Kaisar Namamu

Hari itu semua kegiatan berjalan tidak seperti biasanya.

Pasalnya, Kaisar yang berjalan di sepanjang seluruh penjuru kastil Velladurai membuat takut para pelayan dan pegawai.

Tampaknya harimau Hitam itu sedang mencari spot yang nyaman untuknya sendiri. Dalam sekejab, tidak malu-malu, ia mengklaim semua penjuru kastil itu adalah rumahnya.

Dan langkah binatang itu berhenti di sebuh kamar dengan pintu besar putih berukir klasik.

Kamar Adinda.

Ia tampak mengendus ke seluruh pintu.

Lalu membuka pintu besar itu sekali sentak dengan dorongan tangannya yang besar.

Dan melihat-lihat ke kiri dan kamarnya. Lalu menoleh ke belakang.

Ke arah Adinda yang menatapnya dengan tegang.

Tatapannya bagai bertanya ‘apakah ini kamarmu’. Berbeda dengan hewan lain, mata kaisar yang merah membara itu menyiratkan banyak hal.

Caranya melihat seseorang seakan sedang berbicara tanpa bersuara.

Xavier melirik Valent. Valent hanya menatap si Harimau dengan kesal, “Dia bukan hewan sembarangan. Sepertinya dia mengerti bahasa manusia. Mungkin dia dulu milik seseorang. Inteligensinya berbeda dengan yang lain,”

“Dia bicara padaku,” tukas Adinda, masih bersembunyi di belakang Papanya, “Sejenis telepati, langsung menggema di kepalaku. Mungkin saja dia siluman,”

“Kamu yakin tidak sedang berkhayal?” sindir Valent.

“Semua lihat buktinya, kalau yang kukatakan memang keinginannya,” ujar Adinda sedikit emosi.

“Boss, ini sih bahaya,” desis Valent ke Xavier.

“Kita lihat dulu perkembangannya,”

“Kalau dia macam-macam aku tidak segan-segan menghabisinya. Masa bodoh dengan uangmu,” gerutu Valent.

“Ini kamar Adinda, anakku,” kata Xavier mewakili Adinda yang dari tadi tidak sanggup bicara saking takutnya dia.

“A-aku rasa... dia suka di kamarku,” gumam Adinda tegang sambil mengaduk tehnya dengan gugup.

Valent hanya berkacak pinggang sambil menatap binatang besar yang tidur terlentang di atas ranjang King Size Adinda.

“Dia bukannya suka di kamarmu, dia hanya binatang berbulu raksasa yang mesum,” gerutu Valent sambil memicingkan mata.

Terdengar geraman lagi.

“Kandangmu sudah dibersihkan, balik sana!” seru Valent sebal.

Kaisar, si Harimau Hitam, menatap Valent sesaat. Lalu membuang muka dan kembali memejamkan matanya.

“Honey, coba kamu yang suruh,” desis Valent.

“Aku?” Adinda membelalakkan matanya ketakutan.

“Dia nurut padamu. Coba saja,” bisik Valent.

“Emmmm...” Adinda melirik gumpalan bulu hitam yang melingkar di atas kasurnya. “Kai, kembalilah ke kandangmu, nanti ku renov kamarku sedikit agar ada kasur khusus untukmu di sini,”

Seperti diprediksi Valent, Kaisar mengangkat kepalanya, dan dengan dengusan enggan ia perlahan turun dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar Adinda.

Mereka berdua menatap Kaisar dengan terpana.

“Barusan dia... menurutiku?” desis Adinda ragu.

“Begitulah menurutku,”

“Kenapa?”

“Tanyakan saja padanya, kamu yang bisa berkomunikasi dengannya,” ucapan Valent seakan gerutuan sebal. “Tapi... siapa sih yang nggak nurut kalau kamu yang suruh, Papamu saja tunduk padamu,”

“Kamu tidak,”

“Masa sih? Siapa yang selama ini menyediakan kebutuhanmu, Princess?”

“Kamu,”

“Hehe,” Valent mendekat dan mencium dahi Adinda sekilas. Adinda mendorong tubuh pria itu dengan kesal.

“Jangan seenaknya,” ketus Adinda.

Valent mendengus sinis, lalu kembali memperhatikan Kaisar. Harimau itu sedang menyuruh seorang pelayan menuang sebotol wine ke dalam piring dengan anggukan kepalanya.

Si pelayan sambil gemetaran menuang seluruh isi botol ke piring besar.

Lalu Kaisar menunduk dan mulai menjilati wine sampai habis.

“Wah, benar-benar hadiah ulang tahun yang spektakuler,” Kata Adinda mulai menyukai yang terjadi hari ini.

“Kita harus mengadakan pemakaman layak bagi korban-korban si liar ini,” gerutu Valent sambil menggelengkan kepala. “Semoga tak ada lagi nyawa melayang sia-sia karena si bengal,”

“Dan menambah stok wine di gudang,” tambah Valent sambil berjalan pergi dari sana.

*

*

Dari selasar di lantai atas, Xavier Velladurai menatap ke arah Kaisar sambil terpaku. Harimau Hitam itu duduk tegak di atas bench sambil menikmati angin sore. Matanya menatap ke arah pegunungan di depannya bagaikan sedang menanti sesuatu, atau merindukan sesuatu.

Begitu angkuh dan kuat sosoknya.

Xavier mengingat saat Harimau itu menatapnya. Ia bagaikan seorang hamba sahaya yang bertemu seorang Raja. Sikap menekan dan tatapan sombong bagai tak terkalahkan.

“Aku sedang mengurung sesosok Raja. Sebenar-benarnya Raja. Dia jelas bukan hewan, tapi sesuatu yang lain,”desis Xavier sambil mengelus lengannya yang merinding.

Valent datang sambil membawa tabletnya, ia menghampiri Boss Mafia Velladurai itu dan berdiri di sampingnya. Bersama dengan Xavier, Valent juga memperhatikan Kaisar.

“Kenapa kau begitu terobesi dengan kucing, Boss?” ujar Valent sambil mengernyit.

“Bisa jadi karena sejak aku kecil, aku dijejali dengan legenda mengenainya,” Xavier menjawab pertanyaan anak buahnya dengan setengah menggerutu.

Pertanyaan Valent ini bukannya tanpa alasan. Dalam sebulan mereka harus memberi makan 10 ton daging mentah ke peliharaan-peliharaan Xavier di kebun binatang mininya. Belum biaya perawatan dan maintenance kandang, Kastil itu membutuhkan biaya operasional milyaran yang sebanyak 60%nya tercurah untuk koleksi hewan liar Xavier.

Valent mengerti kalau binatang buas adalah lambang prestise para Sultan, atau orang kaya yang berpengaruh seperti Xavier. Namun menurutnya, sebagai konsultan keuangan di organisasi itu, buang-buang uang semacam ini tidak ada imbal balik yang sepadan.

“Legenda yang kulihat di buku cerita di basement itu bukan?” tanya Valent.

“Buku cerita apa?”

“Suku Zafiry,”

“Itu bukan buku cerita, Valent. Itu kitab. Isinya mengenai informasi tentang suku siluman yang ada di hutan pulau tak berpenghuni di tengah laut pasifik,”

“Aku lihat banyak sekali gambar kucing di sana,”

“Raja dan Ratu mereka bentuknya Harimau, juga Pangeran mereka si anak pertama. Anak Kedua Serigala, Anak ketiga Elang, seorang wanita, dan yang bungsu berbentuk ular, wanita juga,”

Valent sampai menatap Xavier dengan terperangah, “Boss, kalau kecapekan bisa healing ke Jepang, kita ada onsen pribadi,”

“Aku serius,” tukas Xavier. “Hei, Valentino... melihat Kaisar yang bertingkah semacam itu, apakah kita berhalusinasi massal, hah?! Aku bukan tanpa sebab mengeluarkan trulinan untuk keberadaannya di sini,”

Valent menoleh ke arah depan sambil kembali memperhatikan Kaisar, “Dia pasti sudah dilatih di sirkus, atau semacamnya,”

“AH kamu ini!” tandas Xavier tak sabar, “Moyangku melihat sendiri, dengan mata kepala sendiri kalau suku itu nyata. Siluman penunggu hutan dengan kekayaan lebih besar dari manusia. Bangunan mereka dari berlian, tanah mereka dari emas!”

“Oh, itu El-Dorado bukan sih? Kartun besutan Disney?”

“Kalau tak percaya ya sudah. Yang jelas, semenjak mereka pulang dari perburuan itu, emas keluarga Velladurai tidak berkurang. Kini tinggal mencari sisa-sisa kekayaan yang tersebar di berbagai belahan, dan kalau bisa penduduk suku sekalian,”

“Menggelikan,” tukas Valent.

“Dia sepertinya salah satunya,” Xavier menunjuk Kaisar dengan dagunya, “Aku punya feeling bagus mengenai ini,”

“feelingmu kan suka salah, boss,”

“Sssst!”

Terpopuler

Comments

another Aquarian

another Aquarian

hanya Val asisten yang bisa menistakan bossnya

2025-03-24

0

another Aquarian

another Aquarian

spill donk, gimana Kaisar tidur telentang 😅

2025-03-24

0

another Aquarian

another Aquarian

Val.. I like you 😂😂😂

2025-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!