Lily menunggu hari pernikahannya dengan berdebar-debar. Kakinya sudah sembuh dalam beberapa hari. Kemarin maminya Dion mengajak fitting gaun pernikahannya. Hanya dia dan mami, diantar oleh supir. Kata mami Dion sudah mencoba pakaian pengantinnya terlebih dulu. Undangan pernikahan juga sudah disebar.
Lily melamun di tokonya.
Besok aku menikah. Kira-kira bagaimana pernikahanku besok ya? apa seperti pernikahan princess disney? haha, memang apa yang aku harapkan dari laki-laki yang tidak mencintaiku. Eh aku lupa, aku belum bayar utangku. Baiklah, nanti setelah bertemu akan kubayar. Dia itu kan manusia paling perhitungan di muka bumi.
Bagaimana keadaannya sekarang ya?! aku nggak pernah lagi ketemu dia semenjak dia mengantarku pulang dulu. Ikh, kenapa juga aku ingin tahu kabarnya. Lily menepuk kepalanya biar sadar, begitu yang dia simpulkan.
Apa yang akan terjadi setelah aku menikah? apa dia nanti akan memperlakukan aku layaknya istri?
Apa aku kabur saja?? ahh nggak, nggak. Kalau aku kabur, papa akan dalam masalah. Atau aku pura-pura sakit? Nggak. Kalau aku pura-pura sakit mereka pasti akan memanggil dokter. Bakal ketahuan aku pura-pura sakit.
Lily mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Lun, aku takut banget nih." Lily menyerbu setelah sambungan terhubung. "Kamu ada saran nggak biar aku tenang sedikit."
Yang ditelepon diam belum menjawab apa-apa.
"Lun, kamu dengar aku nggak?" Lily menaikkan suara.
"Iya aku dengar. Nggak usah teriak. Aku lagi mikir gimana caranya biar kamu tenang.
Gimana kalau aku temanin kamu ke salon. Spa atau apa gitu, biar pikiran kamu rileks." Memberi saran.
"Kemarin aku udah ke salon sama itu, Nyonya Surya."
"Oh gitu ya. Siapa Nyonya Surya?" Penasaran.
"Itu, maminya laki-laki yang mau nikah sama aku." Lily seperti sungkan untuk menyampaikan.
"Hihi, kamu ribet banget bilang mertua aja."
Benar. Dia kan bakal jadi mertuaku.
"Kamu udah dekat aja sama calon mertuamu itu," goda Luna.
"Bukan begitu. Nyonya Surya itu udah lama jadi pelanggan toko bunga kami. Jelaslah aku kenal dan dekat dengannya," Lily berkilah.
"Wow. Artinya pelanggan membawa jodoh dong, hehe. Eh kamu belum cerita sama aku tentang calon suamimu itu. Dia orangnya gimana, kerjanya apa, kaya atau nggak?" Luna menyampaikan pertanyaan beruntun.
"Nggak tahu ah. Kamu lihat aja sendiri besok."
"Pelit." Yang di seberang protes.
"Aku nggak tahu dia itu bagaimana, seberapa banyak kekayaannya, aku belum terlalu kenal. Kalau pekerjaannya, papa pernah bilang kalau dia pengusaha. Gimana, puas?"
"Hee, kalo dia pengusaha tajir dong." Tertawa cengengesan.
Tajir? iya sih kalau dilihat dari penampilan Tante Surya. Kemarin dia membelikanku banyak sekali barang, aku nggak tahu apa aja yang dibeli. Memang sekaya apa sih mereka? ah bodo amat.
"Lun, janji ya sama aku kalo kamu nggak akan nyebarin gosip tentang pernikahanku sama teman-teman kita, ok?!"
"Kenapa?"
"Aku belum siap mereka tahu aku menikah muda. Cukup kamu aja yang tahu. Nanti aku sendiri yang kasih tahu kalo aku udah siap."
"Baiklah."
"Kamu besok jangan sampai nggak datang ya Lun. Kamu kan tahu cuma kamulah yang aku butuhkan, apalagi disaat begini."
"Iya, kamu tenang aja. Aku pasti datanglah di hari bahagiamu," ucap Luna sambil tertawa.
"Besok pagi aku telepon kamu lagi ya. Kamu cukup bawa baju di acara pernikahan. Biar kamu dirias di rumahku aja."
"Yang benar kamu?" Apa kamu menyewa tukang rias?" Penasaran lagi.
"Bukan aku tapi Tante Surya yang bilang kemarin. Katanya dia akan mendatangkan beberapa orang make-up artist ke rumah."
"Wahh, kita akan terlihat seperti princess dong." Luna berbunga-bunga disana.
Ah si Luna pasti sudah mengkhayal di sana. Dia itu kalau sudah membahas tentang kecantikan, sisi feminimnya langsung meronta-ronta. "Lun, aku tutup dulu teleponnya ya, by." Lily langsung menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban Luna.
Bukannya lebih tenang setelah menelepon, Lily semakin gelisah. Pelanggan hari ini juga tidak ramai, membuat Lily tidak bisa mengalihkan kegelisahannya.
"Papa ke mana sih dari tadi belum pulang juga? kenapa juga melarangku pergi ke mana-mana." Lily bergumam sendiri.
Aku ke kebun saja, mencabut rumput liar atau berbicara dengan bunga-bunga atau sekalian menyanyikan mereka lagu atau membuat drama dadakan di sana. Sepertinya akan lebih baik kalau aku menyibukkan diri biarpun kelihatannya konyol.
"Bu Sinta, aku ke kebun belakang ya." Lily berbicara pelan karena Bu Sinta sedang menerima telepon di meja kasir. Bu Sinta hanya mengangguk sambil terus berbicara di telepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments