Bidan Desa (part 2)

Terang telah berganti menjadi gelap. Malam sudah menyapa bumi. Beberapa orang pun sudah masuk ke dalam rumah masing-masing. Malam ini, selepas magrib, Nanda masih menemani Rere belajar mengenal warna. Ibu muda itu begitu telaten mengajari sang anak.

“Ini warna apaaa?” tanya Nanda pada sang putri, Rere, sambil mengangkat satu pensil warna.

“Emmm ... bilu!” jawab Rere dengan suara cadel ciri khasnya.

Aldi tertawa. “Salah ... ini warna me?”

“Melah!” jawab Rere lagi penuh semangat.

“Yeayyy, benerrr!!” Nanda bertepuk tangan beberapa kali. “Warna merah kayak stroberi, Rere mau mewarnai stroberi?”

Gadis berusia tiga tahun itu mengangguk dengan antusias. “Mau, mau! Aku mau mewalnai stlo ...," Rere tampak berpikir, berusaha menyusuk kata yang ingin diucapkannya. "Stlobeli!”

Aldi dan Nanda terkekeh pelan, keduanya saling pandang. Senyuman hadir di wajah mereka. Bersyukur karena memiliki putri seaktif Rere.

“Ya sudah, kalian mewarnai. Ayah mau minum teh dulu, ya?” ucap Aldi, diangguki kedua bidadarinya. Rere dan Nanda.

"Aku buatin saja, Mas?" Nanda cepat-cepat menawarkan.

"Nggak usah, kamu temani Rere saja. Biar aku bikin sendiri tehnya," tolak Aldi dengan halus.

Lelaki itu lalu bangkit dari tempat duduknya, melangkah ke dapur dan meninggalkan ruang keluarga. Kemudian mengambil gelas, gula, dan teh. Aldi lalu menuangkan air panas dari termos ke dalam gelas hingga setengah dan mengaduknya hingga air yang tadinya berwarna bening itu kini berubah kemerahan. Agar teh tidak terlalu panas, Aldi pun menambahkan air dingin hingga galas penuh.

Aldi menyeruput teh tersebut hingga beberapa tegukan. Setelah menumpas kekeringan yang ada di tenggorokan, dia kembali ke ruang keluarga sambil membawa sisa tehnya. Aldi kali ini dia hanya memperhatikan anak dan istrinya saja dari sofa. Sementara Nanda dan Rere duduk di atas permadani dekat meja.

Mendadak terlintas dalam benak Aldi perihal bidan baru di desanya. Biidan Nana itu cantik juga. Mengingat hal tersebut, membuat guratan senyum tipis di wajah lelaki yang dalam hitungan bulan akan menjadi bapak dari dua anak.

Melihat istrinya sedang asyik bermain mewarnai dengan putri mereka, Rere, Aldi mengambil kesempatan tersebut untuk melakukan sesuatu. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu mencari kontak di whatsapp atas nama bidan Nana. Beruntung dia sudah menyimpan nomor bidan itu sepulang dari polindes tadi. Kemudian, dia mengirimkan pesan dengan alasan ingin konsultasi perihal kehamilan Nanda.

[Malam, Bu Bidan. Ini, saya ingin konsultasi tentang kehamilan istri saya.] Pesan Aldi pertama kali.

Tak lama kemudian, dia mendapatkan balasan dari sang bidan.

[Selamat malam. Maaf, ini dengan siapa, ya?]

[Oh, ini saya, Bu ... PNS dari Dusun Damai]

Aldi membalas tanpa menyebutkan nama. Hanya mengatakan statusnya sebagai PNS dan asal dusun dia tinggal. Memang, di Dusun Damai, hanya Nanda dan Aldi yang menjadi abdi negara. Kebanyakan orang dari Dusun Damai adalah petani, pedagang, ada juga karyawan kantoran, dan ada lagi tiga orang bekerja sebagai guru honorer di SD negeri dan sekolah swasta.

[PNS? Siapa, ya? Maaf, saya masih baru di sini, jadi kurang paham. Ini foto profilnya juga gambar tim bola. Tambah tidak tahu saya].

Nana kembali mengirim balasan untuk Aldi. Setelah membaca pesan tersebut, Aldi buru-buru mengubah foto profilnya. Memasang foto dirinya yang dia anggap paling keren.

[Sekarang sudah ingat, Bu? Coba lihat lagi profil saya?]

Nana kembali membuka ponselnya setelah mendengar ada pesan masuk. Masih dari nomor asing yang tadi mengirim pesan. Nana membaca pesan Aldi dan melihat foto Aldi. Bidan itu pun kini kembali ingat jika itu adalah suami Nanda, ibu hamil yang tadi pagi periksa di polindes.

"Oh, ternyata ini orang. Kenapa nggak ngomong dari tadi kalau suami Bu Nanda. Berbelit-belit banget ..." gumam Nana mengomentari tindakan Aldi. Wanita itu jadi ngedumel sendiri.

[Suami Bu Nanda, ya? Ada yang bisa dibantu, Pak?] tanya Nana.

[Ah, Bu Bidan ini, jangan panggil saya 'Pak', kayak saya sudah tua saja, hehehe ...] Aldi berusaha mengakrabkan diri.

[Terus, harus panggil apa?]

Aldi senyum-senyum sendiri membaca pesan tersebut, lalu dia kembali menyeruput tehnya sebelum membalas pesan sang bidan.

[Panggil Mas juga boleh, hehehe ... nama saya Aldi, Bu Bidan cantik]

Aldi mulai melancarkan gombalan lagi.

[Setiap wanita cantik, Mas Aldi]

[Jadi, apa yang mau ditanya perihal kehamilan Bu Nanda? Apa ada keluhan?]

Nana langsung pada poin masalah. Dia merasa Aldi sudah terlalu banyak bertele-tele.

[Iya, dong. cewek cantik, cowok ganteng] balas Aldi masih bercanda. Tidak lupa dia menyertakan emoji tertawa.

[Sebenarnya tidak ada masalah, Bu Bidan. Cuman ingin tanya, kalau saya mau berhubungan sama istri, kira-kira bahaya untuk kehamilannya tidak, ya? Kan masih hamil muda?]

Nana sedikit kesal juga saat membaca pesan tersebut. Namun, dia masih berusaha ramah.

[Ini 'kan bukan kehamilan pertama buat Bu Nanda? Dulu gimana, waktu anak pertama? Aman, kan? Kalau kondisi janin baik, ibu juga sehat, tak masalah berhubungan. Tapi, karena masih trismester awal, diperhatikan saja frekuensinya. Juga harus hati-hati tentunya. Jangan kasar]

Aldi buru-buru membuka pesan Nana setelah mendapat pemberitahuan. Laki-laki itu tersenyum lagi. Dia berpikir sudah berhasil membuka pembicaraan sensitif dan Bu Nana masih membalas. Aldi ingin melanjutkan, tetapi keburu Nanda menanyainya.

"Lihat apa sih, Mas, di HP? Dari tadi kok kayaknya asyiknya banget?" Nanda bertanya sambil terus menemani Rere mewarnai.

Aldi sedikit kaget mendapat pertanyaan mendadak dari sang istri. Dia berpikir cepat, menutup chat whatsapp kemudian membuka youtube. Dibukanya chanel dagelan yang biasa dia tonton. Banyak konten lucu di sana yang sangat menghibur dikala penat.

"Ini lho, Dek ... lagi lihat youtube. Nonton konten-konten lucu," ucap Aldi menutupi apa yang dia lakukan tadi. Aldi juga tak lupa memperlihatkan sekilas layar ponselnya pada Nanda. Sebuah video dengan konten lucu sedang diputar.

Nanda hanya melihat sebentar, lalu pandangannya kembali pada Rere.

"Mas, gantikan temenin Rere sebentar, dong? Aku pengen ke kamar mandi. Kebelet ini ..." pinta Nanda.

Aldi yang tidak ingin membuat istrinya curiga pun segera mematikan ponselnya, memasukkan ke saku celana, kemudian menghampiri Rere.

"Rere sama Ayah dulu ya, Bunda sakit perut ..." tutur Aldi.

Rere tampak tak peduli dan masih asyik dengan krayonnya. Sementara Nanda segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Aldi menarik napas lega, bersyukur karena sang istri tidak curiga.

Terpopuler

Comments

Jess ♛⃝꙰𓆊

Jess ♛⃝꙰𓆊

bikin kesel aja lelaki kek gitu

2022-12-26

0

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Moga" aja bu bidan yg ini tdk ganjen dan tdk pernh tanggepin klu aldi gombalin dia lagi

2022-12-26

1

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

suatu saat klakuan mu ini pasti akan ketahuan sama Nanda aldi,, ngga mngkin slamanya kmu bsa menang trus 😎

2022-12-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!