Benar saja, Dion sama sekali tidak bisa menyelesaikan kerjaannya dengan benar. Kedatangan Clara yang tiba-tiba membuat konsentrasinya buyar, walaupun hatinya sudah memutuskan untuk tidak memberi Clara kesempatan. Hubungan yang terjalin cukup lama diantara mereka tidak bisa dilupakannya begitu saja. Bulir-bulir cinta yang sudah banyak tersimpan di hati Dion perlahan sudah mulai terkikis setelah Clara menghianatinya.
Akhirnya Dion memutuskan pulang lebih awal. Percuma juga kalau dia ada di kantor kalau tidak mengerjakan apapun.
"Kamu tumben pulang lebih awal. Memangnya kerjaan kamu di kantor sudah beres?" tanya mami. Dion jarang sekali pulang secepat ini. "Kenapa wajah kamu murung begitu? kamu kecapekan ya?" tambah mami lagi dengan menatap wajah putranya yang tampannya maksimal itu.
"Iya Mi, kerjaan di kantor udah selesai," jawab Dion bohong. Dia menyerahkan tugas yang menumpuk itu ke Fasa dan menyuruhnya untuk mengirim ke emailnya. "Dion ke kamar dulu Mi." Dion melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.
Dion merebahkan diri di tempat tidur nyamannya, memejamkan mata. Ingatannya kembali lagi ke masa dulu, masa-masa indah bersama Clara. Usahanya untuk melupakan Clara selama ini sia-sia karena Clara datang kembali. Clara wanita cantik, seksi, manja dan agresif yang membuat Dion tergila-gila padanya.
"Shit. Kenapa aku harus memikirkan wanita yang jelas-jelas sudah menghianatiku di depan mataku sendiri."
Dion melepaskan sepatunya lalu beranjak ke ruang pakaian. Tidak berapa lama Dion keluar bertelanjang dada hanya memakai celana renang. Ya, dia akan berenang. Seperti biasa kalau sedang bad mood begini, dia akan berenang. Menurutnya selain menyegarkan tubuh dan meregangkan otot-otot yang kaku, dengan berenang bisa membuat pikirannya jernih.
Sementara di tempat lain di waktu yang sama.
Lily berada di kamarnya bersama dengan sahabat terbaiknya sekaligus teman sebangku di sekolah dulu. Luna, itulah namanya. Lily sengaja meminta Luna datang untuk menemaninya karena papa melarang Lily pergi kemanapun. Lily belum sembuh total dan itu yang membuat papa khawatir.
Luna adalah anak yang paling pintar di kelas. Tidak heran kalau Lily sering meminta contekan.
"Udah beres mandinya?" tanya Luna setelah melihat Lily keluar dari kamar mandi.
"Udahlah. Nggak lihat rambutku basah dan wangi begini," jawab Lily ketus mendekat ke arah Luna.
"Iya, iya. Nggak usah ketus gitu jawabnya. Namanya juga basa-basi. Sini biar lukanya aku obati," kata Lily dan menepuk tepi ranjang di sampingnya.
Lily menurut. Perlahan Luna memberikan tetesan obat merah ke luka Lily.
"Kamu ya, bisa-bisanya ceroboh kayak gitu. Berani banget jalan jauh, sendirian lagi," kata Lily sambil meniup-niup luka Lily yang sudah dia tetesi obat merah.
"Mana aku tahu kalo di sana ada penjahat. Harusnya di sana itu ditulis 'AWAS BANYAK PENJAHAT'," ucap Lily. Jari telunjuknya bergerak menuliskan kata-kata yang diucapkannya tadi di udara.
"Haha, iya juga ya. Kalo di setiap sudut jalan di tulis begitu, kira-kira penjahatnya akan kemana ya?"
"Ke penjara lah. Kemana lagi."
"Apa penjahat yang mengganggumu itu sudah di penjara?" tanya Luna lagi.
Lily mengangkat bahunya. "Entahlah. Aku nggak tahu." Luna mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Papamu pasti tidak akan melepaskan mereka." Luna menerka-nerka. Lily diam saja.
"Kamu ngapain sih jalan kaki ke sana? kamu kan biasanya naik motor kesayangan kamu itu?" Luna ingin tahu semua.
Lily lupa memberitahu Luna kalau dia dijodohkan. Kasih tahu atau nggak ya? Lily bergumam dalam hati.
"Ditanyain malah bengong." Luna menepuk bahu Lily.
"Lun, aku belum memberitahu kamu sesuatu." Lily mulai serius.
"Apa itu," tanya Luna antusias.
"Aku dijodohkan papa dengan seseorang," kata Lily pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Apa!" Luna melotot tidak percaya. "Kamu serius Ly? Trus gimana, tanggapan kamu gimana?"
"Awalnya aku kaget sama kayak kamu tadi. Sebenarnya papa nggak memaksaku untuk menerima perjodohan ini. Papa memintaku untuk memutuskannya sendiri."
"Ya udah kamu tolak aja kalo kamu nggak suka."
"Masalahnya perjodohan ini permintaan terakhir mamaku. Walau papa menyerahkan keputusan sepenuhnya padaku, tapi dia berharap penuh aku menyetujuinya."
"Kalo begitu, itu memang harus kamu yang memutuskan sendiri. Aku hanya bisa mendukung." Luna memegangi tangan Lily.
"Aku udah menyetujuinya Lun." Lily beranjak mengambil sisir di atas meja belajarnya.
"Benarkah? Memang kamu udah kenal sama laki-laki itu?" Luna mendekat.
"Udah. Dialah yang nolongin aku dari penjahat itu."Lily sambil menyisir rambutnya. Tidak bisa dilihat dari raut wajahnya apa dia sedih atau senang.
"Wah, kayaknya kalian berjodoh Ly bisa kebetulan gitu. Orangnya gimana Ly? Cakepan mana sama Kak Noel?" Noel adalah ketua osis yang disukai Lily. Luna tahu Lily suka dia, tidak ada yang tersembunyi diantara mereka. "Paling juga cakepan ketos kita kan, iya kan," ucap Luna lagi sambil menggoda Lily dengan menyenggol bahu Lily dengan tubuh bagian sampingnya.
Lily tertegun sampai menghentikan aktivitas menyisir rambut. Benarkah kami memang berjodoh?
Mengingat kembali bagaimana Dion tertawa lepas karena model celananya. Ya, Lily mengaku di dalam hati Dion tampan. Namun dia tidak bisa membandingkan siapa yang tertampan.
"Move onlah Ly. Dia itu udah ada yang punya. Kamu mau disebut peparang?" Luna tidak tahu sebenarnya Lily sedang memikirkan Dion.
"Apa tuh?" Melanjutkan kembali menyisir rambut.
"Perebut pacar orang."
"Aih, ya nggak lah. Aku kan nggak pernah terang-terangan bilang suka sama dia. Nggak ada yang tahu juga, cuma kamu sama papa aja yang tahu," gerutu Lily.
"Kok papa kamu bisa tahu? Kamu curhat?"
"Papa membaca buku diaryku," jawab Lily lemas. Meletakkan sisir pada tempatnya.
"Lagian kamu sih ada-ada aja. Di zaman milenial begini, masih aja pake diary-diaryan."
"Biarin aja. Aku kan hobi nulis."
"Terserah lah."
"Yuk, kita nonton drakor sambil nunggu papa pulang untuk makan malam," ajak Lily dengan menarik tangan Luna. "Kamu malam ini nginap ya," pinta Lily lagi.
"Iya, tapi nanti aku telepon mamaku dulu minta izin."
"Itu harus."
Papa Miko melarang Lily untuk melakukan pekerjaan apapun di rumah, termasuk membantu Bi Itan. Biasanya kalau berada di rumah Lily akan membantu Bi Itan atau sekadar menemaninya. Lily juga dilarang untuk tidak terlalu banyak bergerak, agar lukanya cepat kering.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Udiyah Ani
akhir ny lily setuju d jdohin sma dion yg gantengg itu
2020-09-01
3