Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai

Bagaimana aku tidak pusing, semua cerita tentang wanita yang terbunuh di kamarku itu sangat mirip dengan hantu yang hadir di mimpiku semalam. Mayat yang ditemukan lebih dari dua puluh tahun lalu dalam kondisi mengerikan persis seperti yang kemarin aku lihat.

"Lalu apakah kasus itu sudah selesai sekarang? Pembunuh wanita itu sudah tertangkap bukan?" Indah menggeleng sembari memasang wajah murung.

"Kasus itu ditutup karena polisi tidak menemukan titik terang pada kasus ini. Pelaku kejahatan yang masih berkeliaran bebas dipercaya sebagai alasan kenapa wanita itu sering menebar teror di indekos ini."

"Bagaimana bisa tidak terungkap? Apakah wanita itu tidak meninggalkan identitas atau pun petunjuk lain?"

"Entahlah, Mbak. Hanya Tuhan yang tau sebenarnya siapa wanita itu dan siapa pula pembunuhnya. Mbak, Indah duluan ya. Saran saya, Mbak Hanna harus segera pindah dari sini karena tempat ini juga sudah memakan korban. Rata-rata penghuni di kamar tiga belas." Gadis itu berjalan menjauhiku setelah melempar senyum tipis, meninggalkanku yang tengah ketakutan karena ceritanya. Jantungku rasanya berdegup lebih kencang karena ciri-ciri wanita yang diceritakan Indah begitu mirip. Mungkin itu semua hanya kebetulan, aku berusaha menenangkan diri dengan berulang kali beristigfar serta mengatur napasku.

Aku memasuki kamarku yang berulang kali kudengar ada cerita seram di balik indahnya kamar ini. Aku merebahkan diri tanpa mengganti pakaianku terlebih dulu karena badanku rasanya sangat lelah terlebih kakiku yang dipaksa menopang tubuhku seharian karena pekerjaanku yang menuntut aku harus terus berjalan kian ke mari. Dari satu line ke line yang lain untuk memeriksa pekerjaan para operator mesin.

Rasanya baru sebentar mataku terpejam, aku terbangun ketika azan Magrib mulai berkumandang, aku bergegas menyambar handuk untuk mandi dan membersihkan seluruh badanku yang tadi penuh dengan keringat. Keran air aku nyalakan karena petang ini aku ingin keramas. Saat bunyi air mengucur dengan kencang, indera pendengaranku mendengar suara yang lain berasal dari luar, seperti ada yang tengah berbincang. Namun, saat aku mematikan keran, suara itu ikut hilang. Aku menghidupkan keran, suara riuh itu kembali terdengar setelah aku matikan, suara itu pun menghilang lagi. Kali ini sengaja aku hidupkan lagi, karena aku ingin tau ada apa di luar meski aku pun dilanda ketakutan tapi rasa penasaranku juga membuncah. Perlahan aku membuka pintu kamar mandi tapi tidak ada siapa pun di kamar, bahkan di luar kamar aku tidak melihat ada bayangan orang. Suara yang tadinya riuh rendah juga kembali sunyi.

Entahlah mungkin tadi aku hanya salah dengar. Aku melanjutkan mandiku saja. Aku sudah terbiasa saat membasuh rambut itu dengan posisi menunduk dan membiarkan rambut tergerai di depan hingga menutupi wajahku, menurutku lebih mudah mencuci rambut serta lebih bersih. Aku juga masih menggunakan piyama mandi.

Mataku terbelalak karena saat aku menunduk ada kaki lain di belakangku. Kaki itu sangat kotor penuh lumpur serta kukunya panjang dan hitam.

Segera aku membalikkan badan untuk melihat siapa yang ada di belakangku. Kosong tidak ada siapa pun yang ada di sana. Meski takut tetap aku melanjutkan membasuh rambutku. Setelah rambutku penuh dengan busa, sudah saatnya membilas. Tanganku mencari-cari gayung yang tadi kuletakkan di dalam bak mandi. Ketemu, tanganku sudah meraih benda yang kukira gayung itu. Namun, kenapa tidak ada gagang gayung yang ada adalah sesuatu yang menjuntai seperti rambut. Tunggu rambut? Sejak kapan gayung punya rambut.

Aku menyibakkan rambutku ke arah samping agar aku bisa melihat benda yang kupegang. Perlahan aku membuka mataku agar tidak ada busa sampo yang mengenai mataku.

"Astagfirullah!" Spontan aku melempar ke sembarang arah saat mataku saling berpapasan dengan benda yang tadi kugenggam itu.

Benda yang kukira gayung itu ternyata potongan kepala yang sama dengan kepala yang kulihat dalam mimpiku semalam. Wajahnya hancur, kedua bola matanya keluar serta banyak belatung yang menggigitnya.

Tawa dari kepala itu membuatku ketakutan. Aku ingin lari tunggang-langgang, hanya saja kakiku seperti dipaku sangat berat. Kepala yang tadinya mengambang di dalam air kini melompat di pinggir bak.

"Tolong aku! Tolong aku!" Dia merintih kemudian tertawa melengking memekakkan telinga.

"Tidak! Aku tidak bisa menolongmu. Selain aku tidak tau caranya, dunia kita juga sudah berbeda. Lebih baik kita tidak saling mengganggu."

Wajah yang hampir seluruh kulitnya terkelupas itu memperlihatkan mimik wajah yang berbeda. Jika tadi ia tertawa dan murung secara bergantian, kini berubah menjadi marah. Secara mengejutkan kepala itu terbang dan hinggap di bahu kiriku.

"Jika kamu tidak mau membantuku maka di mana pun kamu berada aku akan menghantuimu sampai kau menerima akibat dari kemarahanku." Wanita terus tertawa yang mengerikan. Keringatku berjatuhan akibat ulah hantu itu.

"Ingat, Hanna! Aku akan menghantuimu sampai tugasmu selesai!" Kepala itu hilang begitu saja setelah berucap. Kakiku yang semula kaku dan tak bisa bergerak, kini sudah normal. Aku menyambar handuk dan baju gantiku dan segera berlari keluar kamar. Kali ini aku harus meminta pertolongan.

Segera aku menaiki tangga dengan rambut masih penuh busa sampo. Saking takut dan terburu-buru aku menabrak Ibu Wati yang tengah berjalan menuruni tangga.

"Mbak Hanna ada apa kok lari-larian seperti ini? Seperti habis lihat hantu saja." Candaan Bu Wati tidak aku tanggapi. Aku terus melangkah pergi ke lantai tiga setelah meminta maaf padanya.

"Tan! Wulan! Bukain pintu dong!" Aku menggedor pintu kamar kedua temanku ini. Intan yang membukakan pintu untukku hampir tertawa melihatku yang hanya mengenakan piyama mandi juga rambut yang penuh busa sampo.

"Tolong aku! Di kamarku ada hantu menyeramkan!" Mendengar ucapanku wajah Intan yang tadinya tertawa lebar seketika berubah. Dahinya mengerut, segera ditariknya aku untuk masuk ke kamar dan bergegas mengunci kamarnya.

"Ba-bagaimana ceritanya?" tanya Intan dengan wajah yang serius. Aku hendak menceritakan yang baru saja terjadi di kamarku padanya tepat saat Wulan keluar dari kamar mandi. Wanita itu kebingungan dengan kedatanganku yang dalam kondisi aneh itu.

"Ada apa? Kenapa Hanna seperti itu? Wajahnya juga pucat seperti tengah ketakutan."

"Hanna habis lihat hantu yang ada di kamarnya. Coba, Han. Kamu lanjutin ceritamu." Bibirku hendak terbuka saat Wulan memintaku melanjutkan ritual mandiku dulu. Karena busa masih memenuhi rambut panjangku.

"Sudah, kamu selesaikan mandimu dulu saja. Tenang kamu aman, di kamar ini ada kami yang akan menjagamu."

Aku tersenyum tipis, memang lebih baik aku menyelesaikan ritual mandiku yang belum tuntas agar aku tidak sakit karena kedinginan. Setelah keluar dari kamar mandi, Intan menyuguhkan aku segelas teh panas yang masih mengepulkan uapnya.

"Kamu pakai bajuku dulu, Han. Memang tidak bagus tapi setidaknya kamu tidak pakai piyama mandi seperti ini." Intan menyodorkan aku sebuah baju baby doll berwarna ungu dan juga pakaian dalam. "Dalaman ini masih baru kok, Han."

"Terima kasih, ya." Aku kembali masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Han, sebenarnya apa yang terjadi sampai kamu seperti ini?" Wulan segera bertanya sembari menggosok tanganku yang sempat merasa kedinginan. Aku menceritakan semua teror yang terjadi semenjak aku tinggal di kamar itu.

"Aku takut banget kalau harus tinggal di sana tapi untuk pindah ke tempat lain aku tidak punya simpanan lain." Wulan memelukku erat.

"Sudah, malam ini kamu tidur dulu di sini saja bareng kita."

"Tapi..."

"Sudah jangan pakai acara tapi-tapi. Kamu tidur sama kita di sini. Aku dan Intan itu kuatir sama kamu kalau tetap bertahan di kamar itu."

Aku bersyukur meski baru sehari mengenal dua wanita hebat ini, keduanya sangat baik padaku. Mereka rela berbagi kasur untukku.

"Sudah kita tidur saja, Han. Baju kamu besok pagi aja diambilnya nanti kami temani." Wulan menepuk bantalnya sembari tersenyum ke arahku. Malam semakin larut tapi mataku masih enggan tertutup karena terbayang wajah-wajah hantu yang menyeramkan itu. Aku melirik Wulan dan Intan yang sudah tertidur pulas. Sepertinya aku harus mengikuti jejak mereka tidur dalam pelukan mimpi indah.

Namun, baru sekejap mata ini terpejam, tiba-tiba pintu kamar yang tadinya terkunci rapat, sekarang terbuka lebar. Bau anyir menyeruak menusuk hidung. Aku berusaha mengintip dengan membuka sedikit mataku. Alangkah terkejutnya aku, dia ada di sini.

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

nath_e

nath_e

sepertinya Hanna harus selesaikan misi dari si hantu 🙄

2023-01-20

2

YT FiksiChannel

YT FiksiChannel

keras kepala anjir🥺

2023-01-20

2

YT FiksiChannel

YT FiksiChannel

Makanya kalau mau tidur itu menghayal dulu, misalnya menghayal bahwa kamu membunuh hantu, supaya gak takut

2023-01-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!