Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera

Aku semakin kebingungan dengan sikap dua teman baruku yang terlihat saling menyalahkan itu.

"Hantu apa?"

"Mmm, gini, Han. Jadi selama setahun kami di sini banyak sekali kabar burung tentang hantu yang menempati kamar nomor tiga belas. Banyak orang yang tergiur menempati kamar itu karena pemilik indekos menawarkan dengan harga sangat murah tapi penghuni kamar itu hanya sanggup bertahan tidak lebih dari tiga malam saja." Wulan bercerita sembari memainkan ujung bajunya.

"Pemilik tempat ini juga berlaku curang, jika di kamarmu dia menarik uang sekali setahun padahal di kamar lain, kami bayarnya per bulan." Intan melanjutkan cerita Wulan yang baru sepotong.

Aku menghela napas panjang untuk menetralkan jantungku yang berdegup kencang karena cerita yang baru saja aku dengar.

"Dulunya kata warga sekitar sini, ada seorang gadis yang mayatnya ditemukan dalam kondisi mengerikan di kamar yang kamu tempati itu. Tapi orang-orang itu enggan menceritakan detailnya karena masih terbayang mungkin."

"Sudah jangan bahas itu lagi. Kali ini kita berharap saja hantu itu tidak akan menggangu Hanna dan dia sudah pindah dari kamar itu. Eh, aku tadi di pabrik download drama korea. Kata teman satu mesinku bagus." Intan berusaha mengalihkan pembicaraan kami ke hal lain. Tangan gadis berambut sebahu itu meraih ponselnya yang tadinya diletakkan begitu saja di atas meja kecil.

"Han, kamu mau kerja di mana sih terus dari mana tau tentang indekos ini?" tanya Wulan saat Intan sibuk mencari drama korea yang ada di ponselnya.

"Di garmen depan gang itu. Kebetulan aku lihat iklan lowongan pekerjaan di sosial media jadi aku melamar lewat online. Saat aku dapat kabar diterima, buru-buru aku mencari informasi mengenai indekos yang dekat dan murah. Kebetulan banget, ada yang pasang iklan soal kamar kosong dengan harga yang relatif murah. Ya sudah aku hubungi dan setelah bicara aku ambil deh. Aku tidak tau ada cerita seram di balik tempat ini."

Selama drama korea tayang, aku tidak terlalu menikmati alur ceritanya, pikiranku terganggu dengan cerita sadis yang pernah terjadi di kamar yang baru aku tempati beberapa jam lalu. "Tan, lalu sebenarnya siapa wanita itu?"

Intan yang tengah fokus pada drama korea sepertinya tidak mendengar pertanyaanku. Dia dan Wulan tampak larut dapam cerita yang diperankan oleh Song Hye Kyo itu. Sementara aku sama sekali tidak bisa fokus, memilih memainkan ponselku. Azan Magrib berkumandang membuat kami bertiga berhenti dari kegiatan masing-masing.

"Aku turun dulu ya. Mau salat sekalian menyiapkan keperluanku besok," pamitku pada dua temanku.

"Hati-hati, Han. Kalau kamu takut di kamar langsung naik saja. Tidur sama kita di sini." Intan menatap wajahku dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Terima kasih. Semoga nanti di kamarku tidak terjadi apa-apa." Aku bergegas meninggalkan kamar mereka. Beberapa kamar yang ada di lantai tiga sudah menyala lampunya sebagai pertanda para penghuninya sudah kembali. Besok saja aku akan berkenalan dengan yang lain.

Turun ke lantai dua, hanya ada tiga kamar yang lampunya menyala. Aku juga berpapasan dengan Mbak Wati yang hendak ke kamar, kebetulan lantai dua ini khusus untuk kamar yang kamar mandinya di luar.

"Mbak," sapaku ramah. Wanita paruh baya itu tersenyum kemudian segera masuk ke kamar. Berjalan menuju diiringi suara azan yang berkumandang membuatku tenang. Tepat aku ada akan turun, suara azan berhenti.

Tiba-tiba saja aroma wangi bunga begitu menyengat hidung. Mataku terus menatap seorang wanita menggunakan gaun seperti gamis putih yang telah kusam perlahan naik ke atas tangga. Wajahnya menunduk tertutup oleh rambut panjangnya yang terjuntai. Ada sedikit merasa takut saat menatap sosoknya. Pikiran burukku segera aku tepis, aku berpikir paling dia adalah salah satu penghuni indekos ini.

Aku dan perempuan itu berada di anak tangga yang sama saat aku berusaha menyapanya.

"Mbak, baru pulang kerja? Perkenalkan nama saya Hanna. Saya..." Wanita itu terus berlalu tanpa memedulikan tanganku yang terulur. Aku memilih segera mempercepat langkahku turun, selain karena malu tapi ada kengerian sampai bulu kudukku berdiri saat berdekatan dengan wanita itu. Belum sampai aku di anak tangga terakhir, aku menoleh ke belakang tapi wanita itu sudah tidak ada. Cepat sekali dia menghilang.

Aku membuka kunci kamarku, begitu pintu terbuka bau anyir menyeruak dari dalam hampir membuat aku mengeluarkan isi perutku. Seketika aku ingat dengan pewangi ruangan yang ada di jendela kamarku. Sebelum pamit tadi, Mbak Wati berpesan jika ada bau tidak sedap semprot dengan pewangi karena pewangi ruangan ini adalah bonus bagi setiap penghuni baru. Aku menyemprotkan ke segala arah meski bau anyir tidak hilang sepenuhnya, tapi setidaknya wangi lavender cukup menyamarkan bau busuk yang entah dari mana itu.

Dengan sedikit menahan napas, aku menjalankan kewajibanku. Sama seperti saat salat Asar, ruangan ini berubah menjadi panas dan gerah. Padahal di luar angin tengah bertiup kencang.

"Berhenti!" Mataku terbelalak ketika tiba-tiba saja terdengar sebuah bisikan dengan suara serak, begitu dekat di sebelah kiriku saat aku tengah bersujud. Meski bulu kuduk berdiri karena rasanya seseorang tengah meniupiku, tidak boleh aku biarkan itu mengusik ibadahku. Dalam hati, aku terus berdoa semoga bisa melalui saat mendebarkan ini tanpa meninggalkan kewajiban yang tengah aku jalankan. Sebisa mungkin aku melawan rasa takutku.

Usai salat, suasana kamar ini kembali seperti sedia kala. Tenang dan tidak panas. Aku meraih ponselku untuk menghubungi keluargaku satu-satunya, yaitu bapak. Pasti beliau mencemaskanku karena setibanya di kota ini, aku tidak memberi kabar. Aku mencari kontak yang aku beri nama, 'Bapak RT O3'. Setelah cukup lama aku menunggu, akhirnya panggilanku diterima. Bukannya menanyakan kabar putrinya, bapakku justru marah karena aku menghubunginya bukan di saat yang tepat.

"Heh, apa kamu itu sudah lupa sama didikan bapa dan ibumu? Selepas magrib baca Qur'an. Jangan main handphone terus" Wajahnya yang berhias kumis tampak memasang wajah angker. Begitulah bapakku selalu keras dalam bidan pendidikan terlebih soal agama, tidak ada kata nanti dan toleransi.

"Hanna sudah salat, Pak. Sudah mengaji juga. I-ini mau memberi kabar kalau Hanna sudah sampai di sini dengan selamat."

"Alhamdulillah," ucap bapak sembari membetulkan pecinya yang miring tadi.

"Bapak sudah makan?" Pria paruh baya itu tampak mengusap kelopak matanya meski hanya melalui sambungan video call, aku bisa melihat air mata yang sedari tadi ditahannya agar tidak mengalir. "Bapak cengeng. Belum ada sehari ditinggal Hanna keluar kota sudah menangis," ejekku padanya tidak dijawab, bapak justru tampak sesenggukan sembari menatapku. Tentu saja hal ini juga membuatku berderai air mata. Apalagi ini kali pertama aku jauh dari beliau selain. Selain itu, ibu baru saja berpulang beberapa bulan lalu.

"Ini ada apa, ya? Bapak malah menangis terus kaya anak kecil." Suara seorang perempuan yang sangat aku kenal terdengar dari seberang. Bapak menyerahkan ponselnya ke wanita itu tampak dari perubahan gambar yang aku lihat.

"Oalah, Han. Bagaimana kamu sudah sampai di tempat barumu?"

"Sudah, Mbak. Alhamdulillah. Besok pagi Hanna sudah mulai training di pabrik. Minta doanya ya, Mbak."

"Selalu, Nduk. Doa bapak dan mbakmu selalu ada untukmu. Oh iya, Masmu juga mendukungmu."

"Terima kasih ya, Mbak. Sudah mau berkorban menjaga bapak sementara aku di sini. Nanti kalau sudah mapan, Hanna mau ajak bapak tinggal di sini."

Kakak perempuanku satu-satunya itu hanya tersenyum mendengar impianku yang saat ini terlihat masih sangat jauh. "Kalau bapak mau meninggalkan rumah ini sudah dari dulu aku boyong ke Jakarta, Nduk. Tau sendiri bapak setiap diajak ke Jakarta pasti sebelum berangkat selalu sakit."

"Mungkin karena di rumah itu tersimpan banyak kenangan ibu, Mbak." Kakakku mengangguk.

"Kamu di sana sudah punya teman kan, Han?"

"Iya, Mbak. Dua orang tapi kamarnya di atas. Kalau yang satu lantai sama aku belum ada, Mbak."

"Lah itu yang di sampingmu itu siapa? Temanmu yang dari lantai atas?"

"Te-teman? Teman yang mana, dari tadi Hanna sendirian, Mbak."

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

serem amat ya 😖😖 takut aq smp nyalain lampu padahal siang bolong

2023-06-23

0

nath_e

nath_e

astagaa 😱😱merinding eeeuuuy...misi, numpang baca yaa😁

2023-01-20

3

Andini Andana

Andini Andana

demitnya pen ikutan vc an 🙊

2023-01-20

6

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!