"Cepat panggil ambulans!" teriak menteri Belanda yang terlalu kalut.
Wiu wiu wiu wiu wiu
Suara sirene ambulance menggema di bandara ini. Petugas rumah sakit yang di hubungi oleh salah satu tentara langsung datang dan mengevakuasi presiden Arnold yang terluka.
Tiba-tiba rekaman itu menjadi gelap artinya video sudah selesai.
"Jadi seperti itu kejadiannya." rasa penasaran Max bukannya hilang malah semakin bertambah setelah melihat rekaman video itu.
"Siapa sebenarnya tentara itu?" rasa penasaran menari-nari di kepala Lux.
Kejadian mengerikan ini seolah sudah di rencanakan dengan matang, semua akses untuk mengetahui kebenaran di padamkan.
"Apa ada hal lain lagi yang kalian dapatkan di sana?" pandangan Leon memusat pada 2 sosok itu.
"Tidak ada, kami tidak menemukan apapun lagi selain rekaman itu." terus terang Lucas menjawab.
"Leon."
Panggilan itu langsung mengalihkan perhatian semua pihak.
Kontan 5 agent YSL berdiri memberikan rasa hormat pada tamu penting itu. Presiden John menghampiri mereka."Leon, apa kau tau siapa yang sudah menembak Presiden Arnold?"
"Belum, tapi yang jelas dia memiliki tujuan tertentu melakukan ini semua." dengan wajah datar jawaban Leon kemukakan.
"Kalian tidak berusaha mencari tau siapa dia?" tatapan Presiden John menelisik memperhatikan 5 manusia yang di ketahui sedang bergulat dalam perkara mengguncang dunia.
"Kami sedang berusaha." Leon menjawab.
"Kalian jangan mengurusi hal itu dulu, untuk saat ini kalian fokuslah ke tujuan awal, masalah orang yang sudah menembak presiden Arnold kalian kesampingkan dulu, karena aku merasa dia melakukan itu semua karena dendam secara personal." isi pikiran presiden John berbanding terbalik dengan 5 agent rahasia negara tersebut.
"Awalnya kami juga mengira seperti itu Pak, namun yang kami lihat dari cctv yang sudah berhasil Lux hack. Tenyata tentara itu tidak hanya berniat membunuh presiden Arnold saja tetapi juga anda dan kemungkinan besar dia juga berniat jahat pada presiden-presiden lainnya." sahut Leon cepat.
"APA!" Terkejut presiden John mendengar itu semua."Kenapa kalian tidak bilang dari tadi."
Wajah presiden John resah, kecurigaan agent YSL sangat kuat dan sukses mengguncang semua pihak.
"Maaf Pak, kami tidak sempat bilang, karena kami ingin menyelidiki dulu, namun sayangnya tidak ada bukti yang tersisa, semuanya sudah bersih, tak ada yang tertinggal walau satupun." wajah kurang semangat menghias wajah Leon. Pertama dalam sejarah mereka gagal, gagal dalam menyelidiki.
"Sebenarnya kenapa dia melakukan ini semua, apa dia memiliki dendam pada ku atau pada kalian?" satu hal itu mengganggu pikiran presiden John. Karena jelas tidak mungkin ada asap tanpa ada api.
"Kami juga masih belum bisa memastikan, saat ini yang bisa kami lakukan hanya waspada terhadap sekitar." Leon menyahuti.
Presiden John mengangguk paham."Jangan lupa nanti malam kita harus menghadiri konferensi pers, jangan sampai kejadian yang terjadi pada presiden Arnold terjadi lagi."
"Kami tidak akan biarkan hal itu terjadi lagi, bapak tenang saja." kali ini kata-kata Leon bisa di pegang. Walau satu tidak akan ada keteledoran yang bakal berdampak pada orang banyak. Itu janjinya.
"Aku permisi dulu, kalian istirahatlah." Presiden John kemudian keluar dari dalam kamar Leon.
"Ba-
Drrt
Drrt
Drrt
Ucapan Max terhenti saat mendengar suara hp Leon yang berbunyi. Melihat siapa yang menghubunginya Leon terlihat malas untuk mengangkatnya.
"Bagaimana Le, apa kalian sudah tau siapa penjahat itu?" suara Anton terdengar setelah panggilan di angkat.
"Belum Pak, kami memang berhasil mendapatkan rekaman cctv yang memperlihatkan bagaimana presiden Arnold tertembak, namun kami tidak tau siapa tentara palsu itu. Tapi kami akan berupaya mengungkap identitasnya." jawab Leon.
"Kirimkan rekaman cctv itu, aku akan berusaha mencari tau dari sini." perintah Anton yang juga greget.
Leon mematikan sambungan telepon, lalu ia bergerak mengirimkan rekaman video itu.
"Apa yang akan kita lakukan saat ini?" Pertanyaan itu di ajukan oleh Max.
"Untuk saat ini kita harus waspada dengan sekeliling, karena orang misterius itu masih belum di ketahui siapa dan untuk apa dia melakukan ini semua." peringatan dengan meluncurkan tatapan setajam elang Leon kerahkan dan mendidik 4 orang partner yang berdiri di kamarnya."Kalian harus waspada, jangan sampai lengah sedikitpun. Sekarang kembalilah ke kamar kalian, masalah orang misterius itu untuk saat ini kita diami saja, kita hanya perlu hati-hati saja ke depannya."
Mereka mengangguk paham lalu keluar dari dalam kamar Leon dan menuju kamar mereka masing-masing. Leon meletakkan rekaman video itu di atas meja, ia lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Di luar Aletta dan Oliver tengah menatap apartemen yang menjulang tinggi dari depan apartemen mereka.
"Bagaimana cara kita masuk ke dalamnya, sedangkan penjagaannya seketat itu?" Aletta menatap penjagaan ketat di apartemen lawan tanpa kedip.
"Kayaknya emang hanya kamu sendiri yang bisa masuk ke dalam apartemen itu."
Ucapan itu kontan membuat Aletta mengalihkan pandangan."Caranya?"
"Kamu hanya tinggal menjadi petugas kebersihan di sana agar kamu bisa menyelinap masuk ke dalam kamar Leon. Aku merasa rekaman cctv itu berada di tangan Le." prediksi Oliver.
"Kalau tidak ada di sana, aku harus mencarinya di mana lagi?" belum memulai, keraguan masih tersirat di wajah Aletta.
"Di kamar Lux, tapi kemungkinan besar rekaman cctv itu berada di tangan Le. Kau hanya perlu nyari di mana kamar Le saja." sahut Oliver yakin sepenuhnya.
"Baiklah."
"Ambilah ini dan pakailah, baru kau bisa lolos dari penjaga itu." barang dalam satu tempat Oliver serahkan.
Aletta mengambil paper bag yang berisikan pakaian petugas kebersihan.
"Ganti di toilet umum, jangan di apartemen ini karena pasti penjaga di sana akan tau kalau kau warga negara China." suruh Oliver.
Aletta berjalan mencari toilet umum, setelah cukup lama ia mencarinya, akhirnya ia menemukannya juga. Usai berganti pakaian, ia memasang wig dan juga kacamata."Dengan begini tak akan ada yang mengenali ku dan aku bisa mencuri rekaman itu tanpa ada yang curiga."
Aletta menatap dirinya di cermin yang berubah total mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Puas menatap diri sendiri, Aletta kemudian keluar dari dalam toilet umum dan berjalan mendekati apartemen Le.
Tiba-tiba senjata api tentara Jepang yang menjaga apartemen itu langsung terangkat.
"Siapa kau?" tegasnya mengintimidasi.
Aletta panas dingin dengan pernyataan dari tentara itu, ia mendadak bisu.
"Bagaimana ini, aku harus jawab apa." batin Aletta yang terus menunduk.
"Cepat katakan siapa kau sebenarnya?" desak para petugas yang jauh lebih waspada setelah kejadian beberapa jam yang lalu.
Aletta hendak bicara tiba-tiba.
"Apa kau petugas yang kemarin melamar pekerjaan?" manager yang penasaran siapa yang datang langsung menyelak.
"Iya Pak, itu saya." wajah Aletta.
"Ayo-ayo masuk." manager itu menggiring Aletta. Dengan senang hati Aletta masuk ke dalam apartemen itu, ia bernapas lega karena berhasil lolos dari petugas keamanan yang menjaga ketat apartemen ini.
Oliver yang melihat Aletta dari kejauhan telah masuk ke dalam apartemen merasa lega. Oliver melihat Aletta dari apartemennya, ia tidak berani mendekati apartemen Le yang di jaga ketat.
Aletta mengikuti manager yang tanpa sadar membantunya terbebas dari penjaga.
"Kau bersihkan setiap kamar-kamar yang ada di sini, jangan biarkan ada satu debupun yang tertinggal, mengerti!" peringat manager.
Aletta menganggukkan kepala."Mengerti Pak."
"Sekarang kerjakan."
Manager itu meninggalkan Aletta sendirian. Aletta mengambil sapu dan berjalan mencari kamar Le.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments