The Princess'S Revenge
Laura Raynor Vansfold adalah Countess dalam nama yang tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik dari Para Pelayan dan selalu diabaikan oleh Suaminya.
Meskipun begitu, Laura selalu mengabaikan dan menutup mata untuk pengabaian pelayan dan suaminya.
Laura yang telah mengganti pakaiannya dan menghiasi dirinya tiba-tibq mendengar suara lonceng berbunyi sebagai pertanda Count Vansfold telah kembali segera turun dan menyambutnya
"Tong.. Tong... Tong... Tong!" Suara lonceng yang berbunyi dengan sangat keras dan tanpa henti.
Laura yang berharap Suaminya akan bahagia melihatnya datang menyambut dirinya tidak menyangka akan mendapatkan hadiah yang sangat mengejutkan dan tak terduga.
"Selamat datang kembali Count Evans Clam
Vansfold!" ucap semua Pelayan dan juga Laura dengan suara yang rendah dengan kepala tertunduk ke bawah.
"Brukkk!" suara sebuah benda yang sengaja di lempar dan jatuh ke tanah di hadapan Laura.
"E-Evans... Apa ini? Kenapa ada bau darah dalam bungkusa?n itu?" tanya Laura dengan suara yang terbata-bata dengan tatapan mata yang waspada
Evans yang mendengar ucapan Laura pun tersenyuk kecil untuk pertama kalinya yang membuat Laura merasa ketakutan.
"Ada apa ini? Kenapa senyuman itu terasa sangat aneh?" tanya Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang bingung dan tatapan mata yang menunjukkan ketakutan.
Evans yang sengaja melemparkan bungkusan itu pun menaril pedangnya lalu membuka bungusan itu dalam satu kali gerakan.
Laura yang melihat isi yang ada dalam bungkus itu pun menjadi sangat terkejut dan kehilagan kesadarannya.
"Aaaarrggghhhh!" teriak Laura dengan suara yang sangat keras dengan mata yang terbuka lebar dengan ekspresi wajah yang terkejut, takut dan sedih di saat bersamaan.
"Nyonya!" teriak Rika dengan sangat keras yang dengan sangat cepat menangkap tubuh Laura yang telah kehilangan kesadarannya.
Laura yang kehilangan kesasarannya pun akhirnya membuka matanya kembali.
"Aarrggghhhh! Tidak! Kakak!" teriak Laura dengan sangat keras dengan ekspresi wajah yang ketakutan dan keringat yang mengalir kemana-mana dengan nafas yang tak beraturan.
"Nyonya! Hhuuhhhh.... Nyonya.." panggil Rika dengan suara yang rendah dengan air mata yang terus mengalir ke pipinya dengan ekspresi wajah yang sedih dan nada suara yang parau.
"Rika! Tidak! Jangan menangis! Katakan padaku semua yang aku lihat tadi adalah bohong! Itu semua mimpi!" ucap Laura dengan nada suara yang tergesa-gesa dengan ekspresi wajah yang cemas dan takut terlihat jelas dalam setiap mimik wajahnya.
Laura yang tidak mendapatkan jawaban apapun yang diinginkannya selain air mata yang tak berhenti ditunjukkan Rika membuat Laura takut dan khawatir
Laura yang membutuhkan penjelasan dari mulut Evans pun turun dari tempat tidurnya dan belari menuju ke Ruang Kerja Evans.
"Kakak! Tidak! Itu pasti bukan kepala kakakku!"
"Suamiku tidak mungkin membunuh kakakku!"
Laura yang tidak bisa berpikir jernih pun tanpa sadar menabrak pelayan yang sedang membawakan pakaian dan terus berlari tanpa henti.
"Argh! Ma-maaf!" ucap Laura dengan suara yang rendah dengan ekspresi wajah kebingungan dengan tatapan mata yang kosong.
Laura yang akhirnya sampai di depan pintu ruang kerja Evans pun mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk masuk namun sesuatu terjadi.
Laura yang memegang gagangan pintu tanpa sadar mendengar tawa seorang wanita dan juga kata-kata yang sangat ingin didengarnya selama ini.
"Hahahha.... Evans! Geli! Dasar gombal!" ucap seorang wanita dengan suara tawa yang manja dan nada suara yang terdengar seperti wanita yang malu-malu.
"Aku tidak gombal. Aku jujur Tatiana. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu!" ucap seorang pria dengan suara yang tegas dan terdengar sangat serius.
Laura yang tak tahan mendengar semua itu pun membuka pintu dengan sangat lebar dan melampiaskan amarahnya yang telah memuncak.
"Dasar wanita j****g! Beraninya kau menggoda suamiku!" teriak Laura denga suara yang sangat keras dengan langkah kaki yang sangat cepat sambil menarik tangan wanita itu dengan sangat kuat lalu menamparnya hingga membuatnya terjatuh.
Evans yang melihat wanita yang dicintainya itu dipukuli Laura di depan matanya pun menjadi sangat marah dan memukul balik pipi Laura lebih keras.
"Aaarrgghhhhh!" teriak Laura dengan suara yang keras dengan ekspresi wajah yang kesakitan dengan sedikit darah di sudut bibirnya.
Laura yang tak terima ditampar pun mengambil cangkir teh hangat yang ada di depannya lalu melemparkan isinya ke wajah wanita itu.
"Dasar pelayan rendahan! Beraninya kau memanjat ranjang Tuanmu!" teriak Laura dengan sangat keras dengan mata yang menatap tajam penuh dengan amarah.
Evans yang melihat wanita yang dicintainya disakiti dua kali oleh wanita yang sangat dibenci olehnya pun menjadi murka.
"Penjaga! Tangkap Laura Raynor dan masukkan dia ke dalam Penjara bawah tanah!" ucap Evans dengan suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang serius dan tatapan mata yang tajam.
Laura yang tidak terima diperlakukan tidak adil oleh Evans pun mencoba memberontak dan berteriak dengan sangat keras sehingga membuat kehebohan.
"Aku tidak bersalah! Kenapa aku harus dimasukkan ke dalam penjara!"
"Harusnya pelayan rendahan itu yang dimasukkan ke dalam penjara karena telah berselingkuh dengan suamiku!"
"Aku adalah seorang Putri! Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini!"
"Evas lepaskan aku!"
Evans yang melihat pelayan yang keluar satu per satu dan mencoba mencari tau yang sedang terjadi pun akhirnya membuat Evans tak punya pilihan lain.
"Berhenti!" teriak Evans dengan suara yang sangat keras yag akhirnya membuat Penjaga berhenti menarik paksa Laura.
"George! Urus pelayan-pelayan itu!" teriak Evans lagi dengan suara yang lantang memberi perintah kepada Kepala Pelayannya dengan ekspresi wajah yang marah.
Evans yang tak tahan dengan sikap Laura selama ini pun berjalan mendekat ke arah Laura dan membisikkan sesuatu yang ternyata adalah kenyataan yang membuat Laura sangat hancur.
"Wanita yang kau sebut rendahan itu adalah wanita yang aku cintai! Namanya adalah Tatiana Windbel. Putri Baron Windbel."
"Kau bukan lagi Putri Kekaisaran Zertallius karena Kekaisaran Zertallius telah hancur dan kepala pria yang aku bawa adalah buktinya!"
"Aku sendiri yang telah membunuh Kakak dan Ayahmu!"
Laura yang mendengar semua yang dikatakan oleh Evans pun menjadi sangat terkejut dan kehilanga kekuatan kakinya.
Laura yang merasa sangat hancur pun diseret keluar oleh Penjaga pun dimasukkan ke dalam Penjara Bawah Tanah.
Laura yang kehilangan semangat hidupnya telah melupakan lama dirinya di kurung di dalam Ruang Bawah Tanah hingga Tatiana muncul.
"Hai, Bagaimana keadaanmu? Hmmm..."
"Di sini sangat bau dan aku tidak tahan menciumnya. Aku khawatir lebih lama disini bayi kami akan tercemar!"
Laura yang mendengar pernyataan wanita yang telah merebut semua miliknya itu pun merasa sangat bodoh dan tertawa dengan sangat keras.
Laura yang melihat botol racun yang diberikan Tatiana padanya pun mengambil botol tersebut lalu meminumnya tanpa penyesalan.
"Dewi Justitia! Berikanlah aku kesempatan kedua dan akan kubalas ketidakadilan ini!" ucap Laura dalam hati dengan pandangan mata yang telah kabur.
#Bersambung#
Apakah Laura mendapatkan kesempatan kedua yang diinginkannya? Apakah Laura bisa membalaskan dendamnya? Jangan lewatkan BAB selanjutnya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
flower's
aku kesel bangt...
2023-04-20
2
✯⃟ྂ❦༎ຶšȇϻͤɓᷡᴉᷲḶḁᷟ͢ͷ ℒ⃝Ꭵʍǟ࿐ ⃢🙋
☕♠️HᰔᩚDIR࿐ ⃢🙋♀️
terimakasih ⚘⚘
2023-04-01
2
Sulati Cus
cinta bertepuk sebelah tangan yg berakhir tragis
2023-03-02
1