Lagi dan lagi aku telah tertipu oleh makhluk tak kasat mata, yang menyerupai Indah dan berusaha menjebakku dalam tipu muslihatnya. Jangan-jangan Indah yang tadi disiksa di lantai dua pun hanya tipuan bangsa mereka saja. Dengan mengumpulkan keberanian yang masih tersisa, aku berlari sejauh yang aku mampu meski wanita tanpa rupa itu terus menangis dan meminta tolong. Aku tidak akan terjebak lagi, aku berusaha tidak mempedulikan keberadaannya. Dalam pikiranku hanyalah agar secepatnya bisa keluar dari gedung mengerikan ini.
Aku melangkah dengan secepat yang aku bisa menuju pintu besi. Senyumku tipis ketika aku melihat pintu berkarat itu ada di depanku. Namun saat kubuka, bukan jalan keluar tapi ruangan yang berisi mesin. Aku mencari lagi meski diiringi suara tangisan dan rintihan wanita itu tapi lagi-lagi aku tidak menemukan jalan keluar. Aku hampir putus asa karena rasa takut mulai merajai.
"Bodoh! Kenapa tidak menurutiku tadi!" bisikan seseorang membuatku terkejut. Belum sempat aku menoleh, tanganku digenggam erat kemudian diseret entah kemana. Samar dalam kegelapan aku mulai mengenali sosok di depanku ini. Senyumku mengambang karena dia berhasil menggapai pintu yang sebenarnya dan berhasil keluar dengan selamat.
Dalam keremangan malam, aku terduduk di parkiran kantor. Dia yang berhasil membawaku keluar dari gedung itu, menyodorkan sebotol air mineral yang isinya masih setengah. Dengan ragu aku meraihnya.
"Minum saja. Itu air biasa bukan air racun, jadi tidak perlu takut." Perlahan aku meminumnya agar sedikit mengurangi debaran jantungku yang masih berdegup kencang.
"Te-terima kasih, Mbak," ujarku lirih.
"Bodoh sekali kamu. Sudah aku bilang jangan mendekati gedung itu. Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu sih?"
"Tapi, Mbak. Tadi aku lihat Indah, temanku masuk ke situ."
"Itu hanya jelmaan temanmu saja. Kau ini jadi orang jangan gampang dibodohi. Sudah, ayo kita kembali ke gedung produksi. Itu kerjaan sudah menunggu dan temanmu pasti kuatir karena kamu malah keluyuran."
Aku diam saja tidak menyahut karena sadar ini juga kesalahanku yang terlalu polos. Dengan gontai aku mengikuti langkah Mbak Juniyati. Di gedung, aku disambut dengan pelukan oleh Indah juga beberapa teman yang lain.
"Kamu kemana sih, Mbak? Perasaan pas aku mau tidur, kamu sudah tidur duluan. Tapi begitu aku mau bangunin kamu, sudah tidak ada di sampingku. Indah pikir Mbak Hanna sedang ada di kamar mandi. Pas Indah susul, Mbak Hanna enggak ada. Tentu saja aku panik, apalagi pas dicari ke ruang produksi juga kosong tidak ada siapa-siapa."
"Ta-tadi, aku masuk ke gedung spinning," bisikku lirih ke telinga Indah. Tidak mungkin aku menceritakan pada semua orang kalau aku telah melanggar pantangan.
"Astagfirullah! Mbak, ngapain masuk ke gedung yang gelap itu?"
"Itu dia yang tidak aku mengerti. Seingatku gedung itu sangat terang juga ramai orang yang ada di sana. Bahkan di lantai dua banyak orang berpakaian bagus seperti tengah ada pesta..."
Indah menepuk dahinya mendengar ceritaku. "Aduh, Mbak. Mana ada orang pesta jam tiga pagi seperti ini. Lagi pula kalau pun ada Mbak Hanna ngapain ke sana? Mau ikut pesta juga?"
"Enggak kaya gitu juga, Paijem. Aku ke sana karena ada makhluk yang menyerupai dirimu lagi. Seolah menyuruhku mengikutinya. Kamu tadi juga disiksa oleh orang-orang yang ada di lantai dua. Makanya aku nekat masuk, niatnya mau menolongmu. Eh, malah aku hampir terjebak di ruangan yang hanya ada aku dan wanita tanpa rupa itu. Untung saja ada Mbak Juniyati yang datang menolongku."
"Ya sudah, yang penting Mbak Hanna enggak kenapa-kenapa, aku sudah lega sekali." Gadis bertubuh mungil itu memeluk bahuku meski kakinya terus berjinjit.
"Sudah, yang lagi kangen-kangenan nanti saja. Sekarang kerja lagi!" Ucapan bernada tinggi milik Mbak Juniyati membubarkan kerumunan juga pelukan Indah. Kami bersiap melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Aduh, bagaimana aku bisa lupa. Sejak kejadian tadi aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada Mbak Juniyati. Saat pekerjaan mulai lega, aku berjalan mendekati Mbak Juniyati yang tengah memasang label.
"Mbak," panggilku pelan.
"Apa? Ada yang salah sama pekerjaanku?" Aku menggeleng. "Lo, terus ada apa?"
"Mmm. Ha-hanna mau bilang terima kasih, Mbak. Kalau tidak ada Mbak Juni, Hanna tidak tau apa yang terjadi. Mungkin Hanna akan terjebak di gedung menyeramkan itu dengan ditemani para hantu atau mungkin nasib Hanna akan sama dengan gadis yang bilang di kamar kosku."
"Tunggu, baru saja kamu bilang ada gadis yang hilang di kamar kos? Dimana itu? Apa di daerah sini atau daerah jauh?" Aku gelagapan mendengar rentetan pertanyaan tanpa jeda dari Mbak Juni.
"Aku sebenarnya tidak tau pasti, Mbak, tapi kata orang-orang ada gadis yang hilang di kamar kos yang aku tempati sekarang."
"Tunggu, jangan-jangan kamu penghuni kamar nomor tiga belas di indekos yang warnanya hijau, letaknya di belakang pabrik ini?"
"Iya, Mbak. Ternyata keangkeran indekosku itu sudah terkenal dan menyebar dimana-mana ya. Sudah menjadi buah bibir dan bukan lagi rahasia besar di mata masyarakat."
"Tentu saja aku tau, karena aku dulu juga hampir menjadi penghuni kamar itu tapi untunglah ada kerabatku yang memintaku untuk tinggal dengan mereka. Nasib baik melindungiku, jika tidak entahlah apa jadinya aku."
Aku ternganga dengan ucapannya. "Alhamdulillah, Mbak Juni masih dilindungi."
"Dan aku pun mengenal gadis yang hilang di indekos itu. Namanya Gayatri, Quality Control sepertimu. Dia dulunya seorang primadona di pabrik ini. Banyak pria yang mencoba mendekatinya tapi hatinya justru jatuh di tempat yang salah."
"Maksudnya bagaimana, Mbak?"
Mbak Juni melirik jam serta kamera pengintai yang terpasang di sudut ruangan itu. "Besok kapan-kapan saja aku ceritakan. Lebih baik sekarang kamu selesaikan pekerjaanmu terlebih dahulu. Daripada sift kita nanti tidak memenuhi target. Akibatnya kita semua yang kena. Lagi pula kalau kamu lama-lama di mesinku terus pas ada tim audit yang lihat lewat CCTV, bisa-bisa mereka mengira aku membuat kesalahan yang besar."
Kenapa aku tidak menyadari bahwa di ruangan ini ada kamera pengintai. "Mbak Juni, banyak pertanyaan yang ingin Hanna ajukan. Semoga lain waktu bisa berbincang lebih banyak. Jujur Mbak, Hanna benar-benar bingung mengapa teror-teror makhluk tak kasat mata terus menghampiri sejak aku tinggal di sana. Misteri pembunuhan sadis yang tidak terungkap ditambah lagi hilangnya gadis yang namanya Gayatri membuatku bingung. Seperti benang ruwet!"
"Jangan terlalu kamu pikirkan, Han. Nanti kamu meleng, repot kita semua. Oh iya, kamu harus hati-hati dalam segala hal. Jika tidak ingin bernasib sama dengan Gayatri. Terus dekatkan dirimu pada Tuhan. Kalau ada suara atau hal yang aneh, cuekin saja. Lama-lama hantu itu juga pergi sendiri."
"Duh, apa bisa cuek kalau ada hal aneh begitu? Kalau lari iya bisa."
"Halah, gedung yang berhantu saja kamu nekat datengin. Kalau cuma suara yang kecil pasti ya."
Tawanya yang kecil, membuatku tersenyum kecut karena aku tau pasti Mbak Juni tengah menyindirku yang dengan bodoh masuk ke gedung yang terkenal angker itu. Aku kembali ke meja tempatku menyortir hasil produksi.
"To-tolong, tolong aku." Bisikan dengan suara serak kembali terngiang di telingaku, seketika bulu kuduk ini merinding.
"Tolong aku!" Suara itu hilang dan timbul, terkadang terdengar jauh tapi kadang terdengar begitu dekat seperti berada tepat di telingaku.
"Astagfirullah, jangan ganggu ya." Aku terus mengucapkan itu sementara tanganku terus bekerja agar suara itu tidak berhasil mempengaruhi aktivitasku.
Setelah tidak berhasil membuatku ketakutan dengan suara minta tolong, kini gunting yang tadinya ada di depanku bergerak sendiri hingga ke ujung meja dan akhirnya terjatuh. Aku berusaha menguasai diriku yang didera ketakutan. Bersikap sesantai mungkin aku mengambil gunting yang tergeletak di lantai, seolah tidak terjadi apa-apa.
Tiba-tiba saja, saat malam hampir usai sebuah jeritan melengking mengejutkan semua orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Seorang gadis yang mesinnya tepat di samping Indah, ambruk kemudian meraung-raung dan bola matanya menjadi putih semua.
...----------------...
...--bersambung--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Yuli Eka Puji R
jangan" mayat gayatri du kubur di gedung itu
2023-06-28
0
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
aku lanjut baca ya thor 😁
2023-01-22
3
Ayu Ramadhani
lanjut
2022-11-27
1