Zombie atau manusia? [Telah Revisi]

"Aku akan jawab besok beserta hasil penelitian dari profesor Gilbert, kau bisa mendengar segalanya esok hari." Tanpa banyak bicara lagi, Leon menutup sambungan telepon setelah mengatakan hal itu.

"Apa jawaban Leon?" di bangku pilot, Ishaan bertanya.

"Dia tidak menjawab." wajah kesal Max terlihat menonjol, rasa penasaran yang membeludak itu tidak terselesaikan dengan secepat kilat. Diri harus menunggu hari berganti demi mendengar jawaban pasti.

Ishaan tersenyum, sudah tau seperti apa watak temannya yang sulit di tebak.

"Cepat bawa aku kembali ke negara asal ku, waktu tinggal satu jam lagi, kita harus sampai di Amerika sebelum matahari terbenam."

Ishaan diam dan terus fokus

menerbangkan helikopter untuk segera tiba di negeri paman syam yang terkenal dengan kemewahan dan juga sangat di kagumi semua negara.

...••••...

Di dalam gedung besar, profesor Gilbert sangat gelisah karena Max dan Ishaan belum juga kembali.

"Kemana murid mu itu, kenapa masih belum kembali, mereka bilang akan kembali dalam waktu 10 jam, tapi sampai sekarang mereka masih belum kembali juga." profesor Gilbert mondar-mandir tak karuan. Pikiran memunculkan bayang-bayang ketakutan yang mungkin saja menimpa 2 orang kesayangan negara.

"Ini masih 9 jam mereka pergi, kurang satu jam lagi, sebentar lagi juga mereka akan kembali, kau tidak usah khawatir." wajah santai Anton masih melekat dengan indah.

Profesor Gilbert tidak bisa tenang, ia terus memikirkan mereka berdua yang tak kunjung kembali padahal sebentar lagi matahari akan terbenam dan kegelapan akan resmi menutup bumi Amerika.

Tiba-tiba pendengaran mereka berdua menangkap suara baling-baling yang mendekat, dari kejauhan saja suara khas helikopter sudah dapat telinga deteksi.

"Sepertinya itu mereka." wajah berbinar Anton menyelimuti secara menyeluruh, lelaki itu lantas berlari keluar dari gedung.

Di depan gedung laboratorium terbesar di Amerika Serikat mereka berdiri memandang helikopter yang akan segera mendarat tersebut.

Ishaan dengan sempurna mendaratkan helikopter di halaman depan gedung laboratorium. Mereka berdua keluar dari dalam helikopter dengan membawa zombie yang sudah mereka bunuh.

Mereka berjalan mendekati profesor Gilbert dan Anton yang jelas menunggu kedatangan mereka berjam-jam.

"Bagaimana? Aku bisa kembali dalam waktu 10 jam bukan?" Max bangga setelah menempati janji yang di lempar sebelum pergi.

Profesor Gilbert menjawab dengan deheman saja."Bawa dia ke ruangan ku."

Ishaan menggendong tubuh wanita hamil itu menuju ruangan laboratorium pribadi profesor Gilbert yang terletak di lantai 3. Ruangan laboratorium itu pemerintah fasilitasi kepada profesor Gilbert selaku profesor yang sudah banyak membantu negara AS dalam kesulitan yang sering kali di hadapi di bidang kesehatan.

Anton dan profesor Gilbert mengikuti mereka berdua dari belakang. Mereka meletakkan tubuh zombie yang sudah tewas itu di atas brankar.

"Keluarkan bayinya, aku ingin lihat apakah bayi itu terlahir sebagai manusia atau zombie." titah Ishaan.

"Kalau bayi itu terlahir sebagai zombie, bagaimana?" kalimat penantang Max hanturkan. Satu alis pemuda naik sebelah.

"Aku akan langsung membunuhnya. Jika bayi itu terlahir sebagai manusia, aku akan merawatnya dan membiayai kebutuhannya." janji Ishaan.

"Profesor cepat keluarkan bayi itu." tak sabar Ishaan melihat bayi dari ibu yang sudah menjadi zombie.

"Keluarlah kalian, ini semua biar aku yang menangani." usir profesor Gilbert yang pengap dengan keberadaan 3 agent itu.

Mereka bertiga keluar dari dalam ruangan itu, di sana hanya tersisa profesor Gilbert dan beberapa suster serta dokter pembantu.

"Max kenapa kau membawa wanita hamil itu ke sini?" Anton mengintrogasi 2 anak buah yang punya misi di dalam misi.

"Aku tidak membawanya, Ishaan yang membawanya. Kau tanyakan saja padanya kenapa dia kekeuh mau wanita hamil itu yang akan di jadikan penelitian." tidak mau di salahkan, Max langsung menunjuk dalang utama.

Tatapan Anton tertuju pada Ishaan, tersirat dari matanya keinginan yang sebenarnya keluar dari bibir target yang hati ketahui punya tujuan lain di balik wabah ini.

"Aku hanya ingin tau apakah bayi yang lahir dari ibu yang sudah berstatus zombie akan berubah menjadi zombie juga atau tidak. Itu saja." dengan enteng lelaki itu menjawab.

"Jika anak itu menjadi zombie, lalu dia membuat kekacauan di sini, bagaimana? Kau yang akan bertanggung jawab!" dari awal Max tidak menyukai keinginan Ishaan yang ingin membawa pulang wanita hamil itu, akan tetapi kondisi saat itu sedang tidak memungkinkan, sehingga mau tidak mau Max harus menurut.

"Iya, aku yang akan bertanggung jawab, kalian tidak usah khawatir, masalah bayi itu biar aku yang menanggungnya, karena aku yang sudah membawanya ke sini, aku jamin dia tidak akan mengacaukan negara ini."

"Tapi Ishaan, aku yakin sekali jika bayi itu pasti sama seperti ibunya, percuma kau bawa di ke sini." opini Max.

"Max wabah zombie yang merebak di Korea Selatan terjadi baru-baru ini, sedangkan wanita itu sudah mengandung sebelum adanya zombie di negara Korea, aku yakin jika anak yang ia kandung masih berstatus manusia." argumentasi Ishaan.

"Tapi ibunya kan sudah berubah menjadi zombie, otomatis anaknya pasti juga sama." Max tetap mempertahankan pendirian.

"Kita lihat saja apakah benar bayi itu terlahir sebagai zombie atau tidak, kita tunggu profesor Gilbert selesai mengoperasi zombie itu." Ishaan malas berdebat, lebih baik menunggu beberapa saat sampai hasil akurat terlihat di depan mata.

Mereka diam dan menunggu profesor Gilbert keluar dari dalam ruangan serba putih itu. Waktu terus berjalan, mereka bertiga menunggu dengan tidak tenang karena sampai sekarang operasi itu belum juga selesai.

Di dalam profesor Gilbert sedang melakukan operasi caesar dengan sangat hati-hati sekali karena kandungan zombie ibu masih berumur 8 bulan dan belum saatnya bayi yang ada di rahim itu di keluarkan, namun karena keadaan tidak memungkinkan, terpaksa profesor Gilbert harus mengeluarkan bayi itu.

Krieet

Pandangan mereka langsung tertuju pada pintu yang terbuka.

"Bagaimana, apa yang keluar, manusia atau zombie?" tanya mereka bertiga kompak.

"Belum di ketahui, aku masih belum meneliti apakah bayi itu manusia atau bukan, untuk saat ini dia berada di ruangan khusus yang sudah ku sediakan." jawab profesor Gilbert.

"Tapi dia masih hidup bukan?" tanya Ishaan.

"Iya dia masih hidup."

"Kapan hasilnya akan keluar?" tanya Max tak sabaran.

"Besok, hasilnya akan keluar besok beserta dengan hasil penelitian ku tentang zombie yang sudah kalian tangkap." putus profesor Gilbert."Sekarang kalian pulanglah, masalah zombie itu, aku yang akan mengurusnya. Besok kalian juga akan tau seperti apa hasilnya."

Mereka mengangguk, satu persatu di antara mereka meninggalkan ruangan laboratorium dan berniat kembali ke kediaman masing-masing. Waktu saat ini masih menunjuk pukul 7 malam, suasana kota New York di penuhi dengan lampu yang bersinar terang.

Drrt

Drrt

Drrt

Hp Anton berbunyi dan tertera nama John pemimpin negara yang menelponnya."Halo pak."

"Antony apa Leon ada di sana?" John tak berhenti menanyakan tentang Leon, sedari tadi hanya pemuda itu yang presiden AS khawatirkan.

"Tidak pak."

"Besok siang kau dan Leon serta agent rahasia lainnya datanglah ke kantor ku. Aku ingin membicarakan wabah yang melanda korea Selatan pada kalian." pinta John.

"Baik pak, besok kami akan ke sana." jawab Anton.

Setelah mendengar itu John mematikan sambungan telepon.

"Ada apa pak?" Ishaan yang kebetulan berdiri di samping Anton berseru.

"Pak John meminta kita untuk datang ke kantornya besok siang, kalian beritahukan pada lain." interupsi Anton.

"Baik pak." kompak keduanya menjawab.

"Ayo Max kita temui Leon dan yang lain." ajakan Ishaan tidak akan Max tolak, mereka berdua bergegas pergi mendatangi para agent lainnya.

Sebuah mansion megah dan mewah terletak di pinggir jalan mereka singgahi. Rumah mewah itu tak lain dan tak bukan adalah milik Leon. Di dalam rumah bagai istana lelaki itu tinggal.

Pintu gerbang terbuka, karyawan yang bekerja di rumah itu mempersilahkan mereka masuk, para staf yang Leon pekerjakan sudah mengetahui siapa saja kawan-kawannya karena mereka sering berkunjung.

"Leon di mana kau." panggil Ishaan setengah berisik.

"Ada apa kau mencari ku?"

Langkah mereka langsung berhenti saat melihat Leon tengah berada di ruangan tamu dengan mata yang terus melihat televisi.

"Bos bilang kalau kita harus ke kantornya besok siang." beri tau Max.

Leon tidak menjawab dan hanya menatap televisi.

"Carilah informasi tentang zombie itu dan bagaimana keadaan Korea Selatan saat ini, besok kalian bawa saat ke kantor pak Anton, apa kalian bisa mendapatkannya?" Leon memastikan kedua rekannya itu.

"Bisa, kami akan mencarinya khusus untuk mu. Besok kau akan mendapatkan informasi tentang situasi di Korea Selatan, kita bertemu di kantor bos besok." dengan cepat Ishaan menjawab. Tidak mungkin berkata tidak sanggup, baginya mendapatkan hal itu adalah sesuatu yang mudah dan gampang.

Tiger menjawab dengan deheman.

Terpopuler

Comments

Vallensia

Vallensia

oh jadi itu penyebabnya Ishaan membawa dua zombie

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!