William yang mendengar nama yang diucapkan oleh Laura pun menjadi sangat terkejut dan dengan cepat berdiri lalu menunjukkann pendapatnya.
“Aku harap, Countess idak sedang bermain api karena aku memiliki banyak cara untuk menghilangkan api dan orang yang bermain api tersebut!” ancam William dengan ekspresi wajah yang kesal dengan nada suara mengancam sambil memukul meja dengan sangat keras lalu duduk kembali.
Laura yang tidak peduli dengan ucapan William hanya duduk diam sambil meminum segelas teh hangat yang disajikan untuknya.
“Vicount, apa kau pikir aku berbohong?” tanya Laura dengan senyum yang misterius dengan tatapan mata yang tajam.
William yang mendengar perkataan Laura pun menjadi tercengang dan terdiam sesaat lalu berdiri dan keluar dari ruangan tersebut.
Laura yang ditinggal di dalam ruangan itu sendirian hanya diam dan memikirkan apa yang akan dikatakannya kepada Ketua Guild Bulan Merah yang asli, Pangeran Kedua, Illion Jean Hentallius.
Setengah jam berlalu, pintu yanng tertutup akhirnya terbuka kembali, William yang pergi meninggalkan ruangan akhirnya kembali bersama seseorang yang telah sangat ditunggu oleh Laura.
“Selamat datang, Yang Mulia Pangeran Kedua, Pangeran Illion Jean Hentallius!” ucap Laura dengan sambil menundukkan kepalanya sebagai Etika saat bertemu Keluarga Kerajaan.
Pangeran Illion adalah anak dari Selir yang telah meninggal dan selalu mendapatkan perlakuan yang buruk dari Ratu tapi meskipun begitu Pangeran Illion tidak sendiri karena memiliki Keluarga dari pihak Ibu yang selalu mendukungnya
Pangeran Illion yang selalu mendambakan keluarga akhirnya bertemu dengan Pangeran Ketiga, Pangeran Edward Shawn Hentallius, yang terlahir cinta satu malam Sang Raja dengan seorang Pelayan.
Pangeran Illion sangat menyayangi Pangeran Edward dan selalu menganggapnya sebagai saudara bukan sebagai musuh dalam memperebutkan Tahta Kerajaan dan hal itu pun sama halnya dengan Pangeran Edward.
Laura yang telah terlahir kembali memiliki keuntungan yang sangat besar karena bisa mengetahui masa depan dan salah satu masa depan yang diketahuinya adalah kematian Pangeran Edward dan kehancuran Pangeran Illion.
“Di masa lalu, Pangeran Mahkota membuat rencana untuk menjatuhkan kedua Pangeran dalam satu pukulan dan membuatnya tak memiliki rintangan menuju tujuannya!” ucap Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang dingin senyum yang lebar serta tatapan mata yang tajam.
Pangeran Illion yang melihat tatapan mata yang tajam di mata Laura pun memberikan kode kepada William untuk meninggalkan ruangan.
William yang sangat paham dengan hal itu pun menundukkan kepalanya dan mundur secara perlahan lalu keluar dari ruangan itu.
“Duduklah, Nyonya!” ucap Pangeran Illion dengan ekspresi wajah yang dingin dengan kata-kata yang datar dan tatapan mata yang tajam.
“Terima kasih, Yang Mulia!” ucap Laura dengan senyum yang lembut dengan ekspresi wajah yang bersahabat.
Pangeran Illion yang duduk menatap Laura mengingat kejadian sebelum dirinya duduk di hadapan Laura saat ini.
Pangeran Illion yang sedang duduk di ruangannya di lantai tiga tidak menyangka jika William akan datang menemuinya dengan berita yang mengejutkan.
“Apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh wanita ini?” tanya Pangeran Illion dalam hati dengan tatapan mata yang waspada.
Laura yang menyadari hal itu pun tersenyum dan menyerahkan dokumen yang telah dikeluarkannya kepada Pangeran Illion.
“Apa ini?” tanya Pangeran Illion dengan ekspresi wajah yang bingung dengan tatapan mata yang penasaran sambil mengambil dokumen yang diberikan kepadanya.
“Ini adalah surat perjanjian kerjasama dengan Guild Bulan Merah!” ucap Laura dengan nada suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang percaya diri.
Pangeran Illion yang sudah berpikir jika Laura datang menemuinya untuk memberinya informasi tentang Pangeran Edward langsung tertawa dengan sangat keras saat mendengar ucapan Laura.
“Apakah Nyonya datang kemari dengan mengarang cerita mengenai Pangeran Ketiga untuk bsia membuatku datang kemari hanya untuk Sebuah Dokumen Permintaan ini?” tanya Pangeran Illion dengan tatapan mata yang merendahkan sambil menggoyang-goyangkan Dokumen yang diberikan Laura kepadanya.
“Yang Mulia, saya tidak perlu mengarang cerita untuk membuat anda keluar dan menunjukkan diri anda di hadapan saya.” Ucap Laura dengan senyum yang lembut dengan tatapan mata yang dingin.
“Saya mengatakan yang sebenarnya, Pangeran Edward akan mendapatkan serangan dari Pembunuh Bayaran yang menyamar sebagai Bandit saat dirinya pulang dari melakukan Kegiatan Sosial!” ucap Laura dengan nada suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang serius.
“Jika ucapan saya ternyata benar, apakah Yang Mulia bersedia mempertimbangkan permintaan yang saya tulis? Saya jamin Yang Mulia tidak akan mengalami kerugian apapun!” ucap Laura dengan senyum yang percaya diri dengan ekspresi wajah yang dingin.
Pangeran Illion yang awalnya memandang rendah ke arah Laura pun dengan cepat mengubah pendapatnya tentang Laura.
“Tentu saja, Nyonya. Apakah hanya ini yang Nyonya inginkan untuk balasan atas informasi yang Nyonya berikan?” tanya Pangeran Illion dengan ekspresi wajah yang tidak percaya.
“Tentu saja, Yang Mulia. Yang Mulia bersedia memberikan yang saya inginkan sudah lebih dari cukup!” ucap Laura dengan tatapan mata yang tajam dengan senyum yang lembut dan ekspresi wajah yang bersahabat.
Pangeran Illion yang mendengar ucapan Laura pun tidak ingin memikirkan apapun untuk masalah permintaan Laura. Oleh karena itu, Pangeran Illion dengan cepat memberikan persetujuan untuk permintaan Laura.
“Aku mengerti. Aku akan mengirimkan orang ke Kediaman Count Vansfold sebagai jawaban permintaan anda.” Ucap Pangeran Illion dengan ekspresi wajah yang serius.
Laura yang mendengar ucapan Pangeran Illion pun dengan cepat kehilangan ketenangannya dan mengubah senyumnya menjadi tatapan mata yang dingin.
“Jika Yang Mulia setuju atas permintaan saya, Yang Mulia tidak perlu mengirim orang karena saya yang akan datang kemari menemui Yang Mulia lagi. Bagaimana Yang Mulia?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang canggung dengan senyum yang dipaksakan.
Pangeran Illion yang merasakana ada yang janggal dengan sikap Laura pun memutuskan untuk pura-pura tidak tau dan menyetujui keputusan Laura.
Laura yang tidak punya kepentingan lagi pun di antara Bartender menemui Master Noel yang dengan setia menunggunya di ujung tangga lantai dua.
“Nona, apakah semua sesuai dengan rencana?” tanya Master Noel dengan ekspresi wajah yang cemas dengan nada suara yang sedikit khawatir.
“Jangan khawatir. Semuanya telah berjalan lancar.” Ucap Laura dengan ekspresi wajah yang bahagia dengan senyum yang lebar.
Laura yang telah menyelesaikan misinya pun kembali ke Toko Bunga dengan menggunakan Sihir Teleportasi dan dalam waktu singkat keduanya pun sampai tepat waktu.
Pemilik Toko Bunga yang menunggu setengah jam lebih awal pun bertemu dengan Laura dan Master Noel.
Laura yang tak ingin ketahuan pun memberikan jubah hitamnya kepada Master Noel dan Rika yang juga datang bersama Pemilik Toko pun membantu Laura memperbaiki pakaiannya.
Laura yang keluar dari Toko Bunga pun membawa berbagai macam bunga yang telah dipersiapkann sebagai bukti bahwa dirinya telah memilih Bunga secara hati-hati.
“Dekor bunga-bunga ini di dalam kamarku!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang bahagia dengan senyum yang lembut sambil menyerahkan Bunga yang ada di tangannya kepada Rika.
“Serahkan semuanya pada saya, Nyonya!” ucap Rika dengan kepala tertunduk ke bawah dengan sikap yang sangat sopan.
“Kita kembali!” ucap Laura dengan nada suara yang datar dengan ekspresi wajah yang dingin dan tatapan mata yang tajam ke arah Kesatria John yang membantunya menaiki kereta kuda.
#Bersambung#
Apakah Pangeran Illion akhirnya akan menyetujui permintaan Laura? Apa permintaan Laura sebenarnya? Tebak di kolom komentar ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments