Di kasur empuk nan lembut. Mata Qariya masih berkedip-kedip. Tak ada niat untuk terlelap dalam indahnya lautan mimpi.
Pikirannya mengambil alih dari semua yang ada. dengan memutar kembali apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Qariya memandang kearah langit-langit kamarnya, ia mengingat awal mula dirinya bertemu dengan Pria tampan.
“Aku benar-benar merasa pertemuan itu sangat mengesankan, karena untuk pertama kalinya seorang pria mendekat dengan nafas yang berhembus bersama-sama...ah itu membuatku berdebar-debar”
Degupan jantungnya kembali berdetak dengan cepat, Qariya memegang dadanya dan meringkukkan tubuh kearah kanan.
“Sebenarnya, saat itu aku tidak menyadarinya. Mata merah itu seperti sebuah benda yang sulit untukku lupakan....dia vampir bukan?”guman Qariya.
Dirinya memilih duduk di sandaran kasur empuknya, kembali menatap langit-langit kamar.
“Itulah alasan kenapa Bunga Red Spider Lily ditanam dan dijaga ditempat kita...hanya Diri ini tak tahu apakah cerita itu sungguhan atau hanya sebuah cerita”
“Oh, jika begitu pasti akan sulit menentukan perasaanmu dalam menyukai bunga”
“Aku tak tahu tentang hal itu, karena aku tak pernah bertemu dengan vampir secara langsung..mungkin ada benarnya mereka tidak punya jantung, karena mereka seperti mayat hidup. tidak ada darah, bau dan juga perasaan”
Ucapan orang-orang yang memberi dirinya penjelasan dan pertanyaan. Bagaimana pun hidupnya sudah berbeda saat bertemu dengan para ras ini.
Apa lagi melihat Ras serigala yang ditemuinya dalam gang sepi. Qariya berharap ia tak pernah melihat orang itu lagi, mengingat nafas yang memburu lalu tangan yang memiliki bulu kecil. Sangat aneh untuk Qariya.
“Ah, apa Titi menyadarinya saat itu?..saat itukan Titi yang melempar sepatu lalu memegang kedua pipi pria serigala itu?..aku tak bisa membayangkannya”guman Qariya.
Direndahkan pandangannya hingga kearah pintu kamar. Lampu yang menyala di kamar Qariya, hanya lampu tidur miliknya. dan yang ada dipandangannya saat ini hanya cahaya dari bulan yang menerangi kamarnya.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi nanti, aku tidak bisa berdiam diri seperti ini. Rasa aneh selalu menghantuiku..”Qariya merubah tempat duduknya, ia duduk di tepi kasur sambil menatap kearah jendela yang masih memiliki celah dari gorden kamarnya.
“Cerita tentang Red Spider Lily, itu menceritakan perjuangan cinta dan kesetian wanita...lalu pertanyan dari pembeli itu, mengarah bagaimana perasaanku selama ini dan orang yang ku cintai...dan Titi memberiku jawaban bahwa Vampir tidak memiliki perasaan...”
Qariya melangkah mendekati meja belajar yang tak jauh dari kasurnya. Tangan kanannya meraih buku yang tersusun rapi. Buku itu diletakkan ditengah-tengah meja.
Qariya berdiri didepan buku dengan mata yang tajam, ia membuka cover buku yang hanya menampilkan kehampaan. Namun dilembaran berikutnya ada tulisan dari tangan Qariya.
Tulisan tangannya sedikit menyambut dalam setiap hurufnya, dan jika dilihat tulisan itu agak berantakkan karena dicatat dalam keadaan cepat.
Qariya sering mengunakan buku cadangan atau buku tambahan untuk mencatat hal yang penting. Seperti kisi-kisi dari guru yang berbicara, jarang guru akan mencatat kisi-kisinnya. Namun yang pasti buku itu hanya buku catatan bagi Qariya.
Dan sekarang sepertinya buku itu berguna, karena didalam buku itu terdapat catatan dan denah mansionnya.
Qariya sudah berpikir dengan keras, ia berpura-pura tenang tanpa sepengetahuan dari Titi dan Orang tuanya.
Sebenarnya Qariya sudah memikirkan rencana untuk menemui Pria Tampan, ia penasaran tentang jawaban yang akan didapat olehnya. Apa lagi ia tak bisa bertemu dengan Pria tampan disetiap hari, bisa dibilang pertemuannya hanya kebetulan. Dan setiap kebetulan itu Qariya selalu mengoda Pria tampan.
Itu ia lakukan karena otaknya tidak menyaring terlebih dahulu, apa yang diucapkan olehnya.
Qariya menatap kearah jam dimejanya. Waktu malam sudah begitu larut, ia memikirkan bagaimana kabur dari sini. Terakhir kali dirinya kabur langsung diketahui oleh Titi.
“Aku tak ingin Titi ikut mengetahuinya, tapi bagaimana?”Benak Qariya.
Qariya tak bisa menunggu dibesok hari, karena jika ia kabur pada siang hari, sang pengawal akan dengan mudah mengetahuinya. Apa lagi Titi yang sudah mengenali dirinya. Itu akan sulit...
“Pertama-tama, pikirkan kemana kamu akan pergi Qariya, ini dimalam hari...aku merasa seperti seorang anak yang perlu kebebasan...”helaan nafas Qariya berhembus menerpa buku yang ada didepannya.
Rasa bersalah menghantuinya. Sebagai anak tunggal dan lagi anak perempuan penerus keluarga, ia tidak pernah dilarang atau di kekang. Ia memiliki kebebasan,hanya saja ia selalu diawasi. Yeah bagaimanapun ia anak bangsawan, tentu saja keamanannya sangat diperhatikan.
Qariya sudah beberapa kali kabur dari mansion, saat umur 10 tahun. Ia pergi dari mansion tanpa diketahui oleh siapapun. Bahkan pengawal sekalipun.
Kepergiannya saat itu hanya karena Qariya penasaran dengan festival kecil yang ada dikotanya. Ia sebenarnya dizinkan kesana, hanya dengan pengawal disampingnya.
Qariya tak ingin itu, bisa-bisa ia tak menikmati festivalnya. Jadi Qariya kabur dan berakhir dengan dirinya yang tersesat dikota.
Yang kedua, saat Qariya berusia 15 tahun. Qariya mendengar bahwa ada club yang sering dikunjungi anak remaja. Karena penasaran ia pun kesana dengan kabur dari mansion.
Namun kepergiannya itu langsung diketahui oleh pengawal yang berakhir seluruh club di kota Aelius harus ditutup. Semejak kejadian itu seluruh teman yang akrab dengan Qariya menjadi membenci dirinya.
Yang ketiga, adalah saat Qariya ketahuan oleh Titi. Titi yang sudah menjaganya dari kecil sempat kehilangan juga. Lagian Qariya memilik daya ingat yang kuat. Ia bisa mengingat dibagian mana ia kabur dan tingkat keberhasilannya.
Mengingat perkara yang dilakukan, Qariya tak pernah mendapatkan amarah dari Ayahnya. Hanya berupa terguran yang didapat. Namun nasib malang jatuh ke Titi yang menjaganya, meski Ayahnya tidak marah, tetap saja nada bicara dan tampang Ayahnya berbeda dari apa yang dikenal oleh Qariya.
Karena hal itulah, Qariya mengundurkan niatnya untuk kabur. Tetapi niat itu harus kembali bangkit. Sekarang ia memiliki tujuan yang harus diselesaikan.
Ia tahu, kepergian bisnis Ayahnya bukan hanya bisnis biasa. Mengingat sang Ayah memintanya untuk mempertemukan orang yang dicintai. Ada kemungkinan Ayahnya telah melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya.
Jadi Qariya mencoba untuk mendapatkan jawaban dari cintanya dan jika dirinya ditolak, ia bisa mempertimbangkan apa yang disiapkan oleh Ayahnya nanti.
“Aku mungkin akan merasakan rasa sakit hati”guman Qariya.
Ditutupnya buku catatan miliknya. lalu mengambil tas kecil yang sering dibawa olehnya,jika berpergian. Didalam sana sudah ada dompet dan juga uang. Ia meninggalkan ponselnnya. Lagian dijaman ini meski masih menganut hubungan kerajaan.
Tetap saja, negara ini memiliki perkembangan teknolongi bukan main. Jadi bisa ia pastikan orang tuanya bisa menemukan dirinya tanpa harus mencari sampai kepenjuru dunia.
“Oke...semua rencana ini berjalan lancar”Qariya menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya..
“Mari kabur dari sini”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments