Bagian 20: Cuekin Hantunya

Lagi dan lagi aku telah tertipu oleh makhluk tak kasat mata, yang menyerupai Indah dan berusaha menjebakku dalam tipu muslihatnya. Jangan-jangan Indah yang tadi disiksa di lantai dua pun hanya tipuan bangsa mereka saja. Dengan mengumpulkan keberanian yang masih tersisa, aku berlari sejauh yang aku mampu meski wanita tanpa rupa itu terus menangis dan meminta tolong. Aku tidak akan terjebak lagi, aku berusaha tidak mempedulikan keberadaannya. Dalam pikiranku hanyalah agar secepatnya bisa keluar dari gedung mengerikan ini.

Aku melangkah dengan secepat yang aku bisa menuju pintu besi. Senyumku tipis ketika aku melihat pintu berkarat itu ada di depanku. Namun saat kubuka, bukan jalan keluar tapi ruangan yang berisi mesin. Aku mencari lagi meski diiringi suara tangisan dan rintihan wanita itu tapi lagi-lagi aku tidak menemukan jalan keluar. Aku hampir putus asa karena rasa takut mulai merajai.

"Bodoh! Kenapa tidak menurutiku tadi!" bisikan seseorang membuatku terkejut. Belum sempat aku menoleh, tanganku digenggam erat kemudian diseret entah kemana. Samar dalam kegelapan aku mulai mengenali sosok di depanku ini. Senyumku mengambang karena dia berhasil menggapai pintu yang sebenarnya dan berhasil keluar dengan selamat.

Dalam keremangan malam, aku terduduk di parkiran kantor. Dia yang berhasil membawaku keluar dari gedung itu, menyodorkan sebotol air mineral yang isinya masih setengah. Dengan ragu aku meraihnya.

"Minum saja. Itu air biasa bukan air racun, jadi tidak perlu takut." Perlahan aku meminumnya agar sedikit mengurangi debaran jantungku yang masih berdegup kencang.

"Te-terima kasih, Mbak," ujarku lirih.

"Bodoh sekali kamu. Sudah aku bilang jangan mendekati gedung itu. Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu sih?"

"Tapi, Mbak. Tadi aku lihat Indah, temanku masuk ke situ."

"Itu hanya jelmaan temanmu saja. Kau ini jadi orang jangan gampang dibodohi. Sudah, ayo kita kembali ke gedung produksi. Itu kerjaan sudah menunggu dan temanmu pasti kuatir karena kamu malah keluyuran."

Aku diam saja tidak menyahut karena sadar ini juga kesalahanku yang terlalu polos. Dengan gontai aku mengikuti langkah Mbak Juniyati. Di gedung, aku disambut dengan pelukan oleh Indah juga beberapa teman yang lain.

"Kamu kemana sih, Mbak? Perasaan pas aku mau tidur, kamu sudah tidur duluan. Tapi begitu aku mau bangunin kamu, sudah tidak ada di sampingku. Indah pikir Mbak Hanna sedang ada di kamar mandi. Pas Indah susul, Mbak Hanna enggak ada. Tentu saja aku panik, apalagi pas dicari ke ruang produksi juga kosong tidak ada siapa-siapa."

"Ta-tadi, aku masuk ke gedung spinning," bisikku lirih ke telinga Indah. Tidak mungkin aku menceritakan pada semua orang kalau aku telah melanggar pantangan.

"Astagfirullah! Mbak, ngapain masuk ke gedung yang gelap itu?"

"Itu dia yang tidak aku mengerti. Seingatku gedung itu sangat terang juga ramai orang yang ada di sana. Bahkan di lantai dua banyak orang berpakaian bagus seperti tengah ada pesta..."

Indah menepuk dahinya mendengar ceritaku. "Aduh, Mbak. Mana ada orang pesta jam tiga pagi seperti ini. Lagi pula kalau pun ada Mbak Hanna ngapain ke sana? Mau ikut pesta juga?"

"Enggak kaya gitu juga, Paijem. Aku ke sana karena ada makhluk yang menyerupai dirimu lagi. Seolah menyuruhku mengikutinya. Kamu tadi juga disiksa oleh orang-orang yang ada di lantai dua. Makanya aku nekat masuk, niatnya mau menolongmu. Eh, malah aku hampir terjebak di ruangan yang hanya ada aku dan wanita tanpa rupa itu. Untung saja ada Mbak Juniyati yang datang menolongku."

"Ya sudah, yang penting Mbak Hanna enggak kenapa-kenapa, aku sudah lega sekali." Gadis bertubuh mungil itu memeluk bahuku meski kakinya terus berjinjit.

"Sudah, yang lagi kangen-kangenan nanti saja. Sekarang kerja lagi!" Ucapan bernada tinggi milik Mbak Juniyati membubarkan kerumunan juga pelukan Indah. Kami bersiap melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Aduh, bagaimana aku bisa lupa. Sejak kejadian tadi aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada Mbak Juniyati. Saat pekerjaan mulai lega, aku berjalan mendekati Mbak Juniyati yang tengah memasang label.

"Mbak," panggilku pelan.

"Apa? Ada yang salah sama pekerjaanku?" Aku menggeleng. "Lo, terus ada apa?"

"Mmm. Ha-hanna mau bilang terima kasih, Mbak. Kalau tidak ada Mbak Juni, Hanna tidak tau apa yang terjadi. Mungkin Hanna akan terjebak di gedung menyeramkan itu dengan ditemani para hantu atau mungkin nasib Hanna akan sama dengan gadis yang bilang di kamar kosku."

"Tunggu, baru saja kamu bilang ada gadis yang hilang di kamar kos? Dimana itu? Apa di daerah sini atau daerah jauh?" Aku gelagapan mendengar rentetan pertanyaan tanpa jeda dari Mbak Juni.

"Aku sebenarnya tidak tau pasti, Mbak, tapi kata orang-orang ada gadis yang hilang di kamar kos yang aku tempati sekarang."

"Tunggu, jangan-jangan kamu penghuni kamar nomor tiga belas di indekos yang warnanya hijau, letaknya di belakang pabrik ini?"

"Iya, Mbak. Ternyata keangkeran indekosku itu sudah terkenal dan menyebar dimana-mana ya. Sudah menjadi buah bibir dan bukan lagi rahasia besar di mata masyarakat."

"Tentu saja aku tau, karena aku dulu juga hampir menjadi penghuni kamar itu tapi untunglah ada kerabatku yang memintaku untuk tinggal dengan mereka. Nasib baik melindungiku, jika tidak entahlah apa jadinya aku."

Aku ternganga dengan ucapannya. "Alhamdulillah, Mbak Juni masih dilindungi."

"Dan aku pun mengenal gadis yang hilang di indekos itu. Namanya Gayatri, Quality Control sepertimu. Dia dulunya seorang primadona di pabrik ini. Banyak pria yang mencoba mendekatinya tapi hatinya justru jatuh di tempat yang salah."

"Maksudnya bagaimana, Mbak?"

Mbak Juni melirik jam serta kamera pengintai yang terpasang di sudut ruangan itu. "Besok kapan-kapan saja aku ceritakan. Lebih baik sekarang kamu selesaikan pekerjaanmu terlebih dahulu. Daripada sift kita nanti tidak memenuhi target. Akibatnya kita semua yang kena. Lagi pula kalau kamu lama-lama di mesinku terus pas ada tim audit yang lihat lewat CCTV, bisa-bisa mereka mengira aku membuat kesalahan yang besar."

Kenapa aku tidak menyadari bahwa di ruangan ini ada kamera pengintai. "Mbak Juni, banyak pertanyaan yang ingin Hanna ajukan. Semoga lain waktu bisa berbincang lebih banyak. Jujur Mbak, Hanna benar-benar bingung mengapa teror-teror makhluk tak kasat mata terus menghampiri sejak aku tinggal di sana. Misteri pembunuhan sadis yang tidak terungkap ditambah lagi hilangnya gadis yang namanya Gayatri membuatku bingung. Seperti benang ruwet!"

"Jangan terlalu kamu pikirkan, Han. Nanti kamu meleng, repot kita semua. Oh iya, kamu harus hati-hati dalam segala hal. Jika tidak ingin bernasib sama dengan Gayatri. Terus dekatkan dirimu pada Tuhan. Kalau ada suara atau hal yang aneh, cuekin saja. Lama-lama hantu itu juga pergi sendiri."

"Duh, apa bisa cuek kalau ada hal aneh begitu? Kalau lari iya bisa."

"Halah, gedung yang berhantu saja kamu nekat datengin. Kalau cuma suara yang kecil pasti ya."

Tawanya yang kecil, membuatku tersenyum kecut karena aku tau pasti Mbak Juni tengah menyindirku yang dengan bodoh masuk ke gedung yang terkenal angker itu. Aku kembali ke meja tempatku menyortir hasil produksi.

"To-tolong, tolong aku." Bisikan dengan suara serak kembali terngiang di telingaku, seketika bulu kuduk ini merinding.

"Tolong aku!" Suara itu hilang dan timbul, terkadang terdengar jauh tapi kadang terdengar begitu dekat seperti berada tepat di telingaku.

"Astagfirullah, jangan ganggu ya." Aku terus mengucapkan itu sementara tanganku terus bekerja agar suara itu tidak berhasil mempengaruhi aktivitasku.

Setelah tidak berhasil membuatku ketakutan dengan suara minta tolong, kini gunting yang tadinya ada di depanku bergerak sendiri hingga ke ujung meja dan akhirnya terjatuh. Aku berusaha menguasai diriku yang didera ketakutan. Bersikap sesantai mungkin aku mengambil gunting yang tergeletak di lantai, seolah tidak terjadi apa-apa.

Tiba-tiba saja, saat malam hampir usai sebuah jeritan melengking mengejutkan semua orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Seorang gadis yang mesinnya tepat di samping Indah, ambruk kemudian meraung-raung dan bola matanya menjadi putih semua.

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

jangan" mayat gayatri du kubur di gedung itu

2023-06-28

0

Andini Andana

Andini Andana

aku lanjut baca ya thor 😁

2023-01-22

3

Ayu Ramadhani

Ayu Ramadhani

lanjut

2022-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!