Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain

Perlahan aku membuka simpul plastik hitam itu dengan hati-hati. Mulutku tidak henti mengucapkan doa-doa agar terhindar dari gangguan hantu. Terkejutnya aku ketika melihat isi plastik yang menurut Wulan isinya nasi goreng.

Isinya hanyalah dedaunan yang kering. Untunglah tidak ada benda aneh di dalamnya. Aku meminta Wulan menemaniku membuang sampah, aku tidak mau sendirian berada di luar rumah.

"Ikut!" Intan rupanya juga tidak mau ditinggal sendiri meski hanya sebentar. Tepat saat plastik itu jatuh di kamar, tiba-tiba saja ada bau busuk menyeruak berasal dari plastik itu.

"Kok jadi bau busuk seperti ini, ya?" Aku segera menutup hidungku karena tidak tahan dengan baunya.

"Bau apa sih? Perasaan aku tidak mencium bau-bau yang aneh," ujar Intan sembari mengendus-endus. Tindakan yang sama juga dilakukan oleh Wulan. Apa hanya aku yang mencium bau busuk ini. Karena penasaran aku mengambil kembali plastik hitam yang isinya daun kering itu.

"Argh!" Aku melempar plastik itu setelah tau isinya.

"Ada apa sih, Han? Kenapa kamu buang plastik yang isinya daun kering ini?" Wulan hendak memunguti isi dalam plastik yang berhamburan keluar. Buru-buru aku menepis tangannya agar tidak menyentuh benda menjijikkan itu.

"Jangan pegang! I-itu daging busuk dan penuh belatung! Ayo, kita masuk ke kamar!" Aku menyeret dua sahabatku dan sesegera mungkin mengunci pintunya. Aku yakin daging busuk itu adalah teror hantu itu.

"Daging busuk apa? Tadi kamu sendiri kan yang membuka kalau di dalam plastik itu daun-daun kering." Aku menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan Intan. Walaupun aku juga tidak mengerti mengapa isi plastik itu bisa berubah dan hanya aku yang melihatnya.

"Sudah, kita istirahat dulu saja. Kita minta perlindungan pada Tuhan agar dijauhkan dari hal yang buruk."

Wulan bergegas berganti pakaian kerjanya dengan daster. Dia segera memintaku dan Intan tidak memikirkan hal aneh tadi. Entah berapa lama mataku terpejam, Wulan membangunkan aku karena merasa lapar.

"Han, anterin aku dong."

"Kemana?" tanyaku sembari mengucek mata yang masih berat ini.

"Ke bawah."

"Ngapain? Nanti didatangi hantu lagi." Aku merapatkan selimutku karena angin malam terkadang menyusup dari lubang ventilasi.

"Cuma sebentar, Han. Perutku lapar karena tadi tidak sempat makan keburu ada insiden hantu."

Terpaksa aku menemani ibu satu anak ini ke bawah. Meskipun ada rasa gentar juga karena harus keluar malam-malam begini. Di tangga menuju ke lantai satu, ada aroma bunga menyeruak.

"Lan, kamu cium bau-bau aneh tidak?"

"Tidak ada apa-apa. Kamu yang terlalu parno."

Walau takut, aku tetap berjalan mengekori wanita bergelar single parent ini. Angin malam yang bertiup kali ini terasa lebih menusuk bahkan terasa sampai ke tulang. Aku dan Wulan berjalan menyusuri jalanan yang sangat sepi.

"Lan, apa kita tidak akan takut dibegal?" Wulan hanya tersenyum tipis. Setelah cukup jauh kami mencari warung, aku dan Wulan menghentikan langkah dan masuk ke angkringan kecil.

"Pak, teh anget dua ya," pintaku pada seorang bapak-bapak yang memunggungi kamu. Pria yang rambutnya dipenuhi uban dan mengenakan baju hitam itu hanya mengangguk tanpa menoleh.

Malam ini sepertinya sahabatku sangat kelaparan, dia makan nasi kucing satu bungkus dalam sekali lahap. Aku belum selesai makan sebungkus nasi, sementara Wulan entah habis berapa bungkus. Wanita yang setauku sangat rapi ini membuang bungkus nasinya sembarangan sampai membuat warung ini terlihat kumuh.

"Lan, buang sampah di tong saja. Kasihan bapaknya nanti." Aku terkejut ketika aku menegurnya, Wulan justru tampak marah. Dia melotot ke arahku.

"Dasar cerewet!" Tidak hanya itu Wulan pun menggebrak meja angkringan dengan keras. Ada apa ini, apa ini perangai asli sahabatku ini, pemarah dan tidak bisa dinasihati.

"Sudah, maaf kalau begitu. Kamu jangan marah ya." Aku mengusap bahunya untuk sedikit mengurangi rasa amarahnya.

"Makanya kamu jangan terlalu ikut campur urusan orang lain! Aku mau bagaimana pun itu urusanku, ingat itu!"

Aku hanya mengangguk karena tidak ingin masalah ini berbuntut panjang. "Ya sudah. Ayo, kita lanjut makan."

Dalam hening dan di tengah embusan angin malam yang semakin dingin memeluk raga, aku dan Wulan melanjutkan makanku. Sesekali aku meliriknya yang belum juga berhenti makan. Selain nasi kucing, Wulan juga menyantap berbagai lauk yang terhidang di meja. Ada gorengan juga beberapa macam sundukan, seperti sate usus, telur puyuh, dan banyak lagi. Meja yang tadinya penuh dengan gorengan kini hampir kosong. Wulan bersendawa dengan keras dan sempat membuatku terkejut.

Mataku tidak lepas dari wanita yang ternyata mempunyai nafsu makan besar itu yang tengah meminum teh panas, bukan dari gelas tapi langsung dari teko atau ceret yang baru saja mendidih.

"Lan, hati-hati. Nanti lidahmu melepuh." Lagi-lagi Wulan memelototiku tanda tidak suka dengan ucapanku. Hanya beberapa detik setelah itu, Wulan tampak kesakitan. Tangannya mengibas-ngibaskan lidahnya yang terjulur.

"Tuh kan. Kamu sih, suka ngeyel kalau dibilangin. Sakit kan." Aku berusaha mengambil barang yang kira-kira bisa membantunya untuk mengurangi rasa sakit. Tapi tunggu, mengapa lidah Wulan semakin lama semakin panjang, bahkan sudah menyentuh dadanya. Aku mundur karena mulai merasa ada yang janggal dari temanku ini.

"Lan, ke-ke-kenapa lidahmu sangat panjang?" tanyaku dengan suara bergetar karena ketakutan mulai merasukiku. Lidah Wulan semakin memanjang, kini sudah menyentuh perutnya. Sudah jelas ini pasti sesuatu yang tidak beres. Aku berlari mendekati bapak penjual angkringan yang tengah mengipasi arang.

"To-tolong, Pak. Ada yang salah dengan teman saya." Karena tidak ada respon dari bapak itu. Aku menarik lengannya berharap pria itu menyadari aku membutuhkan bantuannya kali ini.

"Hmm."

"Argh!"

Sebenarnya ada apa ini, kenapa pria itu bisa memutar kepalanya 180 derajat. Posisi tubuhnya tetap membelakangiku tapi wajahnya yang sangat pucat menghadap ke arahku. Jarak wajahku dengannya hanya beberapa sentimeter saja.

Aku berteriak histeris dan berlari sekuat yang aku bisa. Dari kejauhan aku mendengar suara tawa yang menggelegar. Aku berlari ke sembarang arah berhadap ada seseorang yang bisa kumintai tolong.

Aku lega dari kejauhan bisa kulihat lampu menyala terang, sepertinya itu angkringan yang cukup ramai orang tengah menikmati makanan di sana. Semoga saja orang-orang di sana mau membantuku paling tidak menemukan jalan pulang.

Aku baru tinggal di daerah ini beberapa hari lalu, jadi aku tidak tau benar arah jalan menuju indekosku.

"Permisi! Adakah yang bisa menolong saya?" tanyaku dengan napas yang masih terengah-engah.

"Duduk!" Seorang wanita paruh baya menepuk kursi, memintaku untuk duduk sebentar. Sementara seorang gadis kecil menyerahkan segelas teh panas yang asapnya masih mengepul.

"Diminum!" Aku menyeruput teh dalam gelas bermotif lurik itu. Seketika rasa aneh memenuhi rongga mulutku. Manis tapi berbau aneh, tidak seperti kebanyakan aroma daun teh. Segera aku menepis keraguanku, saat melihat orang-orang yang duduk di sana tengah sibuk makan dan minum.

Bocah kecil itu kembali mendekatiku dan menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. "Maaf, Cah Ayu. Mbak sudah kenyang tadi." Aku menolak pemberiannya. Selain aku sudah kenyang rasanya nafsu makanku hilang akibat hantu tadi.

Wanita paruh baya yang tadi memintaku duduk mengambil piring dari tangan bocah perempuan itu kemudian mengangsurkan padaku. Entah apa yang terjadi dengan perutku, tiba-tiba saja aku merasa lapar ketika menerima piring dari gerabah itu.

Aku hendak menyuapkan nasi ke mulutku saat seseorang menepuk bahuku.

"Mbak, ngapain jam segini di kuburan? Ngilmu ya?"

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

사랑의 여신 ^^

사랑의 여신 ^^

Asli merinding banget baca tiap episode'nya.. Thor,, horrornya parah banget ini,, berasa ga di kasih kesempatan buat bernafas.. 😭😭

2023-01-18

1

Herry Ruslim

Herry Ruslim

gila banyak horornya yang sambung menyambung kaya tali jemuran,tapi paten.
lanjutkan Thor

2022-11-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!