolah di tempat Aldi bekerja masuk pukul 7.30 karena medan jalan yang sulit dan rumah anak-anak yang jauh, sekolah itu tidak masuk jam tujuh pagi.

Aldi bergegas masuk ke kontrakannya, lalu menukar baju yang dia kenalan dengan seragam kerja. Lalu, diambil tas kerja dan membuka ransel yang tadi dia bawa. Nanda tadi sudah menyelipkan roti untuknya sarapan. Setelah semua dirasa sudah beres, Aldi pun bergegas ke depan, hendak berangkat ke sekolah tempatnya mengabdikan diri.

"Eh, Mas Aldi sudah balik, ya?"

Aldi sedikit terkejut mendengar sapaan dari Neti. Gadis cantik itu kini sedang menyapu halaman.

"Iya, baru juga sampai, tapi harus segera ke sekolah. Udah telat," jawab Aldi sambil tersenyum.

Neti membalas senyum itu dan berkata, "Hati-hati di jalan, Mas ...."

Entah kenapa, Neti seperti tersipu malu saat mengucapkan hal itu pada Aldi. Aldi sendiri juga salah tingkah.

"Iya, Dek .. eh, maksud saya, iya, Net ...." Aldi buru-buru mengoreksi panggilannya. Dia melirik Neti sekali lagi sebelum menghidupkan mesin motornya dan berlalu. Hati Aldi seolah bagai taman di musim semi. Hangat dan penuh bunga yang bermekaran.

"Kalau mau jadi istri sirihku, aku pasti akan membuatmu bahagia, Net ..." gumam Aldi sambil senyum-senyum sendiri. Motor yang dia kendarai sudah memasuki gerbang sekolah tempatnya bekerja.

Terpopuler

Comments

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Kmu jga net jngan di tanggepin atuh klu aldi godain kmu,, kamu kan udah tau dia bukan laki" single

2022-12-29

1

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Dasar laki" mata keranjang,, udah punya anak dan istri masih aja suka ganjen 😎😎

2022-12-29

1

Jess ♛⃝꙰𓆊

Jess ♛⃝꙰𓆊

jangan mau net

2022-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!