“Ras....Serigala?”guman Qariya dengan pandangan terkejutnya. Ia melangkah mundur perlahan dengan sangat hati-hati. Dan saat ada kelengahan dari orang yang sibuk bertatap serius itu, dirinya melarikan diri dengan cepat.
“Aku tak menduga bertemu mereka dengan cepat..ah tidak, seharusnya aku sudah tahu bahwa aku akan bertemu mereka lagi dan lagi”benak Qariya.
Ia melangkah keluar dari lorong dengan mata silau karena cahaya matahari yang masih menyinari. Dengan cepat pula mata itu tertutup.
Greb!
“Kenapa kamu pergi, seharusnya mengucapkan terimakasih kepadaku yang sudah menolong dirimu”ucap Pria yang sama seperti terakhir kali ditemui olehnya.
Pria yang ada didepannya memiliki pandangan ramah dengan suara yang tenang. Namun meski begitu, Qariya sudah melihat dirinya menghajar orang lain dengan wajah ramah tamah itu. ia tak mungkin tertipu lagi.
“Aku....”
Agh!
Sebuah sepatu melayang didepan mata Qariya. Ia melihat pria didepannya langsung memalingkan wajah karena terkena sepatu yang dilempar. Lalu dirinya melihat kearah asal sepatu terlempar itu.
“QARIYA!!!!!”
Dilihatnya Titi melangkah mendekat dengan cepat, nafas yang penuh emosi meluap-luap dengan jelas diwajah Titi. Ia terlihat panik, dan bisa dipastikan kepanikkan Titi karena dirinya menghilang.
“Kamu!..kemana dirimu, aku sudah bilang kepadamu untuk tidak menjauh dari gedung musik”ucap Titi dengan suara panik.
Qariya ingin menjawab, namun perhatiannya tertuju kepada Pria yang kini menunjukkan wajahnya. Ada sebuah benjolan dikepala yang terkena sepatu.
Qariya dan Titi diam melihat Pria didepan mereka yang memandang mereka juga. Diam beberapa saat, pekikkan tertawa lepas dari mulut Qariya dan Titi.
HaHaHaHa.....
“Kepalanya benjol”
“Wajah tampannya jadi lucu saat benjolan sebesar telur penyu”
Puas tertawa, Qariya melirik Titi yang masih melanjutkan tawa renyahnya. “Titi pasti akan memberi tahu Ayah dengan kejadian yang ku alami, lebih baik jangan berbicara hal yang akan membuat Titi bermasalah”Benak Qariya.
“Ehm Titi...”Qariya menarik perhatian Titi yang memandangnya dengan mengatur nafas setelah tertawa. “Dia pria yang menyelamatkanku, tadi ada seseorang yang menganggukku, aku berpikir bahwa orang itu jahat jadi ingin menghajarnya. Dan Pria ini melindungiku karena aku hampir menghajar orang yang ada disini”Qariya berbicara dengan wajah serius.
Sedangkan orang yang ada didekatnya menatap aneh, apa lagi Pria yang bukanlah seorang penyelamat.
Titi terkejut mendengar ucapan Qariya. Pria yang ada didepan mereka berdua langsung mendapatkan kejutan karena Titi mengenggam wajahnya dengan tangan kecil yang putih.
“Astaga, seharusnya aku tak berpikir bahwa dirimu penjahat, maafkan aku..oh ya aku tidak tahu apakah ini membantu, tapi setidaknya datanglah kerumah sakit dan obati benjolan ini, aku bertanggung jawab”Titi menyerahkan beberapa lembar uang untuk Pria yang bingung.
Dan tak lama Titi menarik Qariya pergi dengan ucapan selamat tinggal. Tak memberikan kesempatan kepada orang yang masih kebingungan.
-
Tiba diMansion...
Qariya bergegas kekamar dan mandi dengan cepat. Ia memikirkan bahwa aroma darah tadi menghantuinya. Dan pikirannya masih mengingat jelas depan apa yang terjadi.
“Aneh, Aku pikir dirinya seorang vampir, dilihat-lihat wanita itu penuh darah, tidak mungkin Vampir begitu rakus hingga mengingit begitu berlebihan...tapi mereka adalah ras serigala. Karena aku ingat dengan jelas bahwa ras serigala memiliki tanda-tanda ditangan mereka. kuku panjang dengan bulut lebat di pungung tangan”benak Qariya yang mengerikkan rambut mengunakan pengering rambut.
Ia memakai pakaiannya. Dan setelah selesai, Matannya menatap kearah jadwal yang dicatat oleh Titi. Jadwal yang seharusnya berjalan lancar harus berantakkan karena kejadian tadi.
Qariya menghela nafas dan melanjutkan jadwalnya. Karena guru les biola sudah lama menunggu dirinya. Ia langsung bergegas kembali belajar sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
Waktu berjalan dengan perlahan namun meninggalkan bekas disetiap detakkannya. Hari ini Qariya merasa bahwa waktu berjalan pelan yang membuatnya ingin cepat-cepat menyelesaikan segala yang ada.
Dan sekarang dirinya duduk diruang tamu dengan cemilan yang ada didepannya. Ada Bola ubi yang dibuat oleh Titi.
Bola ubi itu dibuat sendiri. bahan utamanya adalah ubi. Ubi direbus hingga menjadi lemah, lalu diparut dengan parutan selada. Setelah semua diparut, Ubi diberi penyedap rasa manis. Dan didiamkan beberapa saat. Lalu dibentuk menjadi bulatan kecil, dan si goreng dengan api sedang.
Rasa renyah dan manis mengisi ronga mulut Qariya. Ia tak berhenti mengunyah jika bola ubi itu belum habis dipiring kecil dari hidangan Titi kepadanya.
Titi meletakkan secangkir Susu untuk Qariya. Agar menyegarkan kembali tubuh yang lelah seharian diajak beraktifitas.
“Kapan Ayah dan Ibu pulang?”tanya Qariya dengan meminum susu yang masih hangat.
“Dua hari lagi mereka akan kembali”jawaban Titi seadanya. Ia duduk menemani Qariya yang meminum susunya.
“Jadwal besok apa saja?”Qariya mengambil bola ubi dari piring Titi.
“Besok tidak terlalu padat. Setelah selesai bermain piano...dirimu akan ada dirumah sepanjang hari”
“Apa aku bisa bermain sepeda diluar halaman Mansion?”
“Aku belum mendapat izin tentang hal itu, akan ku tanyakan kepada Ayahmu”
“Oke...kabari aku”
Qariya bangun. Ini sudah waktunya ia berkuda dibelakang mansion. Ia meninggalkan Titi yang menikmati bola ubinya.
Dilapangan khusus berkuda. Qariya menarik kuda kesayangannya. Kuda itu tidak memiliki nama, karena Qariya sendiri terlalu malas memikirkan nama yang sulit untuk dirinya ingat. Jadi ia akan memanggil kudanya dengan sekali ucap. “Sa”
Dulu saat dirinya memilih kuda, begitu banyak kuda yang menantinya dirinya untuk memilih. Qariya tidak minat dalam pilih memilih hingga ia menunjuk dengan asal dan mengatakan kata asal. Niatnya ingin mengatakan ‘satu’ namun perkataannya terhenti dikata ‘Sa’ yang akhirnya tanpa sadar menjadi nama untuk kuda itu sendiri.
Kuda abu-abu dengan mata yang berwarna hitam, lalu ekor berwarna hitam. Sangat unik untuk orang yang menemukannya. Namun bagi Qariya itu hanya kuda biasa yang akan mudah ditemui orang-orang.
Qariya menginjak tumpuan dan menaiki kuda ‘Sa’ nya dengan santai. ia melirik lapangan khusus. Dengan perlahan kuda nya berjalan dan tak lama mulai melangkah dengan cepat bersamaan dengan Qariya yang sudah bersiap bersama panahannya.
Anak panah diatur pada tali busur, lalu ditarik begitu kencang hingga merasa kekuatan sudah bertumpu ditangan yang menariknya. Mata menatap dengan begitu teliti dan beberapa detik, lepaslah tangan yang menumpu anak panah.
Qariya menatap anak panah yang terbang dengan hitungan menit. Hingga mengenai sasarannya. Puas dengan hasilnya, Qariya berniat mengetukkan kakinya untuk mengerakkan Kuda.
Namun sesuatu melesat melewati dirinya dan menghancurkan hasil panahan Qariya. Ia menatap dengan teliti apa yang membuat panahannya menjadi hancur. Dilihatnya hanya ada batu yang tersisa dibalik debu yang terhembus.
Qariya memalingkan wajahnnya melihat siapa yang melempar batu. Terlihat seseorang yang menghancurkan batu dari gunung tinggi yang ada diluar kediaman mansion.
“Bagaimana bisa batu terlempar kesini?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments