Ciiitt!
Rem mobil mendadak berhenti di depan toko bunga Liona.
Gadis yang sedang duduk itu seketika lamunannya buyar karena mendengar decit rem mobil. Menoleh kepada sang empunya mobil, lalu senyumnya terulas. "Pagi Tante. Tante kok baru datang? Katanya jam delapan kesininya," ujar Lily setelah berdiri di dekat mobil itu.
"Pagi juga Lily cantik manis. Iya, ini anak Tante susah diajaknya. Pake drama dulu tadi pagi. Mana bunganya Ly?" Tante Surya menjawab sekenanya dan sepertinya terburu-buru.
"Sebentar, ya, Tante," Lily menjawab malu-malu karena dibilang cantik manis. Gadis itu melangkah masuk ke dalam toko. Tidak berapa lama dia keluar lagi dengan membawa bunga daisy putih yang masih segar, kelopak bunga itu besar dan tangkainya diikat dengan pita warna putih. Bunga itu sudah ditata rapi sedemikian cantik nan indah membentuk sebuket bunga.
"Ini Tante." Lily menyerahkan bunga itu.
"Kamu taruh di belakang saja ya Lily. Kasih saja sama anak tante." Tante Surya masih enggan untuk keluar dari mobil karena sibuk menepuk-nepuk busa bedak ke wajahnya. Lily mengangguk dan bergeser ke pintu mobil belakang.
"Om, mana anaknya om?" Tanya Lily pada seseorang yang duduk di belakang mobil.
"OM?? ANAK???" Dion yang sedari tadi diam dan mengacuhkan percakapan antara maminya dan Lily terkejut dipanggil om dan menanyakan anak pula.
"Iya, anak om yang manis itu dimana ya?" Gadis penjual bunga itu celingak-celinguk mencari-cari ke dalam mobil.
Om dan Tante Surya terbahak di depan. Tidak menyangka Lily akan memanggil Dion dengan sebutan 'om'. Dion makin sebal mendengar mami dan papinya menertawakannya.
Lily menghampiri lagi Tante Surya dan membungkukkan badannya ingin melihat semua yang ada di dalam mobil.
"Loh, Om Surya kok ada dua?" Lily bertanya heran setelah melihat siapa yang duduk di belakang kemudi. Raut wajah Lily yang kebingungan semakin membuat mereka terkekeh.
"Lily, Lily. Suami tante yang ini. Yang di belakang itu anak tante. Dan anak kecil yang Tante bawa tempo hari, itu Ariel, cucu Tante," jawab wanita berpakaian modis itu setelah berhenti tertawa.
"Oh maaf Tante, Om, habisnya kayak kembar sih." Lily malu sendiri dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menghampiri Dion lagi.
"Ini Pak bunganya." Lily menyerahkan bunga. "Salam ya Pak sama anak Bapak yang lucu itu," ucap Lily lagi. Dion mengeram jengkel seraya menerima bunga itu. Haha, Tuan dan Nyonya Surya terbahak lagi mendengar penuturan Lily. Lily hanya diam, menurutnya tidak ada yang salah dengan kata-katanya.
"Lily, kami berangkat dulu ya. Takut acaranya sudah dimulai," pamit Tante Surya setelah tawanya sudah bisa dikondisikan. Gadis manis itu mengiyakan sambil tersenyum. Lalu mobil melaju lagi dengan kecepatan lumayan cepat.
******
"Mi, Pi senang banget ngetawain Dion." Tuding pria yang duduk dibelakang karena sepanjang perjalanan, mami dan papinya tidak henti-henti membuatnya jadi bahan tawaan akibat ucapan yang dilontarkan Lily tadi.
"Mangkanya kamu cepat-cepat nikah dong sayang, ingat umur. Lily aja berpikir kalau kamu bapaknya si Ariel. Malah dibilang kamu kembar sama papi kamu." Tante Surya terkekeh lagi.
"Memangnya Dion setua itu." Dion mendengus memikirkan lagi kata-kata Lily.
"Eitt, maksud kamu Papi sudah sangat tua, gitu? Kalau Papi ajak kamu lomba lari, kamu pasti jauh ketinggalan. Kamu harus tahu, Papi masih punya tenaga yang kuat." Om Surya mengangkat lengan kanannya dan menunjukkan ototnya yang strong.
"Pi, sudah, lihat ke depan nanti malah nabrak." Suara mami tegas takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Dulu waktu Papi seumuranmu, Tiara sudah berumur dua tahun. Lah kamu, pacar aja nggak punya gimana mau punya anak." Papi tersenyum mengejek lagi setelah beberapa saat.
"Pi, pernikahan itu 'kan bukan main-main. Mana mungkin Dion asal-asalan mengajak anak orang untuk menikah. Papi sama Mami yang bilang pernikahan itu sakral dan kalau bisa sekali seumur hidup." Dion
"Di usiamu yang sudah matang begini, kamu harus segera bertindak Dion. Apa kamu masih mengharapkan mantan kamu si Clara Clara itu?" Papi
"Ahh sudahlah Pi, aku sudah lama melupakannya." Dion malas membahas mantan.
"Dion, menurutmu bagaimana Lily?" Tante Surya memecahkan keheningan setelah beberapa saat.
"Bagaimana apanya, Mi?" Dion tidak tertarik dengan topik pembicaraan.
"Ya menurutmu dia seperti apa? Wajahnya, gayanya, cara bicaranya."
"Seperti anak-anak."
"Oh anak-anak, ya. Tadinya Mami mau menjodohkanmu dengan dia. Tapi sepertinya kamu tidak tertarik. Baiklah, nanti di acara pernikahan masih banyak teman mami yang punya anak gadis cantik-cantik." Mami mengedipkan sebelah matanya ke arah Dion, menggodanya.
"Mi, ini aku 'kan sudah mau ikut ke pesta itu. Jangan mulai lagi deh acara jodoh-jodohan. Dion nggak suka."
"Kalau Papi jadi kamu, Papi akan melamar Lily jadi istri. Lily itu anaknya lucu, baik dan manis. Tiap hari pasti akan dibikin tertawa." Om Surya memberi pendapat.
"Iya Pi, Mami juga suka sama si Lily. Anaknya menggemaskan. Tapi apa boleh buat, Dion sepertinya tidak suka." Timpal Tante Surya.
Dion menarik napas, malas ikut terlibat percakapan orang tuanya. Dia lebih memilih sibuk dengan ponselnya.
Mereka akan menghadiri acara resepsi pernikahan anak sahabat mereka. Tante Surya dimintai untuk membawa bunga pegangan sang pengantin sebagai persediaan. Dion sebenarnya tidak mau datang ke acara seperti ini, karena sudah pasti akan ditanya kapan nyusul. Namun karena ancaman mami akan menjodohkannya Dion pun menurut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Mel Rezki
like thor
2021-07-12
0