Setelah berunding dengan keluarga, terutama dengan Nanda dan orang tuanya, Aldi pun segera mencari rumah kontrakan di sekitar sekolah tempatnya bekerja. Mertua Aldi juga mengizinkan jika dia ngontrak rumah dan pulang beberapa hari sekali. Sebagai orang tua yang menyayangi menantu, mereka paham akan kondisi Aldi. Terlebih akhir-akhir ini Aldi juga sering terserang batuk dan flue karena sering kehujanan.
"Masalah anakmu, tidak perlu khawatir. Kami yang akan jaga. Kamu kerja saja baik-baik. Pulang kalau hari tidak hujan," tutur Ayah Nanda.
"Iya, Pak. Terima kasih pengertiannya," balas Aldi penuh hormat pada sang mertua.
Nanda sendiri juga ikut mengecek kontrakan yang akan ditempati Aldi. Kebetulan, ini hari libur. Sekalian Nanda membantu Aldi membawa bebera barang keperluan harian sang suami tercintanya rersebut.
Aldi akan menempati sebuah rumah yang tak begitu besar, hanya ada satu kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi di belakang. Jaraknya hanya tiga rumah dari sekolah. Rumah milik seoarang juragan kebun kelapa yang tidak ditempati. Kebetulan, sang juragan punya dua rumah, dia dan keluarganya tinggal di rumah besar yang bersebelahan dengan rumah yang akan Aldi kontrak.
Harga kontrak yang dikasih pun sangat murah. Itu cukup membuat Nanda dan Aldi merasa senang. Dapat kontrakan dekat dengan tempat kerja, tapi sewanya tidak mahal.
"Itung-itung ada yang bersihkan itu rumah dan ada yang nempati dari pada kosong. Lagi pula, Mas Aldi ini 'kan kerja untuk mencerdaskan anak-anak di desa ini. Saya ikut senang jika bisa bantu juga," ucap sang pemilik rumah yang bernama Pak Karno.
"Terima kasih, Pak. Kami sangat bersyukur Bapak membolehkan suami saya tinggal di sini," ucap Nanda. Ibu muda itu tersenyum tulus lalu menatap sang suami yang juga menyungging senyum bahagia.
"Iya, sama-sama," balas Pak Karno. "Kalian sudah ada momongan?"
"Alahamdulillah, Pak. Anak pertama kami usianya sudah setahun," kata Aldi.
"Oh, baguslah ... semoga bisa segera nambah momongan lagi," doa Pak Karno.
"Aamiin ..." sahut Nanda.
"Hamil gimana, Pak? Kalau saya sering di sini dan Nanda di rumah, ya mana bisa hamil? Nggak mungkin hamil sama cowok lain?" Aldi bercanda. "Lagi pula, biar anak kami lebih besar dulu, hehehe ... " timpal Aldi.
Pak Karno hanya manggut-manggut sambil tersenyum kecil mendengar perkataan Aldi. Sementara Nanda, mencubit pinggang suaminya sambil memanyunkan bibir.
...****************...
Nanda dan Aldi sudah beberapa minggu menjalani LDR. Jadwal pulang Aldi sungguh tak menentu. Kadang tiga hari sekali, kadang juga seminggu sekali, yang jelas pada akhir pekan dia akan pulang karena sekolah libur.
Namun, setiap hari keduanya berkomunikasi lewat video call. Meski hanya beberapa menit, Aldi selalu menyempatkan diri menghubungi sang istri tercinta. Sekadar bertanya kabar dan tentunya melihat Rere, si buah hati semata wayang pasutri tersebut.
"Mas, ingat, ya ... jangan macam-macam di sana. Jangan lirik-lirik cewek lain. Itu dekat sekolah 'kan kabarnya ada janda kembang juga. Awas kalau sampai kecantol," ucap Nanda yang mendadak jadi cemburuan.
"Iya, Dek. Kamu itu jangan curigaan begitu. Kayak nggak tahu Mas ini laki-laki macam apa? Selama kita menjalin hubungan, dari pacaran sampai nikah, pernah kamu tahu Mas selingkuh?" tanya Aldi lewat video call.
Nanda hanya nyengir sambil menggeleng pelan.
"Aku selalu setia sama kamu, Dek. Kamu percaya sama aku, kan? Kalau kamu ragu, mending aku nggak usah ngekos di sini. Pulang tiap hari saja."
"Eh, jangan, Mas! Tiap hari hujan begini, malah mau pulang. Nanti yang ada kamu jatuh sakit lagi, capek jalan jauh dan kehujanan," larang Nanda. "Aku itu selalu percaya sama kamu, Mas. Tadi aku hanya mengingatkan, apa salah jika istri mengingatkan suami?" Nanda ganti melontarkan pertanyaan.
"Mengingatkan emang nggak salah. Cuman, tadi itu kamu kayak curiga gitu, Dek. Mas tak suka kamu begitu," sangkal Aldi.
"Iya, aku minta maaf, Mas. Aku percaya sama kamu, kok."
"Iya, Mas maafkan. Mas juga percaya sama kamu. Kamu akan bisa menjaga kehormatan sebagai istriku."
Begitu sedikit debat yang terjadi antara Nanda dan Aldi lewat video call malam itu. Mereka mengakhirinya dengan saling memaafkan dan selanjutnya hubungan pasangan suami istri itu kembali berjalan harmonis seperti sedia kala.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam ketika Aldi menyudahi sesi video call dengan sang istri. Dia lalu duduk bersantai di ruang tamu sambil membaca materi yang akan dia gunakan untuk mengajar esok hari. Di luar rumah, gerimis kecil semakin deras. Suasana menjadi agak dingin.
Tok ... tok ... tok ...
Terdengar suara pintu diketuk. Aldi segera menghentikan aktivitasnya, menutup buku yang dia baca dan meletakkannya di meja. Lelaki itu lalu menuju ke pintu dan segera membukanya.
"Eh, Dek Neti ..." ucap Aldi begitu tahu bahwa yang datang sebagai tamunya adalah Neti, anak sang pemilik rumah.
"Iya, Mas. Ini ada singkong goreng. Ibu nyuruh kasih ke Mas Aldi. Gerimis begini, enak makan yang hangat-hangat, meski cuma singkong," ucap Neti sambil memberikan piring berisi beberapa kerat singkong rebus yang masih hangat.
"Oh, terima kasih, ya, Dek. Sampaikan pada ibumu juga," sahut Aldi.
Neti tersenyum ramah. "Iya, Mas. Sama-sama. Saya pamit dulu."
"Lho, nggak mau masuk dulu?" tanya Aldi basa-basi.
"Tidak, Mas. Makasih. Ini masih mau lanjut bantu Ibu goreng singkong lagi, tadi belum selesai," jelas Neti.
"Oh?" Aldi tersenyum sambil manggut-manggut, mengerti maksud penolakan Neti.
"Permisi, Mas ...."
"Iya."
Neti kembali melayangkan senyum manisnya. Gadis yang baru lulus SMA itu memang termasuk kembang desa. Selain cantik, Neti juga seorang yang ramah. Orang tua Neti menyuruh dia untuk melanjutkan kuliah, tapi Neti masih menolak. Katanya tahun depan saja, sekarang masih ingin istirahat dulu. Ingin santai saja sambil bantu ayah ibunya di rumah. Begitu argumen Neti tiap kali ada yang tanya.
"Cantik juga anak Pak Karno ini ..." celoteh Aldi lirih tanpa sadar.
Laki-laki itu masih mematung di ambang pintu sambil memperhatikan Neti yang berjalan menuju rumahnya yang ada di samping tempat tinggal Aldi saat ini. Mata Aldi tidak berkedip menatap sosok Neti, gadis kembang desa yang cantik aduai dengan rambut tergerai sebahu. Senyum dan keramahannya memang bisa menggetarkan hati laki-laki yang dekat. Sepertinya Aldi juga mulai terpesona.
Suami Nanda itu tersenyum di sudut bibir, entah apa makna dari senyuman itu. Aldi lalu menutup pintu rumahnya dan kembali duduk di kursi ruang tamu sambil menikmati singkong goreng pemberian Neti. Entah apa yang ada dalam pikiran lelaki itu hingga dia senyum-senyum sendiri tanpa sebab yang jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ernhy Ahza II
si neti ini tau kan yah klu aldi sdah punya anak dan istri? smoga sja dia tdk punya niatan tuk jdi pelakor
2022-12-23
1
Ernhy Ahza II
wahh sprtinya aku mencium bau" perselingkuhan ini 🙄🙄🙄awas aja kmu aldi klu kmu smpai mengkhianati istri mu 🙄
2022-12-23
1
Dania🌹
weh tanda tanda ini jangan jangan
2022-12-09
0