Wabah Zombie mendunia [Telah Revisi]

Max dan Ishaan tengah berada di dalam helikopter. Baling-baling helikopter berputar mengeluarkan suara nyaring. Helikopter membawa mereka terbang menuju negara gawat darurat, namun sering kali helikopter transit untuk mengisi bahan bakar di beberapa negara yang mereka lewati. Dan kini helikopter itu sudah berada di negara tujuan, dari bandar udara mereka melihat kekacauan yang teramat sangat dahsyat di kota metropolitan tersebut.

"Ishaan kita akan mendarat di mana?"

Ishaan diam, dia melihat wabah yang menyerang Korea Selatan begitu mengerikan dan kini wabah itu sudah tersebar di seluruh ibu kota."Benar-benar kacau, lihatlah kota ini sudah berubah total."

Pemandangan indah negara Korea berubah menjadi lautan manusia ganas yang menginginkan manusia lain. Amburadul kondisi terkini di lokasi dengan zona merah tersebut.

Max tidak menjawab, ia mendaratkan helikopternya di atas salah satu gedung besar yang ada di sana. Mereka berdua turun dari helikopter.

"Zombie mana yang akan kita buru?" Dari ketinggian Max melihat ke bawah yang banyak zombie-zombie berkeliaran bebas.

"Yang itu saja." tunjuk Ishaan ke arah pria dengan postur tubuh kurus."Dia lebih mudah untuk kita bawa pulang ke Amerika."

Max mengangkat pistol dan-

Dor!

Peluru itu menancap tepat di tubuh pria yang di tunjuk oleh Ishaan. Pria yang telah berubah menjadi zombie itu tewas di lokasi, terkapar di bawah dalam kondisi meregang nyawa.

Seketika semua zombie yang mendengar suara tembakan itu langsung mengerumuni zombie yang sudah berhasil Max tembak.

"Kenapa mereka semua mendekati zombie itu?" kening Ishaan mengerut, matanya membidik tajam ke arah semua kawanan zombie.

Max mendiamkan pertanyaan itu. Max menatap ke arah zombie-zombie yang mengerumuni zombie yang sudah tewas tiba-tiba.

Drrt

Drrt

Ponsel Max berbunyi dan tertera nama Leon yang keluar.

"Siapa yang menghubungi mu?" penasaran Ishaan.

"Leon." jawab singkat Max.

"Cepat angkat."

Max langsung mengangkat telpon itu.

"Max, bagaimana situasi di sana?" suara khas Leon yang serak dan penuh wibawa menyapa telinga.

"Kacau, kota ini sudah di penuhi zombie, tidak ada satupun manusia yang ku lihat di sekitar sini." apa adanya jawaban Max, sungguh malang nasib kota yang dulunya terlihat mengagumkan namun sekarang sangat memilukan.

"Bawakan rekaman situasi di sana, aku ingin melihatnya." perintah Leon.

"Baik, aku akan mengirimnya."

Leon menutup sambungan setelah mendengar jawaban Max.

"Apa yang Leon minta?" Ishaan begitu penasaran, karena sebelumnya lelaki itu sangat santai menanggapi masalah ini.

"Dia menyuruh ku merekam kota ini untuk melihat situasi yang sebenarnya. Entah ada tujuan apa di otaknya saat ini." sahutan Max sukses membungkam bibir Ishaan.

"Pakailah ini, aku sengaja membawanya untuk berjaga-jaga, kau bisa merekam semuanya dengan sempurna jika menggunakan ini." Ishaan memberikan drone yang di bawa khusus untuk jaga-jaga.

Max mengambilnya lalu menerbangkan drone itu agar situasi di ibu kota dapat tertangkap dengan sempurna. Ishaan melihat ke arah zombie yang sudah tewas, zombie-zombie yang tadinya mengepung sudah pergi."Semua zombie-zombie itu sudah pergi, Max ayo kita bawa zombie itu kembali ke Amerika."

Mereka berdua turun dari gedung besar itu hanya dengan satu kali lompat, tak ada rasa takut yang terasa di diri mereka saat loncat dari atas gedung setinggi itu. Mereka berdua mengamati betul-betul zombie yang sudah tewas itu.

"Apa dia benar-benar sudah tewas?" Max belum yakin sepenuhnya.

"Tentu saja, tidak akan ada yang selamat dari tembakan mu." sebut Ishaan.

tap

tap

tap

Dengan pelan-pelan mereka mendekati zombie yang sudah tewas itu dengan terus waspada.Langkah kaki mereka berhenti tepat di dekat tubuh zombie yang sudah tak berdaya.

Max menginjak tangan zombie itu untuk memastikan jika dia benar-benar sudah mati atau tidak."Tidak ada pergerakan, zombie ini benar-benar sudah mati."

"Ayo kita bawa dia kembali ke Amerika, kita sudah berjanji akan kembali dalam waktu 10 jam." ajak Ishaan.

Max mengangguk, mereka hendak mengangkat zombie itu tiba-tiba.

"Tunggu Max." cegat Ishaan.

"Ada apa shaan?" pandangan Max mengarah pada rekannya yang berdiri di samping.

"Lihat, itu lebih menarik untuk kita bawa ke Amerika." tangan Ishaan menunjuk ke arah seorang wanita yang lagi hamil besar dan kini sudah berubah menjadi zombie. Wanita itu berjalan sendirian. Di tempat mereka berdiri mendadak sepi oleh kawanan zombie.

"Apa yang menarik darinya?" Max tak paham kemana jalan pikiran lelaki itu.

Ishaan hanya tersenyum dengan tatapan penuh makna tersirat di dalamnya, ia terus menatap wanita hamil itu yang ada di seberang jalan.

"Apa kau menyukainya?" spontan kata-kata itu meluncur di bibir Max.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau menatapnya seperti itu?"

Ishaan tidak menjawab, ia mengangkat pistolnya dan-

Dor!

Peluru itu bersarang tepat di tubuh wanita yang tengah hamil besar itu.

BRUAK!

Tubuh wanita itu langsung ambruk dan tidak sadarkan diri.

Ishaan mendengar suara bergemuruh yang mendekat. Tanpa aba-aba pemuda itu mendekati zombie yang dalam keadaan mengandung dan kini sudah tewas, lalu menggendongnya, kemudian lelaki itu berlari mendekati Max kembali."Max ayo kita pergi dari sini."

Kepanikan datang menyergap, dari segala arah zombie-zombie ganas datang mendekati. Mereka dengan sigap langsung masuk ke dalam gedung besar itu, dengan menggunakan akses lift mereka pergi ke tempat di mana helikopter terparkir rapih.

Suara-suara zombie saling bersahutan terdengar di telinga mereka. Suara peluru yang bising memicu kedatangan mereka.

"Kayaknya zombie-zombie itu mendekati gedung ini, kita harus cepat-cepat pergi dari sini." perasaan tidak tenang menghampiri Ishaan. Tempat di mana diri sedang melakukan aksi, sedang di blokade oleh ratusan zombie yang kelaparan.

Saat lift terbuka, mereka langsung berlari mendekati helikopter. Tak lupa zombie itu di bawa pulang karena maksud kedatangan mereka hanya karenanya. Ishaan menerbangkan helikopternya dan meninggalkan tempat itu.

Badan helikopter terbang tinggi di udara, ratusan zombie di bawah melihat itu mereka malah berteriak keras seakan tidak rela melepaskan kepergian mereka. Andai saja Max dan Ishaan telat sedikit saja, sudah pasti mereka akan kesulitan mendatangi titik henti helikopter. Mengingat banyaknya manusia yang terjangkit virus zombie yang hingga detik ini tidak ada penawarnya.

"Max, apa kau sudah mengirim apa yang Leon minta?" sambil menyetir helikopter, pertanyaan Ishaan layangkan.

"Belum." pemuda yang sedang fokus menatap kekacauan kota Seoul menjawab. Teruknya keadaan, membuat Max sulit berkata-kata.

"Cepat kirim, Leon pasti sedang menunggunya." seru Ishaan.

Max mengirim rekaman video yang dia ambil dari drone yang sudah ia terbangkan. Jika lelaki itu tidak kunjung melakukan, maka Ishaan tidak akan berhenti mengoceh.

Ting

Pesan masuk ke ponsel Leon dan tertera nama Max yang keluar. Leon melihat video yang Max kirim dari laptopnya. Video seputar zombie yang Max dan Ishaan bunuh terlihat di video itu dan juga situasi ibu kota Korea Selatan yang kacau balau terlihat dengan jelas mata. Leon mengamati video itu dengan seksama namun tiba-tiba.

Drrt

Drrt

"Kenapa?"

"Apa kau sudah melihat rekaman yang aku kirim?" tanya Max di ujung telpon.

"Sudah."

"Apa kau yakin akan menyelesaikan wabah zombie ini?"

"Yakin"

"Leon situasi di Korea Selatan khususnya di ibu kota sedang tidak baik-baik saja, di kanan dan kiri semuanya penuh dengan zombie, akankah kita bisa menyelesaikan wabah ini, aku merasa tidak yakin." kekhawatiran memuncak di kepala Max.

"Tapi aku yakin kalau kita bisa menyelesaikan hal ini."

"Tapi kemungkinan sulit." patah semangat Max sebagai seorang penyelamat yang di agung-agungkan manusia.

Leon tidak menjawab."Sekarang kau ada di mana?"

"Aku berada di udara, apa kau ngin menjemput ku?"

"Cepat bawa zombie itu ke profesor Gilbert, biar kita tau hasilnya, apakah ada orang yang berada di balik wabah zombie itu atau tidak." Leon mengingat kembali pekerjaan mereka yang belum selesai secara keseluruhan.

"Baiklah aku akan segera ke sana."

Leon hendak menutup sambungan telepon.

"Tunggu-tunggu Leon." tiba-tiba suara Max menghentikan.

"Ada apa lagi?" nada malas tersebut dari bibir seorang pemuda bermata setajam elang dengan wajah perfect.

"Aku penasaran, kenapa zombie-zombie itu mendekati kami ketika mendengar suara senjata api, apakah kau tau jawabannya?" pertanyaan baru di luncurkan Max.

Terpopuler

Comments

Vallensia

Vallensia

?

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!