Sebelum Lily keluar dari mobil, Dion berbicara lagi, "jangan kau pikir aku senang atas
perjodohan ini. Aku sama sekali tidak menginginkannya. Kerahkan seluruh kemampuanmu membujuk Pak Miko untuk membatalkan perjodohan ini." Dion tidak menatap ke arah Lily sama sekali. Tetapi bisa dipastikan kalau matanya juga berapi-api mengatakan hal yang sama dengan mulutnya.
"Baik."
Hanya kata itu yang terucap dari mulut Lily. Lily bisa menangkap gurat keseriusan dari wajah Dion. Kata-katanya penuh dengan penegasan.
Lily berlari ke teras toko. Matanya sibuk mencari Papa Miko di antara pelanggan yang sedang menunggu untuk dilayani.
"Bu Sinta, papa belum pulang juga?" tanya Lily pada Bu Sinta yang sibuk merangkai bunga pesanan pelanggan.
"Sudah. Tapi pergi lagi ke kafe Dek Ayu," jawab Bu Sinta. Dek Ayu adalah panggilan sayang Bu Sinta untuk Lily, mungkin karena Bu Sinta suku jawa jadi dia menggunakan panggilan dalam bahasa jawa.
"Begitu ya."
Lily mau mengambil langkah seribu ke kafe milik papa. Namun mengingat Bu Sinta sedang sibuk melayani pelanggan yang antri, dia dengan sigap membantu. Pelanggan satu per satu pun pergi setelah pesanannya diberikan.
Kafe papa tidak terlalu jauh dari toko bunga. Hanya butuh beberapa menit jalan kaki untuk sampai di sana. Lily terlihat ngos-ngosan, tidak peduli dengan pandangan orang yang tertuju padanya. Lily langsung menuju kasir tempat papanya berada.
"Pa, kita perlu bicara." Lily langsung memburu papa tanpa peduli pelanggan yang sedang berbicara dengan papa.
"Kamu layani dulu meja nomor sepuluh, mereka baru datang. Jangan sampai mereka bosan karena menunggu." perintah papa. Papa Miko tahu kalau Lily akan menanyakan tentang perjodohan. Terukir di wajah Lily yang serius.
Lily menurut. Sebenarnya dia sudah tidak sabar mendengar penjelasan papa. Tetapi seperti biasa, dia selalu patuh dengan perintah papa.
Setelah melayani pelanggan, Lily kembali ke kasir. Tetapi papa tidak ada di sana.
"Mas Adnan, papa di mana?" tanya Lily.
Adnan adalah orang kepercayaan papa. Adnan bahkan sudah memanggil sebutan 'papa' kepada Papa Miko saking dekatnya mereka. Dia masih muda dan termasuk pria tampan juga yang memiliki senyum menggoda.
"Papa sudah menunggumu di ruang pribadinya. Memang ada apa Ly? Sepertinya sangat serius." Adnan penasaran.
"Bukan apa-apa Mas. Aku dan papa hanya akan membahas universitas mana yang nantinya jadi tempatku kuliah," jawab Lily bohong. Akan memalukan bagi Lily kalau dia sampai menjawab dengan jujur. Adnan sudah lama menaruh hati pada Lily. Namun Lily hanya menganggapnya seperti saudara sendiri. "Kalau gitu aku temui papa dulu ya Mas." Lily berlalu tanpa mendengar jawaban Adnan. Dia sudah tidak sabar mendengar penjelasan papa.
"Pa, kenapa?" Lily bertanya langsung ke intinya. Padahal dia masih berdiri di bibir pintu ruang pribadi papa.
"Kamu makan dulu. Kamu pasti belum makan kan? Kemarilah, makanan sudah disiapkan khusus untuk puteri papa yang cantik."
Eh iya benar. Perutku lapar sekali. Pria pelit senyum itu sama sekali tidak menawariku apa-apa. Bahkan setetes airpun tidak. Apa dia itu benar-benar pelit tidak mau berbagi miliknya?
Lily segera menyantap makanan yang menggugah seleranya itu tanpa bertanya lagi.
---
"Pa, sekarang jelaskan. Bagaimana bisa aku dijodohkan dengan pria setua itu??" Papa tergelak. Sedang Lily merasa papanya sedang menertawakannya.
"Pa, Lily serius."
"Baiklah. Tapi kenapa kamu bilang Dion pria tua?" Papa menghentikan tawa.
"Oh jadi namanya Dion." Lily sedikit manggut-manggut.
"Apa kalian tidak saling memperkenalkan diri?" Lily menggeleng.
"Haha... lalu bagaimana kalian saling menyapa kalau tidak tahu nama satu sama lain?"
Lily membayangkan pembicaraan mereka di taman tadi. Dia memanggil Dion bapak, dan Dion memanggilnya hei, gadis penjual bunga, gadis ingusan. Cih
Papa menggeleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat Lily yang hanya diam saja. "Lily dengar Papa." Papa menggeser duduknya dekat dengan Lily. "Kamu sebelumnya memang belum pernah bertemu dengan Dion. Tapi Papa sudah kenal baik dengan dia." Melihat reaksi Lily sebentar dan melanjutkan lagi kata-katanya.
"Dion itu anak yang sangat baik. Papa bilang begitu karena Papa sering ke rumah mereka dan juga ke perusahaan mereka. Dari situ Papa bisa menilai bagaimana sifatnya kepada orang tuanya, karyawan di kantor dan orang-orang di sekitarnya. Ya, memang papa akui Dion itu kaku, namun tegas dan bicara hanya seperlunya saja. Tapi Papa yakin hatinya pasti sangat lembut." Papa mengelus rambut Lily.
"Tapi tadi dia bicara kuat sekali Pa. Untung gendang telingaku nggak pecah." Lily mengusap-usap telinganya, berusaha menjelekkan prilaku Dion.
"Itu karena kamu membuatnya kesal. Kamu kalau bicara dengan orang yang baru kamu kenal selalu seperti itu kan."
Benarkah? Tapi sepertinya nggak.
"Apa Dion menyakitimu atau membuatmu menangis?" Lily menggeleng.
"Kalau Dion sampai menyakitimu, Papa juga nggak mau menyerahkan anak gadis papa ini padanya."
Hening. Lily dan papa sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Pa..." Lily akhirnya membuka suaranya kembali. "Bapak itu terlalu tua untuk Lily. Apa Papa mau punya menantu tua?" Lily membuat wajah memelas. Dia mengingat kembali kata-kata terakhir Dion. Kerahkan seluruh kemampuanmu membujuk Pak Miko untuk membatalkan perjodohan ini.
"Haha, kamu memanggilnya bapak? Apa Dion memanggilmu nak?" Papa tergelak lagi.
Lily manyun. Dia tidak habis pikir papa akan menertawakan sebutannya itu.
"Dion tahun depan baru memasuki kepala tiga. Dion adalah pria matang bukan pria tua Ly." Papa mencubit hidung Lily.
Lily mencoba lagi. "Tapi Lily masih terlalu muda Pa. Lily juga ingin menikmati masa muda, merasakan yang namanya pacaran, dan Lily juga mau sekolah pramugari Pa. Apa Papa nggak mau mendukung Lily. Dan dia, pria itu juga nggak mau dijodohkan sama Lily."
Semoga alasan ini bisa membatalkan perjodohan ini, semoga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Naura Fadiela
hhh.lumayan crewet bgt tuuh lily
2021-04-13
1