Matahari terbit dengan gagah, dan momentum itu yang di inginkan oleh semua orang, terlebih para agent besar yang mendatangi satu negara dengan potensi dekat dengan negara zona merah lebih banyak.
Agen YSL tiba di Tokyo Jepang. Kedatangan mereka di sambut hangat oleh aparat keamanan yang bertugas menjaga dan melindungi bandara karena hari ini banyak sekali orang-orang penting yang mendatangi negara Jepang. Saat mereka keluar dari dalam bandara, seketika wartawan dari berbagai stasiun televisi langsung menyerbu dan mengerumuni.
Beragam pertanyaan juga di ajukan oleh para reporter.
"Presiden John bagaimana tanggapan anda tentang wabah zombie yang melanda Korea Selatan?" tanya salah satu reporter.
"Apakah anda merasa jika wabah zombie itu akan menyebar ke seluruh dunia?"
"Saya tidak bisa memastikan, tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikan persebaran wabah zombie itu." Presiden John menjawab dengan bijak.
"Bagaimana cara anda menghentikannya?"
"Itu masih bersifat rahasia." kata-kata itu lepas di bibir presiden Amerika yang di sorot dengan sepenuhnya oleh wartawan dari berbagai belahan dunia.
"Bapak presiden John apa anda sudah memprediksi jika wabah zombie ini akan terjadi sebelumnya?" pertanyaan itu menarik perhatian dan sangat menusuk.
"Saya tidak pernah berpikiran ke arah sana, wabah zombie ini terjadi di luar dugaan saya." senyum masih melengkung di bibir Presiden Jonh. Tanggapan dengan baik di lakukan, berusaha menetralkan suasana dengan mengambangkan senyum di hadapan kamera.
"Presiden John apakah anda merasa curiga dengan wabah zombie ini?"
"Curiga, curiga seperti apa maksudnya?" kening presiden John mengerut tak paham.
"Wabah zombie ini terjadi di Korea Selatan, apa anda tidak merasa curiga jika sebenarnya wabah zombie ini memang sudah di rekayasa oleh negara Korea Selatan dengan bertujuan untuk menguasai dunia?" pola pikir satu reporter itu cukup mencelos jantung para pendengar.
"Itu tidak mungkin, wabah zombie yang terjadi di negara Korea adalah suatu musibah yang tidak di rencanakan oleh pihak manapun, bahkan presiden Korea Selatan saja tidak pernah memprediksi jika wabah zombie ini akan melanda di negaranya." jawaban tegas di tekan dengan kuat oleh Presiden AS.
Agent YSL yang berdiri di belakang Presiden John waspada dengan sekitarnya. Mereka yang di hadapan kamera bertugas sebagai pengawal terus bungkam dengan kondisi mata mengintai semua orang.
"Presiden John kami mendapatkan informasi jika sebenarnya wabah zombie ini sudah di rencanakan oleh negara Amerika dan negara-negara lainnya, apakah itu benar presiden John?" asumsi itu sangat membuat Leon mengepalkan tangan. Amarah timbul di hati lelaki itu, namun bibir tidak bisa berkutik.
Presiden John yang mendengar pertanyaan dari salah satu netizen pun termangu karena pernyataan itu salah total."Itu tidak benar, saya tidak pernah sama sekali merencanakan jika akan ada wabah zombie di negara Korea maupun di negara lainnya, saya tidak tau menahu tentang zombie itu." tegas presiden John.
Wartawan terus saja melontarkan beragam pertanyaan, namun agent YSL dan presiden John tak bisa menanggapi secara keseluruhan, mereka memilih pergi dari sana begitu sangat sulit karena di sekelilingnya penuh dengan wartawan. Tentara Jepang berusaha membubarkan kerumunan itu namun terlihat begitu sulit karena para reporter tidak menghiraukan sama sekali.
Mata elang Leon melihat banyaknya orang yang berada di sekitar. Tiba-tiba tatapan elang itu berhenti pada satu pria yang berada di sebelah kanan pojok sedang mengenakan seragam seperti tentara.
"Presiden John apakah Amerika serikat yang sudah menciptakan zombie itu?"
"Presiden John jawab pertanyaan kami."
"Benarkan Amerika serikat yang sudah menciptakan zombie itu?"
Pertanyaan itu terus di ucapakan oleh wartawan tapi presiden John masih tidak kunjung menjawab. Beliau berusaha menjangkau mobil yang terparkir di depan bandara. Para tentara Jepang menjadi pagar agar orang-orang penting itu bisa melintas di tengah kerumunan.
"QR93." kalimat itu terucap di bibir Leon.
Agent YSL yang mendengarnya dari earphone langsung waspada.
"Presiden John bagaimana cara menghentikan zombie itu?"
"Kami butuh jawaban anda Pak."
"PKTVX." Lagi-lagi Leon menyebutkan kode-kode yang membuat agent YSL semakin waspada.
Leon melihat ke arah tentara yang masih berada di pojokan dengan terus melihat ke arah mereka semua. Tentara itu mengangguk-angguk kepalanya seperti ada orang yang berbicara padanya di balik earphone itu. Tatapan tentara itu menatap tajam tanpa berkedip ke arah Leon dan agent YSL lainnya.
Tiba-tiba tentara itu mengangkat senjata apinya dan mengarahkan ke arah presiden John.
"RM." tutur Leon.
Seketika agent YSL langsung berada di kanan dan kiri presiden John. Mereka berusaha berjalan menuju mobil hitam yang menunggu mereka semua.
Pria berseragam tentara Jepang masih terus mengangkat senjata api, tapi tak kunjung melepaskan peluru karena Presiden John terus bergerak serta banyaknya wartawan yang menghalangi tubuh Presiden John sehingga membuat tentara itu kesulitan menembak dengan tepat.
"Presiden John jawab pertanyaan kami."
"Presiden John."
"Presiden John."
Presiden John masuk ke dalam mobil hitam yang sudah menunggunya, lalu di susul dengan agent YSL.
"Presiden John jawab pertanyaan kami."
"Apa benar negara Amerika ada sangkut pautnya dengan bencana zombie yang terjadi di Korea Selatan?"
"Tolong beri kami penjelasan."
Wartawan masih terus berusaha agar pertanyaannya di jawab oleh pemimpin negara Amerika.
"Cepat jalan." seru Leon, suara lelaki itu terdengar panik.
Dengan cepat Pak supir langsung melajukan mobil meninggalkan bandara. Leon yang kebetulan duduk di dekat kaca melihat ke arah tentara yang kesal karena sasarannya berhasil selamat.
"Ada apa Leon?" merasa ada yang tidak beres, Presiden John menatap wajah Leon yang tegang.
"Tidak ada apa-apa Pak, semuanya aman terkendali." kata-kata memutus pertanyaan.
Mobil terus melaju hingga berhenti tepat di depan apartemen yang sudah di sediakan oleh pemerintah selama mereka berada di Jepang. Presiden John masuk ke dalam kamarnya sedangkan Leon berjalan menuju kamarnya.
"Le, ada apa ini sebenarnya, kenapa kau gelisah?" Max tak buta, ia melihat ada raut cemas di wajah temannya semenjak tadi. Terdata itu terjadi saat masih di bandara.
"Le, awab pertanyaan ku, kenapa kau diam saja!" desakan di keluarkan, tapi sosok bersangkutan masih diam tanpa pergerakan.
Leon, lelaki itu mengatupkan bibir, kaki sibuk melangkah di koridor apartemen, sementara mereka berempat masih mengikuti dari belakang dengan rasa penasaran yang menari-nari di kepala. Kamar nomor 1045 menjadi titik pemberhentian, Leon duduk di sofa dengan tenang, matanya melirik satu orang."Lux, ambil rekaman di bandara."
Sosok yang di tunjuk mengangguk, lalu mengeluarkan laptop dan mulai beraksi. Kecepatan merentas lelaki itu tak perlu di ragukan, huruf-huruf dan angka-angka yang di tekan sampai sulit di tangkap oleh mata saking cepatnya. Dalam waktu kurang dari 30 detik, apa yang di minta telah berhasil berada dalam genggaman.
"Rekaman cctv, ada apa sebenarnya Tiger?" Lucas semakin bingung dengan Leon yang ambigu. Wajah lelaki itu tenang seperti lautan, tapi nada bicaranya tak bisa berbohong.
"Le, katakan sesuatu!" upaya untuk membuka bibir tipis itu tak berhenti Ishaan ajukan.
"Kalian akan tau segalanya setelah ini, bagaimana Lux, apa kau bisa mendapatkannya?" Leon menatap satu rekan yang sibuk berkerja.
"Tentu saja, lihatlah ini." Sebuah rekaman cctv saat agent YSL dan Presiden John tiba di bandara Tokyo di putar. Semua agent YSL menyaksikan rekaman itu dengan seksama.
Di menit 1.18 Leon menajamkan pengelihatan."Stop."
Lux dengan sigap menghentikan rekaman video.
"Coba kau zoom tentara yang berada di baris ke tiga yang berdiri di pojokan itu." kalimat perintah Leon luncurkan.
Dengan mudah Lux dapat melakukan itu, target yang di inginkan kini wajahnya terlihat makin jelas.
"Gelagat tentara itu nampak aneh, tak seperti tentara-tentara lainnya." Max menyadari sesuatu, matanya tidak berbohong, ia melihat kejanggalan dari seorang tentara yang bertugas untuk menjaga keamanan.
"Apa itu yang membuat mu menyuruh kami untuk waspada?" satu alis Lux naik, tatapan menatap sosok sedamai lautan.
Leon tidak menjawab, ia masih terus memperhatikan betul-betul rekaman cctv yang masih terus berjalan.
Di dalam rekaman cctv itu terlihat jika tentara yang menjadi target kini seperti berbicara dengan seseorang, tetapi tatapan matanya terus menatap tajam ke arah agent YSL, khususnya Presiden John.
Leon menajamkan penglihatannya ketika ada kelima wartawan yang baru datang, setelah itu terlihat jika presiden John merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan oleh wartawan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments