Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku

"Jangan bercanda kamu, Han. Cepet bukain pintu. Panas tanganku pegang mangkok mie."

Aku masih tidak mengerti yang Intan katakan. "Aku masih di angkringan depan pabrik, Tan. Kalau tidak percaya, kita video call ya."

Aku mengalihkan panggilan suara menjadi panggilan video dengan menghidupkan kamera depan. Aku bisa melihat memang benar Intan tengah memegang mangkuk yang masih mengeluarkan asap. Dia pun terlihat ada di depan kamarku.

"Han, cepetan bukain pintu! Tanganku hampir mati rasa ini!"

"Tan, bagaimana aku bisa buka pintu sementara aku itu masih ada di angkringan. Nih, lihat aku masih di sini." Aku menunjukkan suasana angkringan yang tengah dipadati pengunjung. Seketika wajah Intan memucat bahkan mangkuk berisi mie rebus itu jatuh.

"Te-terus yang tadi ke atas minta mie rebus, siapa?"

Mataku terbelalak saat tiba-tiba tirai jendela kamarku tersingkap. Sebuah wajah mengerikan muncul dari dalam kamarku. Ponselku hampir terlepas karena terkejut. Tangan kiriku membekap mulut agar tidak berteriak di depan umum.

"Ada apa, Mbak?"

"Lihat!" Aku menunjuk layar ponselku agar Indah melihat sendiri penampakan yang muncul.

"Temanmu kenapa, Mbak?"

"Lihat yang ada di jendela!"

"Tidak ada apa-apa." Pandanganku kembali menatap jendela kamarku, tirainya sudah tertutup rapat. Sementara Intan masih terdiam dan kebingungan.

"Tan, kamu baik-baik saja?" Gadis itu tampak terkejut.

"Han, kamu cepet pulang ya. Langsung ke kamarku saja. Aku takut ini. Soalnya Wulan masuk sore jadinya pulang malam. Aku mau ke atas dulu."

"I-iya, aku segera pulang."

Tepat saat sambungan telepon ditutup, bakaran yang aku pesan sudah siap. Indah segera memacu kuda besinya agar aku bisa sampai dengan cepat. Dia ternyata juga mengkhawatirkan keadaan Intan yang terlihat ketakutan.

"Mbak, kamu hati-hati ya," ujar Indah saat aku sudah tiba ada di depan gerbang. Aku segera mengucapkan terima kasih padanya dan buru-buru masuk. Mataku sempat menangkap pintu kamarku terbuka tertutup sendiri padahal jelas sebelum aku berangkat sudah aku kunci. Meski ada rada takut aku memilih tidak menggubris dan langsung naik ke atas untuk memastikan keadaan Intan.

"Assalamualaikum, Tan!" Aku mengetuk pintu yang sedikit keropos itu perlahan. Tidak ada sahutan dari dalam membuatku panik. Kalau-kalau terjadi hal-hal yang buruk padanya.

"Tan, bukain pintu. Ini aku Hanna!" Kali ini aku mengetuk pintu lebih keras.

Dengan cepat pintu itu terbuka. Intan menarik tanganku masuk ke dalam kamar.

"Waalaikumsalam. Ini beneran Hanna kan?" tanyanya sambil menoel pipiku.

"Iya, ini aku, Hanna masa Paijo." Aku mencoba mencandainya agar suasana sedikit cair dan tidak terlalu tegang.

"Gila, aku bener-bener takut. Soalnya tadi ada yang minta mie rebus dan aku kira itu kamu."

"Kok bisa?"

Intan menceritakan menjelang senja, Intan menghilangkan gerah dengan mandi. Saat mandi itu pula ada yang mengetuk pintu dan meminta dibuatkan mie rebus.

"Lalu kenapa kamu mau? Kan kamu bukan kantin. Lagi pula kenapa kamu yakin kalau itu aku padahal kan kamu lagi di kamar mandi."

"Sumpah, suaranya itu mirip banget sama kamu, Han. Ya sudah, aku buatin. Pas sampai di bawah pintu kamarmu terkunci dan lampunya pun mati. Asli aku kira kamu ngerjain aku atau gimana. Apa lagi kamu aku telepon tidak diangkat. Aku kirim pesan pun tidak kamu baca. Tidak menyangka aku rupanya itu hanya makhluk halus yang menyerupai kamu. Lihat sampai sekarang aku masih merinding."

"Bagaimana mau jawab, aku kan masih kerja tadi. Ya sudah, yang penting kamu tidak apa-apa. Tan, anterin aku ambil baju ya. Aku juga ngeri kalau harus sendiri di kamarku."

Berjalan beriringan aku dan Intan turun perlahan menuju kamarku. Mulut ini tidak berhenti membaca doa agar saat berada di kamar nanti tidak ada hal yang menakutkan lagi.

Nasib baik menaungiku dan Intan, semuanya tampak tenang bahkan saat aku memasuki kamarku tidak ada aroma anyir atau hal-hal yang menakutkan. Aku mengambil apa saja yang kuperlukan untuk bekerja esok hari. Kemudian cepat-cepat kembali lagi ke kamar Intan, rasanya aku belum sanggup untuk tidur sendiri di kamar yang mencekam itu.

"Tan, apa sebelumnya kamar yang aku tempati ini pernah ada hal yang aneh seperti ini?"

"Bukan pernah tapi selalu. Makanya pemilik tempat ini selalu memasang iklan di grup-grup luar kota Solo. Menjaring orang-orang yang tidak tau tentang tempat ini."

Aku tertegun mengapa dari awal aku tidak curiga dengan tawaran indekos dengan harga jauh di bawah standar dan fasilitas yang lumayan lengkap ini.

Malam ini meski lelah, aku dan Intan sama-sama tidak bisa memejamkan mata. Masih terbayang jelas kejadian ganjil yang baru Intan alami.

Hampir tengah malam, pintu kamar terdengar diketuk. Aku dan Intan saling pandang, siapa gerangan di luar yang mengetuk pintu selarut ini. Aku dan Intan berpegangan tangan untuk saling menguatkan satu sama lain. Kami harus waspada, siapa tau yang di luar pintu adalah hantu mengerikan itu.

"Tan! Kamu sudah tidur?"

Itu suara Wulan, lega rasanya karena yang di luar adalah sahabatku. Aku hendak membukakan kunci tapi Intan mencegahku. "Kita lihat dulu, jangan-jangan itu hantu. Bukankah tadi siang dia juga menyaru jadi kamu, Han. Baiknya kita intip saja dulu untuk memastikan kalau yang di luar benar-benar Wulan."

Aku menyetujui saran Intan, semua itu untuk berjaga-jaga agar terhindar dari teror hantu tanpa kepala itu. Perlahan aku mengintip seseorang yang ada di luar. Aku perhatikan dengan seksama termasuk kakinya apakah menapak di tanah atau melayang.

"Bagaimana?"

"Sepertinya itu memang Wulan. Cepat kita bukakan pintu." Intan membuka pintu dan dengan cepat menarik tangan Wulan agar masuk ke kamar sebelum Wulan sempat mengucapkan salam. Intan langsung mengunci pintu kamar setelah memastikan tidak ada siapa-siapa lagi di luar.

"Tan, kamu kenapa seperti orang ketakutan begitu? Wajahmu juga pucat." Wulan menatap wajah Intan dengan seksama.

"A-anu, Lan. Ta-tadi...."

"Loh, kamu ada di sini, Han. Kapan naik dan masuk kamarnya? Perasaan pas aku pamit naik, kamu masuk ke kamarmu? Jangan-jangan kamu punya ilmu pindah tempat."

Aku terkejut mendengar pertanyaan Wulan. "Aku sudah dari tadi di sini, Lan."

"Ah, bercanda kamu. Orang barusan kita ngobrol di depan kamarmu. Kamu juga memberiku nasi goreng dua bungkus. Kamu habis beli nasi di warung depan situ, kan?" tanya Wulan sembari menunjukkan sebuah plastik hitam di tangan kirinya. Tentu saja aku menggeleng karena kenyataannya memang sedari pulang kerja aku dan Intan duduk di kamar.

"Terus yang tadi ngobrol sama aku, siapa?" Wulan mengusap tengkuknya, mungkin dia merasakan takut. Ketakutan yang sama dengan yang kurasakan dan Intan rasakan. Pandangan Wulan kini beralih pada Intan.

"Kita senasib, Lan. Tadi setelah Magrib seseorang mengetuk pintu, karena aku sedang mandi, aku menjawab dengan teriak dari dalam. Dia meminta tolong aku untuk membuat mie rebus. Setelah matang, tidak ada siapa-siapa dan saat aku kemar Hanna, rupanya dia masih kerja di pabriknya."

"Sebenarnya saat kamu telepon, jendela kamarku sempat terbuka dan wanita dengan wajah hancur itu sempat menampakkan dirinya. Aku diam saja karena tidak mau membuatmu ketakutan."

Akhirnya aku menceritakan kejadian tadi pada Intan dan Wulan. Tentu saja kejadian-kejadian ganjil dan menyeramkan ini membuat kami bertiga histeris. Sampai-sampai beberapa penghuni lain keluar kamar dan mengetuk pintu.

"Ma-maaf, kami baru nonton film horor." Wulan terpaksa berbohong agar tidak ada keributan di indekos kami.

Setelah suasana mulai tenang, mataku tertuju pada plastik hitam yang tadi dibawa Wulan. Katanya ini adalah pemberianku atau tepatnya makhluk yang menyerupai diriku.

"Lan, kita buka yuk. Itu bungkusan isinya apa?" Wulan menyetujui usulku, dia penasaran juga dengan isinya. Sementara Intan menutup matanya, takut kalau isi bungkusan itu sesuatu yany mengerikan.

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

alena

alena

baik jg tuh h*n*u ngasih nasgor 😅

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!