Selangkah lagi [Telah Revisi]

"Jadi di sini presiden Arnold di tembak." ujar Ishaan. Lelaki itu termenung menatap penampakan darah yang berceceran di lantai.

"Ishaan, ayo pergi." Tanpa menjawab Ishaan langsung mengikuti Lucas yang hendak pergi.

Netra Ishaan bergerak menyusuri segala tempat, dan terdapat banyak tentara yang mengisi pandangan. Tanda-tanda mencurigakan juga tidak di temukan, semuanya bersih tak bernoda."Gak ada apapun di sini, orang yang sudah menembak Presiden Arnold juga tidak di temukan, aku rasa dia sudah pergi."

"Tapi aku yakin kalau dia masih belum pergi." keyakinan penuh Lucas membuat lelaki itu berjalan menuju satu arah.

Melihat itu, Ishaan mengerutkan kening."Kemana?

"Keruangan cctv."

"Percuma Lucas, rekaman itu pasti sudah di hapus. Lux saja tidak bisa mendapatkan rekaman itu apalagi kita." cegat Ishaan dengan terus menekankan untuk jangan membuang-buang waktu untuk hal yang penting.

Sosok bernama Luca tidak menjawab ia terus berjalan tanpa mempedulikan Ishaan yang terus menerus mengoceh tak jelas. Lucas berhenti tepat di depan ruangan cctv. Menatapnya sebentar lalu memegang gagang pintu dan membukanya perlahan-perlahan. Lelaki itu mengintip apakah di dalam ruangan cctv ada orang atau tidak.

"Aman, ayo kita masuk." Lucas memberanikan diri melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam di susul oleh Ishaan di belakangnya.

Senyapnya ruangan itu membuat kedua manusia tersebut leluasa bergerak. Lucas mengotak-atik komputer di depannya, berusaha mencari rekaman detik-detik Presiden Arnold tertembak."Tidak ada." kekesalan memuncak di wajah lelaki itu.

"Apa aku bilang, rekaman cctv itu pasti sudah di hapus, ayo kita keluar sebelum ada tentara yang menyadari jika kita sudah masuk ke dalam ruangan ini tanpa izin. Sebelumnya hapus dulu rekaman cctv saat kita masuk ke sini." perintah Ishaan.

Lucas mengangguk lalu menghapus rekaman yang akan dapat membuatnya dalam masalah."Sudah."

"Ayo kita keluar."

Mereka berdua keluar dari dalam ruangan cctv. Saat hendak berjalan keluar dari dalam bandara, tiba-tiba Lucas melihat ada tentara yang masuk ke dalam salah satu ruangan. Tentara itu menggunakan masker di wajahnya."Mau kemana dia? Eh tunggu-tunggu itu bukannya tentara yang tadi mau mencelakai Presiden John."

"Mana?" celingukan Ishaan menatap ke sana kemari.

"Lihat, dia masuk ke dalam ruangan itu." Lucas menunjuk ke arah ruangan yang tidak tau di jadikan tempat apa.

"Kita harus ikutin, karena dia adalah tersangka yang sudah mencelakai Presiden Arnold." ajak Ishaan membidik punggung sosok yang hilang tatkala pintu berhasil di tutup.

Mereka berdua berlari mendekati ruangan itu, membuka pintu yang di dalamnya serba kaca.

"Kemana tentara itu, kenapa tiba-tiba menghilang?" tak tertangkap satupun manusia di dalam ruangan penuh dengan kaca di mata Lucas.

"Dia pasti ada di sekitar sini, kita harus temukan dia." Ishaan bergerak mencari di tempat kosong itu. Dalam hatinya tak mungkin apabila ada manusia yang tiba-tiba hilang begitu saja. Pasti sosok itu bersembunyi.

Mereka bergerak dengan mengangkat senjata apinya dan berjalan dengan waspada.

tap

tap

tap

Suara langkah kaki mereka memecah keheningan. Mereka melihat ke kanan dan kiri dengan sangat waspada. Di ruangan itu tidak ada apapun yang mereka temukan, tentara yang tadi mereka lihat juga tidak ada di sana. Langkah keduanya berhenti tepat di depan tangga darurat.

tap

tap

tap

Telinga mereka mendengar ada suara orang berlari di atas. Dengan cepat mereka menaiki tangga dan ternyata tangga itu terhubung dengan atap bandara.

"Berhenti, jangan lari." teriakan Ishaan menggelegar kala melihat sosok misterius yang mendekati pinggiran atap.

Tentara palsu yang mendengar teriakan itu berhenti sebentar, lalu melihat ke arah mereka. Sedetik kemudian ketegangan menghampiri secara global. Sosok tentara gadungan kembali berlari meneruskan perjalanan.

Ishaan dan Lucas mengejar tentara palsu yang hendak melarikan diri. Saat sosok tentara palsu sudah sampai tepat di pinggiran atap, dengan cepat Lucas menarik kerah bajunya.

Tentara palsu tercekat, ketakutan menghampiri. Terlebih saat ia tau siapa yang kini mengejarnya.

"Mau pergi kemana kau? Cepat katakan siapa kau sebenarnya dan kenapa kau mencelakai presiden Arnold?" sergah Lucas menatap serius, kegeraman tadi di pendam, di keluarkan secara keseluruhan.

Ishaan mengarahkan pistol tepat di kepala tentara yang masih menggunakan masker di wajahnya.

"Cepat katakan!" hardik Ishaan.

Tiba-tiba tentara palsu menendang perut Ishaan dan membuat senjata apinya terjatuh, ia lalu berganti menendang Lucas hingga Lucas mundur beberapa langkah.

Bugh!

Mereka berdua meringis menahan sakit.

Tentara palsu menggunakan kesempatan ini untuk kabur.

"JANGAN PERGI!" jerit Ishaan.

Tentara palsu keburu meloncat dari atas atap bandara dan jatuh tepat di jalanan lalu berlari menuju mobil yang menantinya di seberang jalan.

"Arrrrgghh, tingkah selangkah lagi kita bisa menangkap dia!" teriakan kekesalan Ishaan tak dapat di bendung, manusia itu menyesali perbuatan yang kurang cekatan.

"Kurang ajar." maki Ishaan belum berdamai dengan kekalahan.

Ishaan menendang sesuatu yang ada di hadapannya. Lucas mengerutkan alis melihat benda yang Ishaan tendang. Lucas merasa tak asing dengan benda itu, ia lalu mengambilnya."Ishaan lihatlah, ini bukannya kamera?"

Seketika kemarahan tak jelas Ishaan langsung menghilang, kemudian ia berlari mendekati Lucas."Dari mana kau mendapatkannya?"

"Aku menemukannya di sini." sahut Lucas.

Ishaan mengamati kamera kecil yang di temukan oleh Lucas."Kayaknya kamera ini milik tentara palsu itu."

"Tidak salah lagi, kita harus berikan kamera ini pada Le." wajah sumringah Lucas terlihat jelas. Dari balik kekalahan, masih terdapat hal yang membuat datangnya kebahagiaan.

"Iya, ayo kita balik ke apartemen." ajak Ishaan.

Lucas setuju, Ishaan mengantongi rekaman itu ia lalu mengambil senjata api yang tergeletak di bawah dan berjalan mendekati tangga kembali. Mereka keluar dari dalam ruangan itu, kemudian melakukan perjalanan keluar dari bandara. Sambil berjalan, mata mereka melihat penjagaan yang sangat ketat. Orang-orang yang berada di bandara ini tidak banyak, hanya orang-orang penting saja yang ada.

Tiba-tiba tatapan Lucas jatuh pada satu orang."Ishaan itu bukannya Oliver."

"Mana?" manik mata Ishaan menilik kanan kiri.

"Di sebelah kanan mu, dia berdiri di dekat tangga." dengan berbisik Lucas memberi tau. Dan juga lelaki itu menjawab dengan posisi pandangan terus ke depan, tak sedikitpun melirik ke arah Oliver.

"Aku rasa mereka juga sedang menyelidiki kasus Presiden Arnold yang tertembak di sini." Ishaan tidak melihat ke arah Oliver, hal itu ia lakukan demi gerakan tidak terlalu sensitif."Ayo pergi."

Kedua manusia itu berjalan keluar dari bandara.

Oliver melihat dua anggota dari agent YSL yang juga berada di bandara."Sudah ku duga mereka pasti ada di sini."

Oliver menatap mereka berdua yang berada di seberangnya. Dengan tatapan tajam Oliver menghunus lekat ke arah punggung mereka yang terus berjalan.

"Oliver." Panggilan dari Nicholas membuyarkan segalanya.

Pandangan Oliver beralih ke samping."Bagaimana? Apa kau menemukan rekaman itu?"

"Rekaman itu tidak dapat di temukan, aku rasa ada orang yang sudah mengambil atupun menghapusnya." dua jawaban kemungkinan Nicholas hanturkan.

"Sudah ku duga." tatapan tajam Oliver kembali menyorot dua punggung yang bisa tetapkan sebagai tersangka.

"Siapa yang kau curigai?" dari tatapan maut itu, Nicholas bertanya.

"Lihatlah, itu adalah anggota agent YSL." Oliver menunjuk ke arah Lucas dan Ishaan yang hampir tak terlihat."Aku rasa mereka yang sudah mengambilnya."

"Mereka sudah bergerak cepat rupanya. Sekarang ayo kita kembali ke apartemen, yang lain pasti sedang menunggu kita." ajak Oliver.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!