Leon dan agent-agent besar lainnya sudah berada di bandar udara New York Amerika serikat. Mereka menunggu kedatangan presiden John yang sedang berada di perjalanan. Seluruh sistem keamanan yang ada di bandar udara New York di perketat, di dalam bandar udara New York hanya ada beberapa orang penting yang di izinkan tetap di lokasi.
Masyarakat tidak di perkenankan untuk berada di bandara karena presiden dan agent-agent besar akan melakukan perjalanan ke luar negeri sehingga untuk menjaga dan melindungi presiden dan aparatur negara, tentara melarang masyarakat berada di bandara malam ini.
"Selamat malam pak." sapa mereka semua dengan memberikan tanda hormat pada presiden John yang baru sampai.
"Selamat malam, apa yang kalian perlukan sudah kalian bawa?" sebelum berangkat presiden John memastikan kembali.
"Sudah pak, semuanya sudah siap dan tidak ada yang ketinggalan." Anton sudah memastikan barang-barang yang mereka perlukan selama berada di Korea Selatan dengan baik.
"Antony, aku titip negara ku." satu tepukan mendarat di bahu Anton dari presiden John.
"Baik pak." Anton melihat ke arah murid-muridnya. Tersirat di mata pesan mendalam yang bisa di salurkan lewat pandangan, namun dapat di mengerti oleh hati."Kalian berhati-hatilah, aku dari sini akan membantu kalian. Jika kalian membutuhkan bantuan, langsung hubungi aku saja."
"Baik pak." sahut Lux.
"Kami permisi dulu pak." Pamit Ishaan.
Anton mengangguk lalu Leon dan agent besar lainnya mengikuti presiden John dari belakang. Anton menatap punggung mereka yang kemudian menghilang.
Mereka semua masuk ke dalam pesawat lalu pilot menerbangkan pesawat jet pribadi yang di pilih untuk kendaraan karena lebih aman. Selain itu, ada 6 jet tempur yang mengawal jet pribadi tersebut, demi keamanan dan keselamatan penumpang yang semuanya adalah orang-orang penting, hal itu perlu di kerahkan demi menimalisir terjadinya kejadian tidak terduga yang mungkin dapat terjadi sewaktu-waktu.
Pesawat terbang meninggalkan negara Amerika serikat dan akan mendarat di bandara Tokyo Jepang esok pagi.
Sementara itu.
Leonor dan Aletta sedang di sibukkan dengan barang-barang yang akan mereka bawa untuk bertugas."Aletta, kamu sudah siap?"
"Sedikit lagi, kakak tunggu di bawa saja, aku akan segara kesana." Aletta sedang memasukkan senjata api ke dalam tasnya. Gadis itu tampak sibuk dengan barang bawaan yang semuanya sangat mengerikan, pisau, pistol dan beberapa alat perekam itu isi barang-barang Aletta. Bukan seperti gadis pada umumnya yang berpergian sibuk dengan pakaian dan barang-barang mewah. Aletta adalah manusia yang tidak termasuk dalam kategori famale.
Leonor berjalan menuruni anak tangga untuk sampai di bawah. Membiarkan sang adik bersiap-siap di lantai 2.
"Sudah siap?" Cristian hampiri gadis dengan tas ransel berisi beberapa barang di punggung.
"Sudah." senyum terpatri di wajah Leonor.
"Ayo kita berangkat ke bandara, Pak Juna sudah berada di sana bersama perdana menteri, mereka sedang menunggu presiden Charles tiba di bandara, kita harus sampai di sana sebelum presiden sampai." lelaki dengan wajah cool bernama Oliver mengeluarkan serangkai kata agar waktu tidak lama terulur.
Mereka semua mengangguk mendengar ucapan Oliver.
"Iya ayo, di mana Aletta, kenapa dia tidak ada di sini?" Nicholas menyadari jika tidak ada gadis berulah di dekatnya.
"Aku ada di sini, kenapa kau mencari ku." seru Aletta menuruni anak tangga, ia mendengar ucapan Nicholas yang menyebut namanya. Lalu dengan cepat menyahut.
"Ayo kita langsung ke bandara." Jonson kembali mengingatkan.
Mereka setuju lalu berjalan menuju mobil yang sudah menunggu mereka di depan markas. Bersama-sama mereka masuk ke dalam mobil, Pak supir kemudian melajukan mobil menuju bandara terbesar di Tiongkok (Bandara Internasional Beijing Daxing).
"Semua perlengkapan sudah kalian bawa bukan?" Edward memastikan.
"Sudah, semuanya sudah kita bawa, aku yakin tidak ada yang ketinggalan." jawab Cristian.
Mobil terus melaju menuju bandara. Juna yang berada di bandara panas dingin campur aduk ketika anak muridnya masih tidak kunjung tiba.
"Kemana mereka semua, kenapa belum sampai!" Juna mondar-mandir kesana kemari memikirkan 7 anak buah yang belum tampak batang hidungnya.
Juna mengubungi satu-persatu murid-muridnya namun tidak ada jawaban.
"Juna di mana agen VCL?" komisaris yang melihat seseorang yang di kenal berada di bandara langsung melempar pertanyaan.
"Masih ada di jalan Pak, sebentar lagi mereka juga akan datang." apa adanya Juna menjawab. Berbohong pun tidak akan bisa, lebih baik jujur karena jujur dapat menyelamatkan.
"Presiden sebentar lagi akan segara tiba di bandara, agent VCL harus berada di bandara sebelum presiden sampai." peringatan keras di lontrakan komisaris.
"Akan saya usahakan mereka sampai di bandara sebelum presiden tiba, saya yakin sebentar lagi mereka pasti akan sampai di sini juga." dalam keadaan ketar-ketir karena harapan, Juna menjawab dengan yakin.
"Aku percaya pada mu." Setelah mengatakan itu komisaris berjalan mendekati tentara yang sedang bertugas menjaga keamanan bandara.
Mobil hitam merek Alphard berhenti tepat di bandara dan keluarlah mereka bertujuh dari dalam mobil tersebut. Beriringan 7 agent VCL melangkah masuk ke dalam dan mendekati Juna yang dari jauh sudah melototkan mata.
"Dari mana saja kalian? Kenapa tidak ada yang menjawab telpon ku?" Wajah sangar tampil menghiasi lelaki dengan perawakan tegas itu. Tak tanggung-tanggung, segala unek-unek Juna hanturkan secara menyeluruh.
"Maaf kami mematikan hp sehingga panggilan dari bapak tidak dapat kami jawab." jawab Jonson.
"Ah sudahlah, ayo cepat masuk ke dalam, sebentar lagi presiden akan segera tiba." Juna menggiring 7 muridnya masuk ke bagian terdalam di bandara.
Tak berselang lama dari itu presiden Charles tiba di lokasi. Mereka semua yang ada di bandara langsung memberikan tanda hormat.
Presiden Charles mendekati Juna dan agent-agent VCL."Bagaimana, apa kalian sudah siap?"
"Sudah Pak, mereka sudah siap, semua keperluan mereka juga sudah di bawa." dengan mantap Juna menjawab.
"Bagus, ayo kita langsung berangkat ke Jepang." hati presiden Charles tenang, kaki sosok bergensi itu melangkah di lantai putih nan bersih.
Presiden Charles mendekati pesawat dan mereka semua mengikutinya dari belakang.
"Kalian berhati-hatilah di sana, jaga tingkah laku kalian, jangan sampai kalian mencoreng nama baik negara kita, Oliver kamu jaga mereka." sebelum melepas kepergian 7 murid, Juna memberikan peringatan tegas.
"Baik Pak." mau tidak mau Oliver menerima permintaan itu, sebab di sini ia datang ke Jepang membawa nama negara, maka sikap baik dan sopan harus di pertontonkan. Demi nama negara tetap harum.
"Pakailah ini, aku nanti bisa memantau kalian dari sini." Juna memberikan kalung yang di dalamnya terdapat GPS yang dapat mengetahui keberadaan mereka di mana saja saat berada di Korea Selatan.
Mereka semua mengambilnya lalu memakainya. Juna berhenti tepat di depan tangga pesawat. Presiden Charles menaiki tangga dengan di susul oleh mereka semua. Juna hanya bisa menatap kepergian mereka dengan harapan mereka akan kembali bertujuh seperti saat mereka berangkat.
"Semoga kalian berhasil." pelan kata-kata itu keluar dan hanya mampu di dengar oleh Juna seorang.
Mereka semua masuk ke dalam pesawat, setelah itu pramugari menutup pintu pesawat. Kemudian pesawat lepas landas meninggalkan negara China.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments