Disebuah cafe yang memiliki banyak pengunjung. Qariya duduk di ujung cafe dengan coffee capuccino yang sudah dipesan olehnya.
Duduk memandang kekanan dan kekiri, ia menanti kedatangan teman yang pernah membantu dirinya. Sebenarnya Qariya lupa temannya itu seperti apa.
Cring!!
‘Selamat datang’
Mendengar suara sapaan dari waiter cafe, Qariya menatap kearah pintu masuk yang memperlihatkan empat wanita. Dua wanita mengenakan pakaian anak tomboy yang membuat Qariya berpikir apakah mereka salah mendapatkan gender saat bayi. Lalu dua wanita yang memakai gaun cantik seperti wanita umumnya.
Keempatnya berjalan menuju kearah Qariya. Saat sudah mendekati Meja, Qariya bangun dengan cepat. “Wah..Mola, Amey, Tari..dan Nuvi”
“Hai Qariya”
“Yo!”
“Osss”
“Hm”
Keempat wanita itu duduk dikursi mereka. lalu memesan minuman dan hidangan lainnya kepada Waiter.
“Kamu tambah mengeritkan Mola, apa lagi Tari”ucap Qariya dengan senyum mekarnya.
“Hei Qariya, jangan mengatakan hal seperti itu, mereka sudah tak menampilkan tampang wanita. Jika dua gunung mereka tidak membesar, wanita-wanita yang lain akan langsung menyukai mereka.. ya”
Swussh! Thub
Sebuah pukulan manis mendarat dikepala Amey yang berbicara dengan nada mengoloknya.
“Sakit...Tari”rengek Amey yang mengusap kepalanya dengan pelan.
“Lain kali kalau berbicara jangan lupa disaring dulu, takutnya nanti bukan kepalamu yang ku pukul tapi nyawamu”dengan senyum devilnya berkembang mekar dengan baik membuat Amey merinding melihatnya.
“Sudah..sudah, mari bahas yang lain, bagaimana denganmu Mola, kamu baru kembali dari Negara J, apa disana menarik?”Qariya menatap Mola, wanita yang memiliki rambut panjang dengan bulu mata dan alis tebal. Jika dilirik dari kejauhan ia terlihat seperti anak laki-laki yang menyerupai perempuan.Untung dadanya menonjal jadi orang-orang tak akan menilai jauh tentangnya.
“Iya menarik, dan juga sulit. Disana memiliki sistem bahwa waktu disetiap menit adalah uang. Jadi jangan menyia-nyiakannya...yeah seperti itulah negara J”
“Mengerikan”Qariya membayangkan jika dirinya tinggal disana, yang ada bukannya hemat uang, ia mungkin akan boros dan malah tak bisa hidup dalam satu hari.
“Lalu, bagaimana dengan negara K, kalian kesanakan?”pandangan Qariya mengarah kepada tiga wanita yang memandangnya juga.
“Membosankan”jawab Nuvi.
“Indah, negara yang penuh akan keindahan”jawab Amey dengan senyum puas. Qariya mengangguk-angguk mendengarnya.
Perbincangan mereka terhenti saat waiter datang mengantar pesanan mereka.
“Terimakasih”
Hidangan telah disajikan, semua menikmati dengan tenang sambil bercanda-gurau.
“ Nuvi, kenapa dari tadi kamu hanya mengangguk-angguk, apa kamu capek?”
Dari pembicaraan dimulai, sampai sekarang. Orang yang bernama Nuvi tidak mengatakan apa-apa kecuali ditanya. Qariya tidak terlalu mengerti dengan Nuvi ini. Dan tidak ada kenangan yang bisa dikenang untuk Nuvi ini.
“Aku merasa tidak nyaman berada disini”ucap Nuvi tiba-tiba.
Qariya terteguh mendengarnya, suasana yang seharusnya bahagia berubah menjadi hening dengan hawa dinginnya.
“Nuvi, perhatikan ucapanmu”Tari menegur ucapan Nuvi yang tiba-tiba itu.
Namun Nuvi bukannya diam, dirinya kembali berbicara. “Apa yang harus diperhatikan, aku hanya menyampaikan kesanku saja, apa aku menyingungnya?..”
Kerutan muncul di jidat Tari,Mola dan Amey. Nuvi tak tampak tak perduli akan semua hal itu, yang membuat Qariya menjadi serba salah. Reunian yang seharusnya indah malah meninggalkan kesan yang tak baik untuk dirinya.
“lagian Mola,Tari dan Amey, apa kalian tahu bahwa kita ini hanya seorang rakyat yang tidak akan bisa berteman dengannya, kamu lihat saja dirinya..”
“CUKUP!!..Nuvi kamu sudah kelewatan, lebih baik aku mengantarmu kembali. maaf Qariya..jangan masukkan ucapannya kedalam hatimu..sekali lagi maaf Qariya”ucap Mola yang bangun dan menarik Nuvi.
Qariya bingung berbicara apa, ia ingin berteman namun rasanya begitu sulit. Karena statusnya sebagai anak bangsawan, akan menjadi pusat pertama dari perhatian teman-temannya.
Kepergian tiga teman itu berhasil meninggalkan rasa sedih yang mendalam. Qariya melangkah pergi dengan lesu. Ekspetasinya sangat tinggi, ia ingin banyak mendengarkan cerita temannya, itu semua tak sesuai dengan ekspetasinya sendiri.
“Apa mereka itu disebut Teman atau bukan?..ah tidak, Mola,Tari dan Amey menghargaiku....huh”
Qariya melangkah menuju kearah mobilnya terpakir. Saat ingin mendekat ia mencium bau seseorang yang asing untuknya. Bukan bau amis, atau bau yang menjijikkan. Tapi bau ini sulit digambarkan seperti apa.
“Apa bau ini hanya aku yang menciumnya?”guman Qariya pelan. Ia melihat kearah gang kecil yang tak jauh dari mobilnya. Menatap kekanan dan kekiri, Qariya menyadari bahwa para bodyguardnya pada bersembunyi, dengan cepat ia melangkah masuk kedalam gang.
“Semoga mereka tak mengangguku”benak Qariya.
Bau yang diciumnya makin menyengat, ia mendengar nafas seseorang yang sedang kesulitan mengatur pernafasannya.
“Permisi...apa kamu sedang sakit?”Qariya mendengar suara seseorang bergeser menjauh, ia melangkah mendekat.
“Aku tidak akan menyakitimu jadi jangan takut”Qariya melangkah mendekat dengan perlahan, ia merasa orang yang bersembunyi itu makin bergeser untuk menjauh.
“Aneh, kenapa dia malah menjauh, aku ingin menolongnya sebelum bodyguardku mengetahui apa yang ku lakukan...”benak Qariya.
“Huh..aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan menyakitimu, jadi jangan takut”Qariya berpikir orang yang bersembunyi itu adalah seorang anak-anak yang ketakutan. Karena suara nafas yang rendah dan terhenga-henga.
“Hei..aku berkata bahwa kamu tak perlu tak...”
“Dia sedang Rut. Menjauhlah jika kamu ingin selamat”
Qariya terteguh dengan seseorang yang muncul tiba-tiba. Karena sudah mengalami masa lalu yang hampir membunuhnya, ia dengan cepat melayangkan tangan kanannya untuk menghajar orang yang ada dibekangnya.
Greb!
“Kamu ingin memukulku?”
Tangan dingin menyentuh lengan Qariya. Ia mengenakan baju santai dengan lengan sepanjang siku dan saat mengangkat tangannya, lengan bajunya sedikit menurun hingga pergelangan tangannya merasakan tangan seseorang yang menyentuhnya.
Qariya dengan cepat menatap kearah belakangnya, melihat siapa yang menyentuhnya, karena selama ini orang asing inilah yang pertama kali menyentuhnya, yeah sebagai status orang asing.
“Pergilah dari sini, Pria ini sedang mengalami Rut, kamu lulusan Sekolah menengah atas bukan, pasti memahami rut yang dimaksud”
Tangan kanan yang ditangkap itu lepas dengan kasar, ia melihat Pria yang berbicara kepadanya dengan nada yang dingin. Namun Qariya yang mengenal Pria itu tidak merasakan nada yang dimaksud, karena hatinya saat ini berdisko dengan kecepatan diatas rata-rata.
“Masih disini, pergilah”
Qariya tak bergeming ketika Pria tampannya mengatakan hal seperti itu, ia malah mendekat yang membuat orang dibalik pesembunyiannya menyerangnya.
Swusssh!!
Qariya merasa dirinya dipeluk oleh seseorang, dengan kepala yang menyentuh dada lebar. Ia terdiam dibalik orang yang memeluknya.
“Sial, kenapa aku menolongmu”
Qariya mengangkat kepalanya dan tersenyum, entah otaknya berkerja atau tidak, yang pasti ucapan dari mulutnya ini tak disaring bahkan dipikirkan sekalipun.
“Kamu harus menolongku..bukannya kamu memperhatikanku?”
Setelah ucapannya di katakan, Pria tampan itu menatapnya dengan wajah bengong.
“Cih!!....dengar aku tak memperhatikanmu, jadi jangan berpikir yang aneh-aneh, ini terakhir kali kita bertemu”Pria tampan mengeratkan pelukkannya. Membuat Qariya makin dekat dengan jantung Pria tampan yang disukai olehnya.
Dalam diam Qariya mendengarkan dengan tenang, ia terteguh sesaat dan kemudian kembali merilekskan dirinya.
“Dia tak punya jantung?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments