Bagian 3: Teror Malam Pertama

Rasa penasaran tentang siapa sosok yang dilihat Mbak Arum di sampingku selama kami berbincang belum terjawab. Sambungan telepon antara aku dan orang rumah tiba-tiba saja terputus. Sinyal full, paket data juga masih banyak, apa mungkin di tempat Bapak sedang ada masalah.

Bulu kudukku merinding saat pertanyaan Mbak Arum terngiang. Siapa yang sebenarnya dia lihat. Padahal sudah jelas aku di kamar ini seorang diri. Ah sudahlah, lebih baik aku mengisi perut dengan nasi putih dan serundeng bekal yang aku bawa dari Ungaran tadi, semoga saja masih enak.

Jarak antara Solo dan Ungaran tidak terlalu jauh juga, seharusnya nasi dan lauknya masih layak makan. Aku bernapas lega karena bekalku masih bisa digunakan untuk mengganjal perutku. Aku harus menekan biaya hidup sehemat mungkin. Karena uang yang aku bawa harus cukup sampai waktu gajian tiba. Aku tersenyum menertawakan diriku yang sudah memikirkan gaji padahal kerja saja belum.

Saat aku tengah menyantap makanan, tiba-tiba saja serundeng yang terbuat dari parutan kelapa itu bergerak-gerak. Segera aku menyendok serundeng yang seolah bergerak itu. Aku mempertajam indera penglihatanku agar bisa melihat dengan jelas.

"Astagfirullah!" Aku melempar piring yang tengah kupegang hingga isinya berserakan mengotori lantai kamarku. Jantungku hampir saja berhenti berdegup setelah memastikan serundeng yang aku makan bukanlah parutan kelapa tapi belatung yang masih hidup.

Rasanya tidak mungkin serundeng itu berbelatung. Mbak Arum baru memasaknya semalam tapi dari mana hewan yang menjijikkan itu datang. Anehnya setelah nasi dan serundeng itu berserakan ke tanah para belatung itu pun lenyap. Dengan jijik aku membersihkan bekas nasi yang berserakan, takut kalau hewan kecil itu datang lagi. Perlahan aku menyapu kamar meski langit sudah gelap.

"Jangan menyapu di malam hari kalau tidak mau ada musibah." Aku mendengar suara yang terbawa angin, entah siapa yang mengucapkannya. Meski hatiku gentar pada suara yang entah dari mana itu tetap saja aku melanjutkan pekerjaanku menyapu dan membuang kotoran di tong sampah yang letaknya di depan pintu kamarku. Rasanya tidak mungkin membiarkan kamarku kotor, bisa-bisa mengundang semut di kamarku.

Saat aku ada di luar kamar, tiba-tiba saja pintu kamarku tertutup dan menimbulkan suara yang cukup keras seperti ada yang membanting pintu dengan kemarahan padahal saat ini tidak ada angin yang bertiup. Aku berusaha menenangkan hatiku meski terkejut dan takut. Aku berharap semua itu terjadi akibat tiupan angin.

Segera aku buka pintu kamar karena sedari tadi aku merasa ada yang tengah mengawasi gerak-gerikku padahal tidak ada aktivitas dari penghuni yang lain.

Aku melanjutkan aktivitasku dengan memilih baju pertama yang akan aku kenakan besok hari. Aku harus tampil rapi dan sempurna di hari pertama kerja. Tidak boleh ada yang salah. Aku memilih kemeja warna biru muda dan celana kain warna hitam. Setelah itu, aku menyetrika baju dan celana yang telah kupilih kemudian kugantungkan di capstock yang tersedia di balik pintu kamarku.

Aku memutuskan untuk tidur agar esok hari saat kerja kondisiku dapat prima. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba saja wajahku basah seperti ada yang memercikkan air. Di dalam keadaan mata tertutup aku mengusap air yang membasahi wajah. Apa mungkin ada kebocoran di langit-langit tapi bukankah tepat di atas kamarku adalah kamar juga. Jadi, mana mungkin ada kebocoran.

Perlahan aku membuka mataku, samar aku melihat di langit-langit kamarku berputar kipas angin. Pantas saja kamar ini sejuk rupanya ada dua kipas angin sebagai fasilitasnya tapi bukankah tadi siang hanya ada kipas yang menempel di dinding, lalu siapa yang memasangnya atau mungkin tadi aku tidak memerhatikan karena sibuk mengobrol dengan Ibu Wati.

Di saat kesadaranku hampir pulih, mataku menangkap sesuatu yang janggal di kipas angin. Ada sesuatu yang menggantung di sana. Wujudnya menyerupai kepala yang sudah tertebas, pada bagian lehernya terus mengucurkan darah.

"Aaargh!" Mataku semakin terbelalak saat menyadari yang aku kira itu air rupanya darah telah menciprati wajah bahkan badanku. Sontak aku berdiri dan hendak berlari keluar untuk meminta pertolongan seseorang. Namun, langkahku terhenti ketika pintu kamar mandi terbuka, sesosok wanita berwajah rata dan berbaju putih dengan bercak kecoklatan keluar dari sana. Perlahan mendekat ke arahku. Aku ingin berteriak agar seseorang menolongku tapi kerongkonganku seperti tercekat.

Wanita itu semakin dekat, dadaku semakin sesak. Setelah itu gelap dan tidak ada kurasakan apa pun. Mungkin inilah yang dinamakan pingsan.

Entah berapa lama aku tidak sadar hingga aku merasa seseorang menepuk pipiku perlahan. Mataku memicing takut hal yang mengerikan seperti tadi terulang. Hatiku lega, saat kipas di langit-langit kamarku sudah lenyap karena memang tidak ada. Aku merapatkan selimut yang sempat tersingkap sedikit. Sepertinya kejadian yang aku alami tadi juga hanya mimpi buruk. Karena kalau nyata harusnya aku tidur tepat di dekat pintu. Saat ini aku sudah ada di kasur serta tidak ada darah di wajahku.

Aku memindahkan posisi tidurku menghadap ke arah dinding kamar. Mataku yang masih samar-samar menangkap ada sesuatu di depanku. Putih dan panjang, mungkin ini guling. Rasa kantukku membuatku lupa bahwa kamar ini tidak ada guling yang disediakan. Aku memeluk guling itu untuk mengusir hawa dingin yang menyeruak. Tapi tunggu, kenapa saat tanganku menyentuhnya benda itu terasa sangat dingin.

Mataku mengerjap untuk memastikan benda yang tengah kupeluk itu.

"Aaargh! Apa ini? Kenapa ada tubuh tanpa busana dan penuh luka di kamarku? Di-dia juga tidak berkepala!"

Sontak aku bangkit berdiri dan segera lari tunggang-langgang langsung meninggalkan kamarku. Aku harus mencari pertolongan tapi semua kamar di lantai satu dalam keadaan gelap seperti tidak ada kehidupan. Oh iya, aku tau harus ke mana. Segera aku berlari menuju tangga untuk ke kamar Intan dan Wulan. Aku harus meminta bantuan ke mereka.

Dengan terengah-engah aku berlari menaiki tangga. Apa ini? Kenapa tidak juga sampai di ujung tangga? Padahal sepertinya aku sudah menaiki banyak tangga.

"Bu Wati! Wulan! Intan! Tolong aku!" Tidak ada seorang pun yang terlihat di ujung sana. Di tengah usahaku untuk sampai di ujung tangga, indera pendengaranku menangkap suara tangisan. Saat aku menoleh ke belakang, terlihat sesosok wanita berbaju putih serta rambut panjang dan gimbal tengah merayap perlahan naik tangga sembari menangis. Kakiku yang semula terus berlari kini hanya kaku seolah terpaku oleh anak tangga.

"Tidak! Lepaskan!" Aku berteriak ketakutan saat tangan dengan kuku panjang dan hitam itu mencengkeram pergelangan kakiku. Wajah wanita itu mendongak ke arahku. Matanya merah menyala dengan darah terus meleleh dari sudut mata. Bibirnya yang hitam dan lebar menyeringai memamerkan gigi runcing serta mulutnya penuh dengan belatung.

"Lepaskan aku! Jangan ganggu aku!" Teriakanku begitu keras tapi sepertinya tidak ada yang mendengar. Di saat kakiku dalam cengkeraman wanita mengerikan itu, dari arah atas terdengar suara seperti benda jatuh. Mataku terbelalak dan napasku juga tercekat. Bagaimana tidak? Sebuah kepala dengan rambut panjang menggelinding seperti bola menuju ke arahku. Kepala itu berhenti tepat di depanku, menatapku dengan tajam. Wajahnya hancur dan ada beberapa belatung yang terlihat menggerogoti potongan kepala itu.

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

deiry saputra

deiry saputra

ahhh. . kurang serem lah. . . membosankan

2024-03-03

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

kemaren baca ini beberapa hari ga bs tidur takut sendirian siang bolong ttp nyalakan lampu, lah kok penasaran lg 🤧🤧

2023-06-26

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

kan bs km lap dan pel tanpa harus km sapu dlu ambilin nasi yg berserakan

2023-06-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2 Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3 Bagian 3: Teror Malam Pertama
4 Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5 Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6 Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7 Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8 Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9 Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10 Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11 Bagian 11: Hantu Muka Rata
12 Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13 Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14 Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15 Bagian 15: Ada Pocong!
16 Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17 Bagian 17: Pengkhianat
18 Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19 Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20 Bagian 20: Cuekin Hantunya
21 Bagian 21: Kesurupan Massal
22 Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23 Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24 Bagian 24: Finger Print
25 Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26 Bagian 26: Kunti Ganjen
27 Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28 Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29 Bagian 29: Promo Diaper
30 Bagian 30: Ayam Cemani
31 Bagian 31: Mencuri Dengar
32 Bagian 32: Bunga Kantil
33 Bagian 33: Bubur Mie
34 Bagian 34: Kejutan!!
35 Bagian 35: Bedak Pelet
36 Bagian 36: Balas Dendam
37 Bagian 37: Gayatri Adalah...
38 Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39 Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40 Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41 Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42 Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43 Bagian 43: Dendam Gayatri
44 Bagian 44: Selendang sang Penari
45 Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46 Perjanjian Siren karya baru Parasian
47 Bagian 46: Kutukan si Penari
48 Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49 Bagian 48: Kotak si Penari
50 Bagian 49: Kesakitan Intan
51 Bagian 50: Nyawa Pengganti
52 Bagian 51: Dia Meninggal!
53 Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54 Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55 Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56 Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57 Bagian 56: Pengantin Baru
58 Bagian 57: Janji Setia
59 Bagian 58: Ajakan Rujuk
60 Bagian 59: Diari
61 Bagian 60: Budak Sang Penari
62 Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63 Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64 Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65 Bagian 64: Pembohong
66 Bagian 65: Kadal Comberan
67 Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68 Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69 Bagian 68: Buku Catatan
70 Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71 Bagian 70: Jadian
72 Bagian 71: Teror Intan
73 Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74 Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75 Bagian 74: Mimpi Buruk
76 Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77 Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78 Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79 Bagian 78: Pria Misterius
80 Bagian 79: Pemilik Indekos
81 Bagian 80: Kolam Maut
82 Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83 Bagian 82: Topi si Penyerang
84 Bagian 83 : Madu Mongso
85 Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86 Bagian 85 : Mimpi Kematian
87 Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88 Bagian 87: Harus Berani
89 Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bagian 1: Penemuan Mayat Mengerikan
2
Bagian 2: Wajah Yang Terekam Kamera
3
Bagian 3: Teror Malam Pertama
4
Bagian 4: Teror Hantu Kepala
5
Bagian 5: Kasus yang Tidak Selesai
6
Bagian 6: Dia Terus Mengikuti
7
Bagian 7: Korban Kamar Tiga Belas
8
Bagian 8: Dia yang Menyerupaiku
9
Bagian 9: Makanan dari Dunia Lain
10
Bagian 10: Angkringan Tak Kasat Mata
11
Bagian 11: Hantu Muka Rata
12
Bagian 12: Misteri Hilangnya Gayatri
13
Bagian 13: Terjebak di Makam Keramat
14
Bagian 14: Ada Apa di Gedung Itu?
15
Bagian 15: Ada Pocong!
16
Bagian 16: Senandung dari Dunia Lain
17
Bagian 17: Pengkhianat
18
Bagian 18: Siapa Kekasihmu?
19
Bagian 19: Teror Wanita Tanpa Rupa
20
Bagian 20: Cuekin Hantunya
21
Bagian 21: Kesurupan Massal
22
Bagian 22: Akibat Melanggar Peraturan
23
Bagian 23: Senandung Itu Kembali
24
Bagian 24: Finger Print
25
Bagian 25: Teror Hantu Ada Dimana Saja
26
Bagian 26: Kunti Ganjen
27
Bagian 27: Menunggu Sebuah Jawaban
28
Bagian 28: Pengkhianatan yang Terkuak
29
Bagian 29: Promo Diaper
30
Bagian 30: Ayam Cemani
31
Bagian 31: Mencuri Dengar
32
Bagian 32: Bunga Kantil
33
Bagian 33: Bubur Mie
34
Bagian 34: Kejutan!!
35
Bagian 35: Bedak Pelet
36
Bagian 36: Balas Dendam
37
Bagian 37: Gayatri Adalah...
38
Bagian 38: Rayuan si Cemeng
39
Bagian 39: Pergi ke Masa Lalu
40
Bagian 40: Kecantikan Gayatri
41
Bagian 41 : Ritual Pengusiran atau Pengundang
42
Bagian 42 : Amarah yang Membakar
43
Bagian 43: Dendam Gayatri
44
Bagian 44: Selendang sang Penari
45
Bagian 45: Saksi Penemuan Mayat
46
Perjanjian Siren karya baru Parasian
47
Bagian 46: Kutukan si Penari
48
Bagian 47: Wulan Terkunci di Kamar 13
49
Bagian 48: Kotak si Penari
50
Bagian 49: Kesakitan Intan
51
Bagian 50: Nyawa Pengganti
52
Bagian 51: Dia Meninggal!
53
Bagian 52: Upaya Memulihkan Wulan
54
Bagian 53: Selendang Hijau Sang Penari
55
Bagian 54: Percobaan Bunuh Diri
56
Bagian 55: Riwayat Misteri Kamar 13
57
Bagian 56: Pengantin Baru
58
Bagian 57: Janji Setia
59
Bagian 58: Ajakan Rujuk
60
Bagian 59: Diari
61
Bagian 60: Budak Sang Penari
62
Bagian 61: Rombongan Penari yang Mengerikan
63
Bagian 62: Dia yang Tidur di Kasurku
64
Bagian 63: Tamu Tidak Diundang
65
Bagian 64: Pembohong
66
Bagian 65: Kadal Comberan
67
Bagian 66: Tumbal Pesugihan
68
Bagian 67: Cemburu Itu Ada
69
Bagian 68: Buku Catatan
70
Bagian 69: Wanita di Rel Kereta Api
71
Bagian 70: Jadian
72
Bagian 71: Teror Intan
73
Bagian 72: Terjebak di Kampung Gaib Lagi
74
Bagian 73: Wanita yang Serupa Denganku
75
Bagian 74: Mimpi Buruk
76
Bagian 75: Identitas Pemilik Indekos
77
Bagian 76: Sop Buntut atau Jari Manusia
78
Bagian 77 : Tumbal Penglaris
79
Bagian 78: Pria Misterius
80
Bagian 79: Pemilik Indekos
81
Bagian 80: Kolam Maut
82
Bagian 81: Upaya Pembunuhan
83
Bagian 82: Topi si Penyerang
84
Bagian 83 : Madu Mongso
85
Bagian 84: Cerita Masa Lalu
86
Bagian 85 : Mimpi Kematian
87
Bagian 86: Pemanggilan Sebagai Saksi
88
Bagian 87: Harus Berani
89
Bagian 88: Musibah Menimpa Ridwan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!