Aku semakin kebingungan dengan sikap dua teman baruku yang terlihat saling menyalahkan itu.
"Hantu apa?"
"Mmm, gini, Han. Jadi selama setahun kami di sini banyak sekali kabar burung tentang hantu yang menempati kamar nomor tiga belas. Banyak orang yang tergiur menempati kamar itu karena pemilik indekos menawarkan dengan harga sangat murah tapi penghuni kamar itu hanya sanggup bertahan tidak lebih dari tiga malam saja." Wulan bercerita sembari memainkan ujung bajunya.
"Pemilik tempat ini juga berlaku curang, jika di kamarmu dia menarik uang sekali setahun padahal di kamar lain, kami bayarnya per bulan." Intan melanjutkan cerita Wulan yang baru sepotong.
Aku menghela napas panjang untuk menetralkan jantungku yang berdegup kencang karena cerita yang baru saja aku dengar.
"Dulunya kata warga sekitar sini, ada seorang gadis yang mayatnya ditemukan dalam kondisi mengerikan di kamar yang kamu tempati itu. Tapi orang-orang itu enggan menceritakan detailnya karena masih terbayang mungkin."
"Sudah jangan bahas itu lagi. Kali ini kita berharap saja hantu itu tidak akan menggangu Hanna dan dia sudah pindah dari kamar itu. Eh, aku tadi di pabrik download drama korea. Kata teman satu mesinku bagus." Intan berusaha mengalihkan pembicaraan kami ke hal lain. Tangan gadis berambut sebahu itu meraih ponselnya yang tadinya diletakkan begitu saja di atas meja kecil.
"Han, kamu mau kerja di mana sih terus dari mana tau tentang indekos ini?" tanya Wulan saat Intan sibuk mencari drama korea yang ada di ponselnya.
"Di garmen depan gang itu. Kebetulan aku lihat iklan lowongan pekerjaan di sosial media jadi aku melamar lewat online. Saat aku dapat kabar diterima, buru-buru aku mencari informasi mengenai indekos yang dekat dan murah. Kebetulan banget, ada yang pasang iklan soal kamar kosong dengan harga yang relatif murah. Ya sudah aku hubungi dan setelah bicara aku ambil deh. Aku tidak tau ada cerita seram di balik tempat ini."
Selama drama korea tayang, aku tidak terlalu menikmati alur ceritanya, pikiranku terganggu dengan cerita sadis yang pernah terjadi di kamar yang baru aku tempati beberapa jam lalu. "Tan, lalu sebenarnya siapa wanita itu?"
Intan yang tengah fokus pada drama korea sepertinya tidak mendengar pertanyaanku. Dia dan Wulan tampak larut dapam cerita yang diperankan oleh Song Hye Kyo itu. Sementara aku sama sekali tidak bisa fokus, memilih memainkan ponselku. Azan Magrib berkumandang membuat kami bertiga berhenti dari kegiatan masing-masing.
"Aku turun dulu ya. Mau salat sekalian menyiapkan keperluanku besok," pamitku pada dua temanku.
"Hati-hati, Han. Kalau kamu takut di kamar langsung naik saja. Tidur sama kita di sini." Intan menatap wajahku dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Terima kasih. Semoga nanti di kamarku tidak terjadi apa-apa." Aku bergegas meninggalkan kamar mereka. Beberapa kamar yang ada di lantai tiga sudah menyala lampunya sebagai pertanda para penghuninya sudah kembali. Besok saja aku akan berkenalan dengan yang lain.
Turun ke lantai dua, hanya ada tiga kamar yang lampunya menyala. Aku juga berpapasan dengan Mbak Wati yang hendak ke kamar, kebetulan lantai dua ini khusus untuk kamar yang kamar mandinya di luar.
"Mbak," sapaku ramah. Wanita paruh baya itu tersenyum kemudian segera masuk ke kamar. Berjalan menuju diiringi suara azan yang berkumandang membuatku tenang. Tepat aku ada akan turun, suara azan berhenti.
Tiba-tiba saja aroma wangi bunga begitu menyengat hidung. Mataku terus menatap seorang wanita menggunakan gaun seperti gamis putih yang telah kusam perlahan naik ke atas tangga. Wajahnya menunduk tertutup oleh rambut panjangnya yang terjuntai. Ada sedikit merasa takut saat menatap sosoknya. Pikiran burukku segera aku tepis, aku berpikir paling dia adalah salah satu penghuni indekos ini.
Aku dan perempuan itu berada di anak tangga yang sama saat aku berusaha menyapanya.
"Mbak, baru pulang kerja? Perkenalkan nama saya Hanna. Saya..." Wanita itu terus berlalu tanpa memedulikan tanganku yang terulur. Aku memilih segera mempercepat langkahku turun, selain karena malu tapi ada kengerian sampai bulu kudukku berdiri saat berdekatan dengan wanita itu. Belum sampai aku di anak tangga terakhir, aku menoleh ke belakang tapi wanita itu sudah tidak ada. Cepat sekali dia menghilang.
Aku membuka kunci kamarku, begitu pintu terbuka bau anyir menyeruak dari dalam hampir membuat aku mengeluarkan isi perutku. Seketika aku ingat dengan pewangi ruangan yang ada di jendela kamarku. Sebelum pamit tadi, Mbak Wati berpesan jika ada bau tidak sedap semprot dengan pewangi karena pewangi ruangan ini adalah bonus bagi setiap penghuni baru. Aku menyemprotkan ke segala arah meski bau anyir tidak hilang sepenuhnya, tapi setidaknya wangi lavender cukup menyamarkan bau busuk yang entah dari mana itu.
Dengan sedikit menahan napas, aku menjalankan kewajibanku. Sama seperti saat salat Asar, ruangan ini berubah menjadi panas dan gerah. Padahal di luar angin tengah bertiup kencang.
"Berhenti!" Mataku terbelalak ketika tiba-tiba saja terdengar sebuah bisikan dengan suara serak, begitu dekat di sebelah kiriku saat aku tengah bersujud. Meski bulu kuduk berdiri karena rasanya seseorang tengah meniupiku, tidak boleh aku biarkan itu mengusik ibadahku. Dalam hati, aku terus berdoa semoga bisa melalui saat mendebarkan ini tanpa meninggalkan kewajiban yang tengah aku jalankan. Sebisa mungkin aku melawan rasa takutku.
Usai salat, suasana kamar ini kembali seperti sedia kala. Tenang dan tidak panas. Aku meraih ponselku untuk menghubungi keluargaku satu-satunya, yaitu bapak. Pasti beliau mencemaskanku karena setibanya di kota ini, aku tidak memberi kabar. Aku mencari kontak yang aku beri nama, 'Bapak RT O3'. Setelah cukup lama aku menunggu, akhirnya panggilanku diterima. Bukannya menanyakan kabar putrinya, bapakku justru marah karena aku menghubunginya bukan di saat yang tepat.
"Heh, apa kamu itu sudah lupa sama didikan bapa dan ibumu? Selepas magrib baca Qur'an. Jangan main handphone terus" Wajahnya yang berhias kumis tampak memasang wajah angker. Begitulah bapakku selalu keras dalam bidan pendidikan terlebih soal agama, tidak ada kata nanti dan toleransi.
"Hanna sudah salat, Pak. Sudah mengaji juga. I-ini mau memberi kabar kalau Hanna sudah sampai di sini dengan selamat."
"Alhamdulillah," ucap bapak sembari membetulkan pecinya yang miring tadi.
"Bapak sudah makan?" Pria paruh baya itu tampak mengusap kelopak matanya meski hanya melalui sambungan video call, aku bisa melihat air mata yang sedari tadi ditahannya agar tidak mengalir. "Bapak cengeng. Belum ada sehari ditinggal Hanna keluar kota sudah menangis," ejekku padanya tidak dijawab, bapak justru tampak sesenggukan sembari menatapku. Tentu saja hal ini juga membuatku berderai air mata. Apalagi ini kali pertama aku jauh dari beliau selain. Selain itu, ibu baru saja berpulang beberapa bulan lalu.
"Ini ada apa, ya? Bapak malah menangis terus kaya anak kecil." Suara seorang perempuan yang sangat aku kenal terdengar dari seberang. Bapak menyerahkan ponselnya ke wanita itu tampak dari perubahan gambar yang aku lihat.
"Oalah, Han. Bagaimana kamu sudah sampai di tempat barumu?"
"Sudah, Mbak. Alhamdulillah. Besok pagi Hanna sudah mulai training di pabrik. Minta doanya ya, Mbak."
"Selalu, Nduk. Doa bapak dan mbakmu selalu ada untukmu. Oh iya, Masmu juga mendukungmu."
"Terima kasih ya, Mbak. Sudah mau berkorban menjaga bapak sementara aku di sini. Nanti kalau sudah mapan, Hanna mau ajak bapak tinggal di sini."
Kakak perempuanku satu-satunya itu hanya tersenyum mendengar impianku yang saat ini terlihat masih sangat jauh. "Kalau bapak mau meninggalkan rumah ini sudah dari dulu aku boyong ke Jakarta, Nduk. Tau sendiri bapak setiap diajak ke Jakarta pasti sebelum berangkat selalu sakit."
"Mungkin karena di rumah itu tersimpan banyak kenangan ibu, Mbak." Kakakku mengangguk.
"Kamu di sana sudah punya teman kan, Han?"
"Iya, Mbak. Dua orang tapi kamarnya di atas. Kalau yang satu lantai sama aku belum ada, Mbak."
"Lah itu yang di sampingmu itu siapa? Temanmu yang dari lantai atas?"
"Te-teman? Teman yang mana, dari tadi Hanna sendirian, Mbak."
...----------------...
...--bersambung--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Yuli Eka Puji R
serem amat ya 😖😖 takut aq smp nyalain lampu padahal siang bolong
2023-06-23
0
nath_e
astagaa 😱😱merinding eeeuuuy...misi, numpang baca yaa😁
2023-01-20
3
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
demitnya pen ikutan vc an 🙊
2023-01-20
6