Jacuzzi

Entah apa yang harus Kaisar lakukan saat melihat Adinda membuka pakaiannya dan masuk ke dalam jacuzzi.

Tadi secepat kilat Kaisar berubah kembali menjadi Harimau, saat Adinda masuk.

Bagaimana kalau shiftnya terlambat? Bisa-bisa gadis ini pingsan.

Tubuh telanjang Adinda bukan kali ini Kaisar melihatnya. Saat penyerangan itu, Adinda juga dalam keadaan tidak siap.

Tapi ternyata dalam keadaan tanpa ancaman seperti ini, malah terasa lebih berbahaya.

"Wah, memang lebih rileks kalau berendam ya Kai. Leherku sakit sekali, tapi penyangganya mengganggu gerakku,"

"Gggrh…" gumam Kaisar.

"Kamu mengerti yang kukatakan ya?" Adinda menoleh ke arah Kaisar, "Yang waktu itu bicara di kepalaku juga kamu? Siapa kamu sebenarnya?"

Kaisar beranjak, dan berjalan perlahan ke sisi depan Jacuzzi, menjauhi Adinda.

Lalu duduk santai di sudut sana.

Ia terus terang saja mulai risih dengan interogasi Adinda.

"Hei Kai, apa kamu sejenis Makhluk legenda? Apa harimau biasa?" Adinda malah menghampiri Kai dan duduk di depannya.

Kaisar mengangkat cakarnya dan mendorong pelan dada Adinda, minta gadis itu menjauhinya.

Tapi ia langsung menarik kembali cakarnya.

Salah pegang, kan! Gerutu Kaisar dalam hati.

"Kamu tidak ingin diganggu ya Kai? Oke, aku ke sebelah sini ya," Adinda beranjak dan berjalan ke posisinya semula.

Kaisar hanya menatap Adinda dalam diam.

Urusan seksual bukan hal baru bagi Sang Pangeran. Kalau ia meminta, akan ada yang memberikannya. Wanita-wanita cantik dari berbagai golongan yang berharap ia jadikan selir. Walau pun tidak ada kesempatan untuk menjadi Ratu, namun jika ada kesempatan untuk bisa 'bersama' dengan Kaisar, mereka akan menyerahkan diri sepenuhnya.

Tapi, tidak ada yang semenarik Adinda.

Dan sialnya, Adinda bukan jenis wanita yang bisa langsung ia dekati.

Dan wangi yang terpancar dari tubuh anak tunggal Xavier Velladurai ini…

"Masih perawan," desis Kaisar.

"Eh? Kamu bicara apa barusan?" tanya Adinda sambil mengernyit.

Kaisar terdiam sambil menatap Adinda. Ia sadar sudah reflek bicara hal yang tidak semestinya. Dan telepatinya secara tak sengaja sampai ke pikiran Adinda.

Karena mereka sudah pernah berkomunikasi secara batiniah, jadi kalau Kaisar salah langkah sedikit saja, seperti saat ini, pikirannya akan sampai ke benak Adinda.

"Kamu cantik," desis Kaisar.

Adinda tampak tertegun. Lalu tubuhnya meringkuk dan duduk semakin dalam di bawah air seakan ingin menutupi bagian vitalnya.

"Wah, makasih Kaisar," desis Adinda langsung waspada.

"Jangan takut, aku tidak akan melukaimu,"

Kaisar berbicara melalui hubungan batin. Secara telepati dengan bahasa manusia.

Manusia lain tidak bisa mendengar mereka, mereka hanya bisa mendengar Kaisar menggeram.

"Aku takut, jujur saja. Aku tidak pernah berbicara dengan siluman," desis Adinda.

"Kheheheh," terdengar Kaisar terkekeh. "Siluman…" Nada suara Kaisar seakan mengejek Adinda.

"Benar? Atau kamu makhluk lain yang lebih legendaris?"

"Bisa dibilang begitu. Aku tidak terlalu peduli seperti apa manusia menganggapku,"

"Kamu benci manusia," desis Adinda.

"Ya,"

"Kenapa?"

"Mereka membunuh rakyatku," Kaisar berdiri dan menghampiri Adinda. Titik- titik air beraroma wine berjatuhan dari bulu hitamnya.

Sosok raksasanya sangat memukau. Ukuran Jacuzzi Adinda sangat luas, bisa menampung 10 orang bersamaan. Tapi karena Kaisar ada di dalamnya, rasanya jadi sesak.

Tubuh Harimau Hitam itu sangat besar.

Adinda sampai-sampai berpikir bisa langsung masuk perutnya dalam sekali terkaman.

"Jenismu menyerang desaku. Membunuh teman-temanku, keluargaku, rakyatku. Mereka memusnahkan istanaku, rumah-rumah rakyatku, mengangkut harta kami, bahkan aku melihat mereka membawa beberapa diantara kami," kata Kaisar.

Adinda menatap Kaisar dengan mata terbelalak, bibirnya terlihat bergetar.

"Aku tahu itu masa lalu, tapi rasa dendam itu masih berbekas," ujar Kaisar kemudian.

"A-a-aku…" Adinda menelan salivanya dengan gugup, "atas nama kaumku, aku minta maaf,"

Kaisar diam.

Sejenak ia menatap Adinda.

Lalu,

"Hehehehe, gadis lucu. Yang seperti itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan 'maaf',"

"Apa yang bisa kubantu?" kata Adinda cepat sambil berdiri dan menatap Kaisar.

"Bunuh Papamu," kata Kaisar.

"Ah…" Adinda langsung muram dan menunduk dengan ragu.

"Aku bercanda," kata Harimau itu kemudian.

"Oh," Adinda langsung menghela napas lega. "Kupikir tadinya kalau itu bisa sepadan dengan nyawa teman-temanmu aku baru akan melakukan penawaran lain,"

"Namamu?" tanya Kaisar.

"Adinda Xavier… Aku biasa dipanggil Dinda,"

"Kamu keturunan Asia?"

"Eh? Betul. Ibuku dari Indonesia,"

"Pantas wajahmu unik,"

"Yaah… Terima kasih,"

"Izinkan aku menganggap tempatmu sebagai rumahku sendiri. Kamu bisa membantuku untuk meyakinkan Papamu kalau aku tidak berbahaya, dan… Bilang ke dia jangan sering-sering menggangguku," desis Kaisar.

"Ah! Tentu saja!"

"Juga, rahasiakan kalau kita bisa berkomunikasi,"

"Hebat," gumam Adinda.

"Maksudnya?"

"Aku bisa bicara dengan Harimau," tampak rona merah di pipi Adinda.

Terdengar dengusan pelan dari Kaisar, "Hanya bila aku mau,"

"Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?" Adinda berbinar menatap Kaisar.

"Hoo… Mungkin kau bisa sisir buluku, agak lengket soalnya,"

**

Valent mengernyit saat melihat Kaisar sedang mengamati layar raksasa di ruang mesin.

Saat itu komputer sedang menampilkan tayangan dokumenter mengenai Atlantis.

"Hei, Bro…" Sapa Valent.

Dengusan sebagai jawaban dari Kaisar.

"Besok kami akan menyerang gengnya Adam Quon,"

Kaisar hanya diam.

Dia jelas menganggap Valent pengganggu.

"Boss Xavier minta kamu ikut berpartisipasi dalam penyerangan," tambah Valent.

Belum ada reaksi dari Kaisar.

Valent mencari cara agar Kaisar dapat memberikan respon.

"Organisasi yang kami akan serang besok memproduksi sebuah racun yang sangat kuat. Bisa dipastikan setengah dari kami akan mati. Kalau kamu bisa membantu kami menumpas semuanya agar mereka menyerah dan mau bergabung dengan kita, kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami. Kami Tidak akan memperlakukanmu seperti hewan peliharaan, dan bahkan kamar sendiri untukmu," Valent sebenarnya mengatakan ini dengan enggan. Tapi Xavier bilang : servis Kaisar habis-habisan kalau ia berhasil menumpas semuanya.

Terdengar geraman dari Kaisar.

Valent tahu, tanpa iming-iming ini pun, Kaisar sudah mondar-mandir seenaknya di dalam rumah dan memperlakukan semuanya bagaikan pelayannya sendiri. Diberi kandang pun ia selalu lolos dan tidak ada yang bisa menghentikannya.

Kaisar masih cuek dan menatap layar komputer

"Gengnya Adam Quon memiliki racun yang mematikan. Mereka pecahan dari Triad dan berhasil memiliki 'nama besar' di Emerald City. Semua berkat racun yang mereka produksi. Mereka menamai racun itu…" Valent menatap Kaisar untuk melihat reaksi selanjutnya, "...Hatred Orion,"

Kaisar tampak berkedip.

Lalu diam sesaat.

Dan berikutnya kembali mengangkat wajahnya dan menatap layar.

Valent menangkap adanya satu sinyal keraguan.

Nama Orion yang berarti ikat api, bisa berarti apa saja dan julukan bagi siapa saja.

"Dan dalam salah satu kandungannya, terdapat… Sisik ular berwarna hitam,"

Perlahan Kaisar menoleh menatap Valent.

Sedetik

Dua detik

Lalu ia pun mendengus.

Dan pergi dari ruangan itu.

Ia memberikan sinyal ke Valent kalau si Harimau Hitam bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penyerangan.

Terpopuler

Comments

Tyaga

Tyaga

huwaaaa..enak yaa Kai klu bs diperawanin 😂

2023-01-30

1

Tyaga

Tyaga

🤣🤣🤣🤣🤣 apa yg dipegang Kai

2023-01-30

0

Deu

Deu

astegooo...

2022-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!