Saat pulang kuliah, Ayra terdiam melihat mobil yang tadi pagi mengantarnya. Tidak mungkin jika Aiden tidak mendengar ucapannya, jangan mengantarnya sampai pekarangan kampus. Lagian dia juga bilang kalau lebih baik identitasnya tidak terbuka. Tapi kenapa saat ini dia malah menjemputnya di depan kampus seperti ini. Susah payah Ayra menutupinya dari setiap orang yang bertanya siapa suaminya yang sebenarnya. Tapi, dia hanya menjawab orang biasa yang mau menerimanya dan bertanggung jawab atas hidupnya. Lalu, apa mereka akan percaya jika sekarang melihat mobil yang menjemputnya jelas bukan mobil dari kalangan orang biasa.
"Hay Ra, pulang sama siapa? Suami kamu jemput ya?"
Duh, semakin bingung Ayra saat ada pertanyaan seperti itu. Dia harus menjawab apa, tidak mungkin dia masuk ke dalam mobil Aiden. Sudah pasti akan menjadi rumor yang menghebohkan di kampus ini. Seorang anak asisten rumah tangga, di jemput dengan mobil mewah. Hal itu yang membuatnya menjadi semakin bingung. Pasti dirinya akan terpojok jika ada yang melihatnya masuk ke dalam mobil mewah milik Aiden.
"Tidak, aku tidak ada yang jemput. Suamiku kerja"
"Oh iya yah, kan suamimu hanya orang biasa. Tidak mungkin dia punya waktu luang di siang hari seperti ini. Dia harus bekerja keras untuk menghidupi istrinya" Senyuman mengejek muncul dari gadis yang berdiri di sampingnya itu. Ayra tidak menggubrisnya, dia memang sudah terbiasa dengan sikap seperti itu.
Sementara di dalam mobil, Aiden sudah kesal menunggu karena istrinya hanya diam dan malah mengobrol dengan temannya. Apa dia tidak melihat jika Aiden sudah menjemputnya disini. Akhirnya Aiden membunyikan klakson mobilnya, membuat Ayra terkejut. Gadis itu menatap was-was pada mobil mewah yang terparkir di parkiran kampus.
"Wahh mobil siapa tuh? Kira-kira jemput siapa ya" tanya teman Ayra yang sebenarnya hanya sebuah pertanyaan untuk dirinya sendiri.
"Gak tau, yaudah aku pulang dulu. Ojek onlien ku sudah nunggu di sana"
Ayra gelagapan dan segera meninggalkan temannya itu. Melewati mobil suaminya dan dia hanya pura-pura tidak tahu saja, dia menunduk dan terus melangkah melewati mobil itu. Membuat Aiden yang ada di dalam mobil kebingungan.
"Kenapa dia malah pergi? Apa dia tidak mau aku jemput? Menyusahkan saja"
Aiden putar balik mobilnya dan segera menyusul Ayra yang masih berjalan di pinggir jalan. Aiden membunyikan klakson nya dan membuka kaca jendela mobilnya. "Cepat masuk!"
Ayra melirik ke sekitarnya, takut jika ada orang yang mengenalnya dan melihat dirinya masuk ke dalam mobil mewah itu. Saat dirasa sudah aman, segera Ayra memutari mobil dan masuk dengan cepat menutup pintu mobil kembali. Apa yang di lakukan Ayra membuat Aiden semakin bingung. Ada apa dengan gadis itu, sampai ketakutan seperti itu. gumamnya.
"Kau gila ya, aku sudah sebaik ini mau menjemputmu. Tapi kau malah mengabaikanku dan seolah tidak tahu. Kau fikir kau siapa hah? Kau hanya istri bayaranku, masih untung aku bisa bersikap baik padamu"
Ayra hanya menunduk mendengar kemarahan Aiden. "Maaf Tuan, saya 'kan tidak mungkin masuk ke dalam mobil anda di saat teman-teman saya tidak tahu siapa suami saya. Kan Tuan sendiri yang bilang kalau identitas anda jangan sampai terbongkar"
Aiden tidak menjawab, dia hanya mengemudi mobilnya dengan benar. Karena apa yang di katakan Ayra adalah benar, dia yang mengatakan itu.
...🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲...
Sampai di apartemen pun Aiden masih mendiamkan Ayra. Mungkin memang sejatinya dia memang pria dingin, tapi dua hari tinggal bersama Aiden. Ternyata suaminya tidak sedingin itu. Dia memiliki sisi hangat yang mungkin tidak sering dia tunjukan. Hal itu yang membuatnya menjadi di kenal sebagai pria yang dingin.
"Saya ke kamar dulu Tuan" lirih Ayra dengan menunduk lalu dia berjalan ke arah kamarnya. Aiden juga masuk ke kamarnya. Suami istri macam apa yang tidurnya saja di kamar yang terpisah. Ayra hanya menyadari siapa dirinya, sehingga tidak ada harapan untuk bisa menjalani pernikahan yang selayaknya.
Ayra duduk di tepi tempat tidur, dia menyimpan beberapa buku yang di bawanya di atas tempat tidur. Cairan bening mulai mengalir di pipinya, perkataan Aiden cukup melukai hatinya. Ya, dia sadar diri jika dirinya hanyalah istri bayaran yang tidak berharga apa-apa untuknya.
Kau hanya istri bayaranku.
Kalimat itu terus terngiang di telinganya. Meski itu adalah kenyataan tapi hatinya tetap terluka mendengarnya. Kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut seorang suami. Tapi apa bisa Ayra berharap sedikit saja di hargai oleh suaminya? Sementara kenyataannya dirinya adalah istri bayaran untuk alat pencetak anak.
"Ini pilihanmu Ayra, kenapa sudah mengeluh"
Ayra hanya bisa menguatkan dirinya sendiri agar bisa kuat bersama suaminya ini. Kehidupannya masih panjang, perjalanan pernikahan ini masih perlu banyak waktu untuk membuat hatinya kuat. Ini belum dari setengah perjalanannya. Semuanya baru di mulai.
Selesai mandi dan beristirahat sebentar, Ayra merasa lebih fresh. Dia beralih ke dapur untuk memasak makan malam. Tapi, saat membuka lemari es benar-benar tidak ada apa-apa disana selain beberapa minuman botol dan kaleng. Tadi pagi saja beruntung karena ada nasi dan dua telur. Makanya Ayra bisa memasak. Tapi, hari ini dia mau masak apa untuk makan malam jika tidak ada bahan makanan apapun. Akhirnya Ayra memberanikan diri untuk menemui Aiden yang sejak tadi tidak keluar dari kamarnya.
Tok..tok..
Ayra menunggu di depan pintu kamar suaminya sampai pintu itu terbuka. Aiden muncul dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Sementara bagian dadanya benar-benar polos tanpa pakaian. Hal itu membuat Ayra menunduk, meski dia sudah pernah melihat tubuh suaminya itu. Tapi dia tetap malu.
"Tuan, apa tidak ada bahan makanan di dapur? Saya ingin masak makan malam, tapi tidak ada bahan makanan"
"Kau bersiaplah, kita belanja sekarang. Beli apa saja yang kau butuhkan dan kebutuhan rumah ini"
Aiden kembali menutup pintu dengan sedikit kencang, membuat Ayra terlonjak kaget. Gadis itu segera berlari ke kamarnya untuk betsiap.
Sepasang suami istri ini sedang berada di sebuah supermarket. Dengan Aiden yang mendorong kereta belanja dan Ayra yang memilih-milih barang atau sayuran yang akan di belinya. Semua keperluan dapur dan kamar mandi Ayra beri sekarang. Agar dia tidak perlu terlalu sering untuk mengganggu Aiden karena bahan makanan yang habis.
"Apa sudah semuanya?"
Ayra mengangguk, mereka sedang mendorong kereta belanjanya menuju kasir pembayaran. Ada satu orang di depan mereka yang sedang melakukan pembayaran. Aiden memberikan sebuah kartu pada istri keduanya ini.
"Bayar pakai ini dan pegang kartu ini untuk semua keperluanmu"
"Emm. Tapi Tuan, apa bisa Tuan memberi saya uang cas saja. Tidak memakai kartu seperti ini" kata Ayra, hidupnya masih terlalu lugu. Menurutnya lebih gampang pakai uang cas daripada pakai kerdir card.
"Baiklah, aku akan memberikannya"
Bersambung
Jangan lupa dukungannya.. Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya juga..
ada karya temanku lagi nih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Dara Muhtar
Lambat laun kamu pasti katahuan Aiden apalagi berani mengajak jalan Ayra ke Supermarket
2023-02-02
0
uyhull01
anda sehat Tuan Aiden ? katnya g bleh ada yng tau identitas kmu to seolah kmu sendri yng akan membongkar nya, ckck ucapan dan hati tidak sinkron sekali,
2022-12-17
1
Hanipah Fitri
Suatu saat akan ketahuan karna berani jalan ke tempat umum
2022-11-21
0