Bagian 4: Teror Hantu Kepala

Mataku mengerjap berharap kejadian ini hanyalah khayalan atau mimpiku saja. Namun, harapanku menipis karena saat aku mencubit pipiku terasa sakit. Artinya dua makhluk mengerikan itu nyata ada di depanku. Kubaca doa yang terlintas di pikiranku. Bukannya hilang, wanita mengerikan yang mencengkeram kakiku berulah dengan menarik kakiku satu lagi sampai membuat aku terjengkang dan jatuh di dasar tangga. Pelipisku berdarah, itu yang kuingat sebelum semuanya kembali gelap.

"Han! Bangun! Katanya kamu mau kerja!" Suara teriakan demi teriakan mulai membuatku terjaga. Aku melihat sekelilingku, aku sudah ada di dalam kamarku lagi. Bagaimana mungkin, bukankah semalam aku jatuh tersungkur di bawah tangga akibat ulah dua makhluk tidak kasat mata itu. Aku meraba pelipisku, tidak ada luka sedikit pun. Apa itu artinya aku hanya mimpi buruk semalam.

"Han!" Teriakan dari luar kamar membuatku sadar kalau aku harus bergegas bersiap.

"I-iya, sebentar!" Aku lalu membuka pintu kamarku. Di luar kudapati Wulan dan Intan berdiri. Entah kenapa dua teman baruku itu langsung memelukku.

"Alhamdulillah, kamu baik-baik saja. Bagaimana semalam apa ada yang mengganggumu?" bisik Wulan. Aku berusaha tersenyum di depan mereka. Ingin rasanya aku menceritakan pengalaman mengerikanku semalam tapi untuk apa, toh semuanya hanya mimpi.

"Aku tidak apa-apa. Oh iya, kalian mau berangkat kerja?" tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain karena sampai saat ini aku masih merasa semalam itu bukan hanya sekedar mimpi.

"Belum. Masih jam setengah enam. Kita mau beli sarapan di depan situ. Kamu mau ikut tidak?" Aku menyetujui ucapan mereka, lagi pula dari semalam tidak ada makanan yang masuk di perutku gara-gara insiden belatung itu. Diselingi canda tawa aku dan kedua temanku berjalan ke depan gang untuk membeli sarapan. Ternyata lokasinya tidak jauh dari pabrik tempat kerjaku nanti. Sepanjang jalan berjejer para pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam makanan. Ada nasi liwet, gudeg, bubur ayam, bahkan ada cabuk rambak makanan khas Solo yang mempunyai rasa manis, gurih, asin, dan pedas dalam satu sajian. Cabuk rambak terdiri dari potongan ketupat dan disiram sambal wijen yang menggugah selera.

"Makan apa, Han?" Aku hanya mengangkat bahu karena bingung saking banyaknya pilihan makanan dan semuanya tampak menggiurkan.

"Aku mau makan soto ayam saja deh. Kalian kalau bingung lihat-lihat saja dulu." Intan berujar sembari berjalan menuju penjual soto yang cukup ramai.

"Aku juga soto deh. Kamu mau makan apa, Han?" Lebih baik aku menyamakan saja sarapanku kali ini karena semua makanan yang dijual sepanjang jalan ini rupanya berhasil membuat aku menelan ludah. Selain itu, aku tidak mau pusing memilih makanan karena aku harus cepat dan segera berangkat kerja.

Seusai menikmati semangkuk soto serta segelas teh hangat. Aku dan Intan juga Wulan berjalan kembali ke kamar untuk bersiap berangkat kerja. "Han, beneran tidak ada yang terjadi semalam? Soalnya yang sudah-sudah, malam pertama mereka di kamar tiga belas itu mencekam." Intan rupanya masih penasaran. Aku menggeleng karena memang semalam itu hanya sebatas mimpi. Aku tidak mau dianggap berlebihan menanggapi mimpi. Bukankah di mana pun kita berada mimpi buruk bisa datang.

"Tidak ada," tegasku.

"Syukurlah kalau begitu. Ya sudah mari kita siap-siap bekerja untuk mencari nafkah." Wulan memeluk bahuku dan Intan dengan susah payah karena di antara kami, dia yang paling pendek.

"Semangat pejuang receh!" Teriakan Intan membuat tawa itu berderai. Aku sedikit bisa melupakan ketakutanku karena keceriaan pagi ini.

Ada rasa takut ketika aku memasuki kamarku kembali. Berbeda dengan kemarin aku sangat senang memasuki kamar ini. Aku hanya bisa berharap kalau tidak ada hal yang mencekam lagi.

Untunglah tidak ada hal yang terjadi sampai aku selesai bersiap. Hanya saja, ketika sedang mandi tadi, ada hawa panas di dalam sana. Mungkin karena kamar ini sempat kosong jadi butuh waktu untuk angin menyejukkannya.

Dengan semangat aku berjalan ke pabrik tempatku akan mengais rejeki. Setibanya di pabrik tekstil dan garmen yang cukup besar itu, aku menemui satpam untuk menanyakan ruangan HRD.

"Mbak pegawai baru, ya?" Aku mengangguk menanggapi pertanyaan satpam berkumis tipis itu. "Ruangan HRD itu di gedung depan ini, Mbak. Lewat pintu itu, langsung naik ke lantai dua, nah pintu sebelah kanan itu ruangannya Pak Rudi HRD. Mbaknya tidak bawa motor?"

"Tidak perlu, Pak. Kan saya tinggalnya hanya di gang belakang pabrik ini."

"Kalau saran saya lebih baik bawa motor, minimal sepeda onthel, Mbak. Soalnya dari gerbang utama ke gedung operasional lumayan jauh." Aku hanya mengangguk-angguk.

Area ini memang terbagi dari beberapa tempat. Ada gedung khusus memintal benang menjadi kain, ada juga gedung yang digunakan untuk mengolah kain menjadi pakaian. Kawasan industri ini tidak hanya dikelola oleh satu perusahaan saja. Ada kurang lebih tiga perusahaan dalam satu area, sudah bisa dibayangkan betapa luasnya tempat ini.

Bangunan ini cukup terbilang tua karena konon bangunan ini merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda yang sudah dibeli oleh warga pribumi dan dikelola sebagai pabrik. Suasana magis tetap tampak meski tempat ini sudah menampung banyak pekerja.

Aku mendengar arahan HRD sebaik mungkin. Setelah menandatangani surat kontrak, dia memintaku ke gedung yang lain untuk memulai pekerjaanku sebagai Quality Control.

"Nanti kamu ketemu sama yang namanya Mbak Ning, agar dijelaskan pekerjaanmu apa saja." Aku menganggukkan kepala setelah mendapat instruksi dari pria berkacamata itu. Dengan semangat aku menyusuri jalan untuk berpindah gedung yang lumayan menguras keringat.

Di gedung yang kutuju, aku segera menemui orang yang akan menjelaskan apa saja pekerjaanku. "Mbak Hanna, nanti kalau ada yang belum paham kamu jangan segan tanya saya. Oh iya, seluruh SOP harus dipahami benar-benar. Karena perusahaan ini sangat ketat soal kualitas barang, jadi saya tidak mau ada yang luput dari pekerjaanmu. Oh iya satu lagi, setiap kesalahan akan ada konsekuensinya meski kesalahan yang dianggap sepele tidak akan ditolerir di sini."

Aku hanya mengangguk. Rasanya sangat berbeda jauh, bekerja di perusahaan sebesar ini sangat berbeda saat aku bekerja di konveksi rumahan yang ada di Ungaran. Meski lelah, hari ini aku cukup bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan baik.

"Tingkatkan lagi kinerjamu, Han. Hari ini kamu sudah baik." Bu Ning tersenyum sembari menepuk bahuku sesaat sebelum pulang.

Aku berjalan menuju indekos bersama beberapa teman. Beruntung karena di hari pertama aku sudah menemukan teman yang tinggal juga tidak jauh dari tempat tinggalku. Rata-rata mereka tinggal di beberapa indekos yang ada di sekitar pabrik. Memang sudah lama kampung sekitar mengalihfungsikan rumah mereka menjadi indekos.

Perbincangan menarik dan diselingi canda nyatanya membuatku tidak sadar bahwa saatnya harus berpisah dengan teman-teman baruku. "Mampir tidak?"

"Mbak Hanna tinggal di indekos ini?" tanya seorang gadis yang terkejut saat aku memasuki gerbang.

"Iya. Ada apa memangnya?"

"Mbak tidak takut? Karena menurut cerita orang-orang indekos ini berhantu. Bisa dilihat dari dindingnya yang tampak tidak terawat. Kata orang sekitar sini, tempat ini sering kali dicat ulang oleh pemiliknya tapi warna cat hanya bertahan sebulan saja setelah itu perlahan kembali dalam keadaan kusam seperti ini." Dahiku mengerut saat mendengar cerita dari Indah. Benarkah tempat ini seseram itu tapi mengingat kejadian semalam rasanya mungkin benar, tempat ini tidak beres.

"Masa sih, semoga saja itu hanya rumor. Soalnya aku juga baru sehari tinggal di sini."

"Menurut orang-orang sih begitu Mbak. Apalagi kamar nomor tiga belas, kata orang-orang itu pusatnya para penunggu gedung ini."

Mulutku ternganga mendengar ucapan Indah yang terlihat lancar dan tidak ada kebohongan yang tertangkap dari ucapannya.

"Ka-kamar tiga belas? I-itu kamarku. Kamu tidak bercanda, kan?"

"Astagfirullah, Mbak Hanna lebih baik pindah saja. Karena kamar itu ...."

"Ada apa dengan kamar itu?"

"Konon katanya dulu ada pembunuhan mengerikan di situ. Ada seorang wanita yamg ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Kepalanya ditebas dan digantung di atas kipas angin, sementara badannya yang penuh luka dan dalam kondisi tanpa busana tergeletak begitu saja."

Seketika kepalaku pusing mendengar cerita dari Indah.

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

kok ga sholat subuh si hana, sebelum tidur mbok ya ambil wudhu lu terus baca surat" pendek biar ga kena gangguan soalnya sy sering kaya begitu kadang tidur bs berubah posisi dengan rapi tangan sedekap di dada kaya orang meninggal

2023-06-26

0

YT FiksiChannel

YT FiksiChannel

tolong!!!!!

2023-01-20

2

naura

naura

kyk crita nyata lhoo 🤐🤐

2023-01-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!