“Bagaimana bisa batu terlempar kesini?”
Qariya mengerakkan kudanya untuk menuju kearah asal lemparan batu. Namun seperti yang diduga olehnya, jarak menuju gunung tinggi itu sangatlah jauh. Ia dengan cepat menghentikan kudanya diberbatasan Mansion.
“Aku tidak bisa kesana, jaraknya sangat jauh...orang itu pasti sangat luar biasa hingga mengenai sasaran dengan baik”guman Qariya.
Ia mengarahkan kudanya untuk kembali kelapangan berlatih. Dengan cepat kudanya berlari menuju kearah yang diinginkan oleh Qariya.
Tiba di lapangan, ia melihat seseorang berbaring di bayangan pohon. Pohon itu tumbuh di tepi lapangan, dengan tinggi yang mencapai rumah berlantai dua. Apa lagi daun-daun yang begitu lebat tumbuh menghiasi setiap rantingnya. Membuat bayangan dari cahaya matahari lebih gelap.
Qariya memperhatian dengan teliti, setelah memperhatian, ia melihat bahwa orang yang berbaring itu adalah orang yang dikenal olehnya.
“Pria Tampan!”tanpa basa basi, Qariya turun dari kudanya dan melangkah mendekat dengan cepat. Ia berhenti dibawah dahan pohon yang begitu besar. Pria yang dikenali Qariya tak menghiraukannya sama sekali.
“Hei, Kamu disini pasti tidak mendapatkan izin kan?”tanya Qariya memandang kesal kearah pria tampan. Ia ingin marah namun rasa marahnya digantikan dengan kesenangan yang tak dimengerti oleh dirinya.
“Apa dirimu mengalami masalah pendengaran, hingga tidak menjawab ucapanku”Qariya mendekat kearah pria yang masih berbaring disana. Ia menatap lekat kearah tubuh orang yang dengan santai menutup matanya.
Masih tidak mendapatkan respon yang baik, Qariya mengulurkan tangan untuk menyentuh Pria yang didahan pohon. Dahannya tidaklah tinggi, tapi masih bisa dicapai oleh Qariya jika dirinya berjinjit.
“Menjauh dariku”
Tangan Qariya masih melayang, mendengar orang tersebut meresponnya dengan baik, Qariya lansung menghentikan gerakannya dan menurunkan pelan tangan yang melayang itu.
“Merepotkan, kenapa diriku selalu bertemu denganmu, apa kamu adalah hantu?”Pria tampan duduk didahan pohon dengan membelakangi Qariya.
Mendengar Pria tampannya berbicara, Qariya tersenyum puas, ia melangkah untuk melihat wajah orang yang berbicara dengannya.
“Disini tempat tinggalku, dan sangat wajar diriku bertemu denganmu, bahkan berbicara denganmu”senyum indah terbentuk dibibir Qariya.
“Gadis manja, apa kamu tidak takut kepadaku..aku bisa membunuhmu”
“Oh, apa kamu seorang Vampir?”
Qariya menatap Pria yang terdiam mendengar ucapannya. Ia tahu bahwa dirinya harus menjauh dari ras-ras ini. Tapi hati Qariya menolak untuk menjauh.
Pria tampan yang ada didepannya menatap Qariya dengan pandangan datar. Ia mendengus dan melompat turun dengan cepat.
“Jika kamu tahu diriku siapa, kenapa kamu masih berdiri disini dan tidak melapor kepada pengawal yang selalu melindungimu”
“Seharusnya aku melakukan itu, tapi hatiku mengatakan tidak. Jadi aku mengikuti kata hatiku”
“Hati? Apa mereka bisa berbicara?”
“Ha..hahahaha, apa kamu tidak mengetahuinya?”Qariya diam sesaat, ia pun melanjutkan “Kita bisa berbenak bukan?”
Qariya melihat orang didepannya berkedut dengan alis tebal yang dimiliki oleh Pria tampan. Hatinya berdesir dengan perasaan yang tak bisa diartikan. Ia tanpa sadar menarik bibirnnya untuk terseenyum.
“Apa dirimu mengalami gangguan jiwa, setiap melihatku kamu selalu tersenyum”
“Apa kamu memperhatikanku?”
Qariya makin bersenyum lebar karena melihat Pria tampannya memperhatikannya. Degupan yang tenang itu berguncang lagi.
“cih”hempasan suara terdengar ditelinga Qariya. Ia masih memandang tenang kearah Pria tampan yang membuang muka darinya. Senyumnya tidak luntur sama sekali.
“Aku berharap tidak pernah bertemu lagi denganmu”
Qariya masih belum terbiasa ditinggal dalam sekejap mata. Ia merasa kehilangan orang yang membuat jantungnya berdegup-degup.
Tangan kanannya melesat dengan menyentuh bagian dada. Ia merasa bahwa degupan kali ini lebih cepat.
“Kamu disini Qariya, apa sudah selesai berlatih?” tanya Titi dengan membawa sebotol air mineral dan menyerahkannya.
“Wow, apa yang kamu lakukan dengan sasaran panah itu, hancur lebur dengan begitu berantakkan, apa kamu mengunakan dahan kayu untuk memanah?”
Qariya menatap kekacauan yang terjadi, ia hanya diam tak menjawab, dan melangkah lebih dahulu kembali kemansion. Dirinya tak ingin Titi dalam masalah lagi.
Namun memikirkan yang terjadi, Qariya melihat Titi yang menyusul langkahnya.
“Ada apa?”tanya Titi dengan wajah penasaran.
“Titi, sepertinya Aku sudah jatuh cinta kepada seseorang” Qariya menatap Titi yang memandangnya dengan wajah terkejut.
“Jatuh cinta?..apa dadamu berdegup-degup hebat?”wajah Titi yang bertanya-tanya itu membuat Qariya mengangguk dengan begitu semangat.
Titi memandang Qariya dengan perasaan bingung, ia perlahan bertanya, “Apa kamu yakin itu adalah perasaan cinta, bukan suka?”
Qariya memandang Titi dengan bingung, Titi kembali menjelaskan maksudnya, “Yeah sangat aneh kamu jatuh cinta seperti ini, biasanya yang memicu seseorang untuk jatuh cinta mereka saling bertemu dan berbicara bahkan saling mengenal”
Titi tidak melanjutkan pembicaraan saat mereka masuk dalam mansion. Qariya berjalan dibelakang Titi dengan perasaan bingungnya.
“Titi benar, aku hanya bertemu dan berbicara. Tapi tidak mengenal dirinya, apa aku harus bertanya namanya siapa?”benak Qariya. Ia menyamakan langkahnya bersama Titi.
-
Didalam aula gelap gulita. Namun tidak membuat pandangan seseorang menjadi gelap. Mata yang dimiliki oleh mereka memiliki kemampuan untuk melihat dimalam hari.
Seseorang melangkah masuk kedalam aula dengan langkah santainya. Tak bersuara tapi hawa keberadaannya memenuhi alua.
“Kamu datang kesini?...bukannya kamu memilih untuk bermain-main..asal kamu tahu, jika manusia itu menangkapmu. Kami yang akan repot membebaskanmu dari mereka”
Suara seseorang mengaung di aula yang begitu sepi. Meski aula itu tampak tak bernyawa. Ada lebih dari dua puluh orang yang sedang duduk dengan menikmati secangkir minuman berwarna merah.
Orang yang dibicarakan hanya mendengus lalu melanjutkan langkahnya untuk berdiri langsung didepan orang yang berbicara.
“Aku tidak akan selemah itu hingga ditangkap oleh ras manusia, lagian aku hanya bersenang-senang”
Orang yang berbicara kepadanya diam tidak bergeming. Karena merasakan aura yang membuatnya harus tunduk.
“Ayah, tenanglah....Aku tidak akan melanggar apa yang sudah di janjikan. Lagian seperti ucapanku, aku hanya bersenang-senang..jangan khawatir”
Pria yang memiliki mata merah, rambut hitam acak-acakan menatap kearah seorang pria yang duduk di altar kekuasaannya. Pria itu menatap dengan mata merah menyala.
Dari tatapannya itu, memberitahukan bahwa tak ada yang boleh bermain-main didalam alua yang penuh akan kehormatan ini.
“Kamu harus ingat, jangan menganggap remeh manusia. Jika kamu ketahuan, Ayah terpaksa menghukummu”
“Baik Ayah....aku mengerti”
Orang yang memiliki hubungan erat dengan pria yang duduk ditahtanya. Melangkah kembali untuk keluar dari Aula. Membuat semua mata menjadi tajam melihat kearahnya.
“Dia putraku..aku tahu kalian menginginkan peneruas yang baik. Ia akan menjadi yang terbaik. Hanya jangan memberikan tatapan membenci kepada Vir”
Semua yang ada diaula diam dan menarik mata merah mereka kembali.
“Pengawal, mata-matai Shya Vir..jangan mencolok. Ia tahu jika dirinya diawasi oleh kalian. Cukup mengamati saja”
Pengawal yang diperintahkan langsung bergegas mengangguk dan melangkah pegi dengan cepat bersembunyi didalam bayangan hitam.
Pria yang melangkah keluar dari aula tersenyum puas. Ia melanjutkan langkahnya...
“Shya Vir!!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments