Laura Raynor Vansfold adalah Countess dalam nama yang tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik dari Para Pelayan dan selalu diabaikan oleh Suaminya.
Meskipun begitu, Laura selalu mengabaikan dan menutup mata untuk pengabaian pelayan dan suaminya.
Laura yang telah mengganti pakaiannya dan menghiasi dirinya tiba-tibq mendengar suara lonceng berbunyi sebagai pertanda Count Vansfold telah kembali segera turun dan menyambutnya
"Tong.. Tong... Tong... Tong!" Suara lonceng yang berbunyi dengan sangat keras dan tanpa henti.
Laura yang berharap Suaminya akan bahagia melihatnya datang menyambut dirinya tidak menyangka akan mendapatkan hadiah yang sangat mengejutkan dan tak terduga.
"Selamat datang kembali Count Evans Clam
Vansfold!" ucap semua Pelayan dan juga Laura dengan suara yang rendah dengan kepala tertunduk ke bawah.
"Brukkk!" suara sebuah benda yang sengaja di lempar dan jatuh ke tanah di hadapan Laura.
"E-Evans... Apa ini? Kenapa ada bau darah dalam bungkusa?n itu?" tanya Laura dengan suara yang terbata-bata dengan tatapan mata yang waspada
Evans yang mendengar ucapan Laura pun tersenyuk kecil untuk pertama kalinya yang membuat Laura merasa ketakutan.
"Ada apa ini? Kenapa senyuman itu terasa sangat aneh?" tanya Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang bingung dan tatapan mata yang menunjukkan ketakutan.
Evans yang sengaja melemparkan bungkusan itu pun menaril pedangnya lalu membuka bungusan itu dalam satu kali gerakan.
Laura yang melihat isi yang ada dalam bungkus itu pun menjadi sangat terkejut dan kehilagan kesadarannya.
"Aaaarrggghhhh!" teriak Laura dengan suara yang sangat keras dengan mata yang terbuka lebar dengan ekspresi wajah yang terkejut, takut dan sedih di saat bersamaan.
"Nyonya!" teriak Rika dengan sangat keras yang dengan sangat cepat menangkap tubuh Laura yang telah kehilangan kesadarannya.
Laura yang kehilangan kesasarannya pun akhirnya membuka matanya kembali.
"Aarrggghhhh! Tidak! Kakak!" teriak Laura dengan sangat keras dengan ekspresi wajah yang ketakutan dan keringat yang mengalir kemana-mana dengan nafas yang tak beraturan.
"Nyonya! Hhuuhhhh.... Nyonya.." panggil Rika dengan suara yang rendah dengan air mata yang terus mengalir ke pipinya dengan ekspresi wajah yang sedih dan nada suara yang parau.
"Rika! Tidak! Jangan menangis! Katakan padaku semua yang aku lihat tadi adalah bohong! Itu semua mimpi!" ucap Laura dengan nada suara yang tergesa-gesa dengan ekspresi wajah yang cemas dan takut terlihat jelas dalam setiap mimik wajahnya.
Laura yang tidak mendapatkan jawaban apapun yang diinginkannya selain air mata yang tak berhenti ditunjukkan Rika membuat Laura takut dan khawatir
Laura yang membutuhkan penjelasan dari mulut Evans pun turun dari tempat tidurnya dan belari menuju ke Ruang Kerja Evans.
"Kakak! Tidak! Itu pasti bukan kepala kakakku!"
"Suamiku tidak mungkin membunuh kakakku!"
Laura yang tidak bisa berpikir jernih pun tanpa sadar menabrak pelayan yang sedang membawakan pakaian dan terus berlari tanpa henti.
"Argh! Ma-maaf!" ucap Laura dengan suara yang rendah dengan ekspresi wajah kebingungan dengan tatapan mata yang kosong.
Laura yang akhirnya sampai di depan pintu ruang kerja Evans pun mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk masuk namun sesuatu terjadi.
Laura yang memegang gagangan pintu tanpa sadar mendengar tawa seorang wanita dan juga kata-kata yang sangat ingin didengarnya selama ini.
"Hahahha.... Evans! Geli! Dasar gombal!" ucap seorang wanita dengan suara tawa yang manja dan nada suara yang terdengar seperti wanita yang malu-malu.
"Aku tidak gombal. Aku jujur Tatiana. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu!" ucap seorang pria dengan suara yang tegas dan terdengar sangat serius.
Laura yang tak tahan mendengar semua itu pun membuka pintu dengan sangat lebar dan melampiaskan amarahnya yang telah memuncak.
"Dasar wanita j****g! Beraninya kau menggoda suamiku!" teriak Laura denga suara yang sangat keras dengan langkah kaki yang sangat cepat sambil menarik tangan wanita itu dengan sangat kuat lalu menamparnya hingga membuatnya terjatuh.
Evans yang melihat wanita yang dicintainya itu dipukuli Laura di depan matanya pun menjadi sangat marah dan memukul balik pipi Laura lebih keras.
"Aaarrgghhhhh!" teriak Laura dengan suara yang keras dengan ekspresi wajah yang kesakitan dengan sedikit darah di sudut bibirnya.
Laura yang tak terima ditampar pun mengambil cangkir teh hangat yang ada di depannya lalu melemparkan isinya ke wajah wanita itu.
"Dasar pelayan rendahan! Beraninya kau memanjat ranjang Tuanmu!" teriak Laura dengan sangat keras dengan mata yang menatap tajam penuh dengan amarah.
Evans yang melihat wanita yang dicintainya disakiti dua kali oleh wanita yang sangat dibenci olehnya pun menjadi murka.
"Penjaga! Tangkap Laura Raynor dan masukkan dia ke dalam Penjara bawah tanah!" ucap Evans dengan suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang serius dan tatapan mata yang tajam.
Laura yang tidak terima diperlakukan tidak adil oleh Evans pun mencoba memberontak dan berteriak dengan sangat keras sehingga membuat kehebohan.
"Aku tidak bersalah! Kenapa aku harus dimasukkan ke dalam penjara!"
"Harusnya pelayan rendahan itu yang dimasukkan ke dalam penjara karena telah berselingkuh dengan suamiku!"
"Aku adalah seorang Putri! Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini!"
"Evas lepaskan aku!"
Evans yang melihat pelayan yang keluar satu per satu dan mencoba mencari tau yang sedang terjadi pun akhirnya membuat Evans tak punya pilihan lain.
"Berhenti!" teriak Evans dengan suara yang sangat keras yag akhirnya membuat Penjaga berhenti menarik paksa Laura.
"George! Urus pelayan-pelayan itu!" teriak Evans lagi dengan suara yang lantang memberi perintah kepada Kepala Pelayannya dengan ekspresi wajah yang marah.
Evans yang tak tahan dengan sikap Laura selama ini pun berjalan mendekat ke arah Laura dan membisikkan sesuatu yang ternyata adalah kenyataan yang membuat Laura sangat hancur.
"Wanita yang kau sebut rendahan itu adalah wanita yang aku cintai! Namanya adalah Tatiana Windbel. Putri Baron Windbel."
"Kau bukan lagi Putri Kekaisaran Zertallius karena Kekaisaran Zertallius telah hancur dan kepala pria yang aku bawa adalah buktinya!"
"Aku sendiri yang telah membunuh Kakak dan Ayahmu!"
Laura yang mendengar semua yang dikatakan oleh Evans pun menjadi sangat terkejut dan kehilanga kekuatan kakinya.
Laura yang merasa sangat hancur pun diseret keluar oleh Penjaga pun dimasukkan ke dalam Penjara Bawah Tanah.
Laura yang kehilangan semangat hidupnya telah melupakan lama dirinya di kurung di dalam Ruang Bawah Tanah hingga Tatiana muncul.
"Hai, Bagaimana keadaanmu? Hmmm..."
"Di sini sangat bau dan aku tidak tahan menciumnya. Aku khawatir lebih lama disini bayi kami akan tercemar!"
Laura yang mendengar pernyataan wanita yang telah merebut semua miliknya itu pun merasa sangat bodoh dan tertawa dengan sangat keras.
Laura yang melihat botol racun yang diberikan Tatiana padanya pun mengambil botol tersebut lalu meminumnya tanpa penyesalan.
"Dewi Justitia! Berikanlah aku kesempatan kedua dan akan kubalas ketidakadilan ini!" ucap Laura dalam hati dengan pandangan mata yang telah kabur.
#Bersambung#
Apakah Laura mendapatkan kesempatan kedua yang diinginkannya? Apakah Laura bisa membalaskan dendamnya? Jangan lewatkan BAB selanjutnya ya...
Laura yang menelan racun pun tanpa sadar memuntahkan darah segar dan saat pandangan mata Laura mulai mengkabur sebuah cahaya berwarna emas pun muncul.
Laura yang awalnya merasakan rasa yang teramat sakit dari racun yang diminumnya tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya sendiri.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak merasakan rasa sakit sama sekali? Lalu dimana aku? Kenapa aku bisa ada disini?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang bingung dengan pandangan mata yang terus melihat ke sekeliling yang ternyata tidak ada apapun.
“Apakah ini Surga? Apakah aku telah benar-benar meninggal?” tanya Laura dengan suara yang rendah dan ekspresi wajah yang tak percaya.
Laura yang tiba-tiba teringat akan nasib kedua orangtuanya, kakaknya dan seluruh rakyat di Kekaisarannya membuat Laura tak bisa menahan air matanya.
“Ayah! Ibu! Kakak! Maafkan Laura! Ini semua adalah salah Laura! Laura yang dibutakan oleh cinta dan perasaan ingin memiliki membuat Laura cinta dari semuanya!” gumam Laura sambil menangis dengan tersedu-sedu dengan tatapan mata yang penuh dengan penyesalan dan ekspresi wajah yang sangat sedih.
Laura yang tak menyadari ada orang lain yang sedang mengawasinya tiba-tiba mendengar suara seorang pria di belakangnya.
“Apa kau benar-benar menyesal, Keturunan Zion?” tanya seorang Pria dengan ekspresi wajah yang dingin dan tatapan mata yang tajam.
“Si-siapa kau? Kenapa kau ada disini? Apakah kau juga sudah meninggal sama sepertiku?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang terkejut dengan tatapan mata yang penasaran.
“Kau yang meminta kesempatan kedua tapi kau sendiri melupakan aku? Sungguh manusia yang tidak tau malu!” gumam pria tersebut dengan ekspresi wajah yang menyindir dengan tatapan mata yang dingin.
Laura yang mendapatkan petunjuk pun menjadi ingat dengan nama yang disebutkannya sebelum dirinya merasa sangat pusing.
“Tu-tunggu! Apakah kau Dewi Justitia?” tanya Laura dengan nada suara yang sedikit tinggi dengan ekspresi wajah yang terkejut.
Pria yang mendengar kata yang dikeluarkan oleh Laura pun menjadi sangat kesal pun menjitak kepala Laura dengan sangat keras hingga membuat Laura berteriak kesakitan.
“Aaarrrgghhhh! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memukul kepalaku?” teriak Laura dengan suara yang keras dan melengking tinggi dengan tatapan mata yang melotot tajam serta ekspresi wajah yang kesal dan marah.
“Kau marah karena kau menjitak kepalamu lalu bagaimana denganku? Kau memanggilku Dewi sementara lihat! Apakah aku terlihat seperti seorang wanita sekarang?” tanya pria itu dengan suara yang tinggi dengan ekspresi wajah yang kesal.
Laura yang mengerti maksud pria yang sedang berdiri di depannya itu pun menundukkan kepalanya meminta maaf.
“Ma-maafkan aku! Aku yang salah tapi...” ucap Laura dengan suara yang rendah dengan ekspresi wajah yang mengesal dan perasaan yang tidak nyaman.
“Ta-tapi itu bukan salahku. Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya saja tentang identitasmu daripada memberikan petunjuk-petunjuk yang tidak berguna itu?” sindir Laura dengan ekspresi wajah yang tidak terima disalahkan dengann dua tangan terlipat di dada.
Pria tersebut yang mendengar perkataan Laura menjadi sangat marah dan sangat ingin memukul kepala Laura kembali tapi tiba-tiba ingatan tentang tujuan kedatangannya membuat Pria tersebut menahan diri.
“Haaahhh! Jika kau bukanlah Keturunan Zion maka sudah ku hajar dan ku lempar kau dari sini ke Neraka paling bawah!” gumam Pria tersebut sambil menarik nafas yang sangat panjang.
“Baiklah! Perkenalkan namaku adalah Claude Blanche dan kau adalah Keturunan Zion. Kau yang memanggilku kemari dan memintaku memberimu kesempatan kedua!” ucap Claude dengan suara yang tegas dan ekspresi wajah yang serius.
Laura yang mendengar Claude menyebutkan nama lengkapnya tiba-tiba mengingat tentang cerita dongeng selalu didengarnya saat masih kecil. Cerita Dongeng tentang asal usul berdirinya Kekaisaran Glorious tentang pertemanan Seorang Manusia dan Seekor Naga.
“A-apakah kau Naga yang diceritakan dalam Dongeng?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang tak percaya dengan tatapan mata yang terkejut.
“Agh! Akhirnya kau bisa menebaknya juga dan karena tujuan kedatanganku untuk membantumu mengabulkan satu permintaanmu maka katakanlah sekarang apa yang kau inginkan?” tanya Claude dengan ekspresi wajah yang tidak sabaran.
Laura yang mendengar perkataan Claude pun memberanikan dirinya untuk mengatakan keinginan terbesarnya.
“Aku ingin balas dendam. Aku ingin membalas perbuatan mereka yang telah membunuh keluargaku dan menghancurkan Kekaisaranku.” Ucap Laura dengan ekspresi wajah yang penuh amarah dengan nada suara yang dingin dengan penekanan di setiap katanya.
“Aku mengerti. Kalau begitu aku akan membunuh orang yang ingin kau bunuh dan menghancurkan Kerajaannya juga. Bagaimana?” tanya Claude dengan nada suara yang santai dengan ekspresi wajah yang cuek.
“Tidak! aku tidak menginginkan itu!” teriak Laura dengan suara yang lantang dengan ekspresi wajah yang tidak senang.
“A-aku... Aku ingin melakukannya sendiri. Aku ingin membalaskan dendamku sendiri. Aku tidak ingin orang lain melakukan yang sangat ingin aku lakukan!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang serius dengan tekad yang kuat di ekspresi wajahnya.
Claude yang mendengar perkataan Laura pun tersenyu kecil dan mengubah sikapnya terhadap Laura.
“Kalau begitu, apa yang kau inginkan? Kau adalah Keturunan terakhir sahabatku dan karena aku telah berjanji akan menolong dan mengabulkan satu permintaan keturunannya yang sedang kesulitan. Jadi katakann padaku, apa yang kau inginkan, Lady Laura?” tanya Claude dengan ekspresi wajah yang serius dengan nada suara yang terdengar sangat percaya diri.
Laura yang mendengar ucapan Claude pun menjadi sangat yakin bahwa dirinya akan bisa membalaskan dendamnya.
“Aku ingin kembali. Aku ingin kembali di saat semua tragedi ini belum terjadi. Aku ingin membalas perbuatan mereka semua dengan tanganku sendiri!” ucap Laura dengan keyakinan penuh dan tekad yang kuat.
“Aku mengerti. Aku akan mengabulkan permintaanmu itu dan aku akan memberimu sebuah hadiah yang akan membantumu membalaskan dendammu!” ucap Claude dengan senyum yang lebar dengan ekspresi wajah yang bahagia.
Tepat setelah mengatakan hal itu, Claude pun menghilang secara tiba-tiba yang membuat Laura menjadi sangat bingung dan tiba-tiba sebuah cahaya emas muncul dan menyilaukan mata.
“Ini adalah kesempatan terakhirmu. Gunakan dengan baik kesempatan dan hadiah yang aku berikan, Wahai Keturunan Zion!” ucap Claude dengan suara yang sangat keras yang terus tergiang jelas di kepala Laura.
Laura yang merasakan kepalanya sangat sakit pun membuka matanya kembali dan terduduk sambil memegang kepalanya.
“Agh! Kepalaku!” gumam Laura dengan suara yang rendah dengan ekspresi wajah yang kesakitan yang perlahan membuka matanya.
Rika yang selalu berada di samping Laura pun menjadi sangat senang saat melihat Laura yang sudah terbaring tidak sadarkan diri selama beberapa waktu akhirnya membuka matanya.
“Nyo-Nyonya! Nyonya! A-Akhirnya kau sadar juga!” ucap Rika dengan nada suara yang terputus-putu dengan air mata yang mengalir sangat banyak dengan ekspresi wajah yang bahagia.
Laura yang mendengar perkataan Rika pun menjadi sangat terkejut dan menatap Rika dan tempatnya berada saat ini dengan ekspresi wajah yang bingung.
Rika yang tidak mengetahui apapun yang terjadi pada Laura pun menjadi sangat bingung dan akhirnya mengatakan sesuatu yang membuat Laura bingung.
“Oh, Yang Mulia! Maafkan hamba yang tidak bisa menjaga Nyonya dengan benar hingga akhirnya Nyonya menjadi sangat aneh!” ucap Rika dengan ekspresi wajah yang sedih dengan air mata yang tak berhenti keluar dari pelupuk matanya.
“Tu-tunggu dulu Rika. Kau jangan mengatakan hal yang akan membuat orang lain mendengarnya menjadi salah paham!” ucap Laura dengann nada suara yang panik dengan ekpsresi wajah yang kebingungan.
“Aku baik-baik saja. Benar! Aku baik-baik saja bahkan sangat baik dan aku sepenuhnya telah tersadar bahkan sangat sadar!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat menyeramkan di mata Rika dengann senyum yang lebar dengan tatapan mata yang dingin dan tajam.
“Benar! Nyonya pasti sangat depresi saat mendengar Tuan Count akan pergi ke Ibukota sendirian!” gumam Rika dengan suara yang rendah dengan tatapan mata yang prihatin.
Namun Laura yang sangat sadar akan situasi yang dihadapinya saat ini tidak merasa terganggu sama sekali dengan perkataan Rika justru rencana balas tiba-tiba muncul dalam pikiran Laura.
“Kau ingin ke Ibukota sendirian bukan, Suamiku? Maka pergilah dan aku akan menyambutmu dengan hadiah yang sangat bagus untukmu nanti!” ucap Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang dingin dan tatapan mata yang tajam.
#Bersambung#
Hadiah apa yang akan diberikan oleh Claude untuk Laura dan hadiah apa yang akan diberikan Laura untuk suaminya? Tunggu jawabannya di BAB selanjutnya yaa...
Laura yang menyadari bahwa dirinya kembali saat sebelum Evans pergi melakukan Perburuan yang ternyata melakukan Serangan kepada Kekaisaran Glorious yang merupakan Laura berasal.
“Aku kembali sebelum Evans menyerang Kekaisaranku dan membunuh Keluargaku serta semua orangku. Lalu jaraknya adalah satu tahun dari sekarang. Aku tidak punya banyak waktu, aku harus melakukan sesuatu!” gumam Laura dengan suara yang rendah sambil berjalan berputar-putar yang membuat Rika melihatnya menjadi pusing.
“Tu-Tunggu, Nyonya! Apa yang anda lakukan? Jika Nyonya membutuhkann sesuatu katakan saja dan aku akan melakukan semuanya!” ucap Rika dengan penuh percaya diri dengan tekad yang sangat kuat berdiri di hadapan Laura.
Laura yang melihat Rika dengan seksama pun menyadari satu hal yang aneh dari perkataan Rika saat Evans kembali dari Perburuan.
“Aku ingat! Rika pernah bilang bahwa dirinya tidak melihat Master Noel saat Evans kembali sebelum kepala Kakakku ditunjukkan padaku. Apa maksudnya itu?” tanya Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang curiga.
“Rika! Katakan yang sebenarnya dan sejujurnya. Apakah ada orang lain yang datang kemari selain dirimu untuk menemaniku?” tanya Laura dengan tatapan mata yang tajam dan ekspresi wajah yang curiga.
Rika yang mendengar ucapan Laura pun menjadi sangat terkejut dan tak bisa mengendalikan sikapnya yang membuat Laura semakin curiga.
“Katakan padaku! Jawab yang jujur! Jangan coba berbohong karena aku pasti akan mengetahuinya!” ancam Laura dengan nada suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang serius.
“Agh! I-Itu... Nyo-Nyonya...” ucap Rika dengan ekspresi wajah yang sangat gugup dengan nada suara yang terdengar sangat gagap dengan keringat yang sangat banyak mengalir dari dahi ke pipinya.
“Katakann padaku, Rika! Aku tidak ingin mendengar kebohongan! Jika kau tak bisa berkata jujur maka lebih baik kau kembali ke Kekaisaran Glorious!” ancam Laura dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat tidak sabaran dengan mata yang sangat tajam dan dingin.
Rika yang tidak ingin diusir oleh Laura pun dengan cepat memohon dan berlutut di hadapan Laura lalu tiba-tiba ada seseorang yang muncul.
“Ja-Jangan! Tolong! Tolong, jangan kirim aku kembali Nyonya! Aku ingin tetap disini dan menemani Nyonya! Aku ingin selalu melayani Nyonya dengan seluruh jiwa dan ragaku!” ucap Rika dengan ekspresi wajah yang sangat sedih dengan air mata kesedihan yang mengalir sangat banyak di hadapan Laura.
“Dia tidak bersalah, Yang Mulia! Tolong maafkan kelancangan hamba! Hamba hanya melakukan tugas yang diberikan kepada saya!” ucap Master Noel yang akhirnya muncul di hadapan Laura dengan ekspresi wajah yang bersalah dengan kepala tertunduk ke bawah.
Laura yang tidak menyangka akan melihat Seorang Penyihir muncul di hadapannya pun menjadi sangat terkejut dan bahagia di saat bersamaan.
Laura yang melihat Rika masih berlutut di hadapannya sambil meneteskan air mata pun menjadi ikut sedih.
“Bangunlah, Rika! Aku tidak akan mengirimmu kembali tapi aku ingin kau berjanji satu hal padaku bahwa kau tidak akan menutupi apapun lagi dariku!” ucap Laura dengan senyum yang lembut dan nada suara yang penuh perhatian.
Rika yang mendengar ucapan Laura pun menghapus air matanya dan mengangguk dengan penuh keyakinan dengan tekad yang sangat kuat terlihat dari sorot matanya yang membuat Laura memeluk Rika dengan sangat erat yang membuat Master Noel tanpa sadar melihat pemandangan indah itu dengan tatapan wajah yang bahagia.
Laura yang sangat tau bahwa Rika adalah orang yang sangat setia dan tidak pernah melakukan hal yang buruk atau merugikannya pun merasa sangat sayang jika harus membuang Rika dari sisinya.
Laura yang kemudian melepaskan pelukannya pada Rika pun mengalihkan pandangannya pada Master Noel yang sekarang berdiri di hadapannya.
“Siapa kau? Lalu siapa yang mengirimmu kemari? Apa tugamu sebenarnya? Apakah kau lawan atau kawan?” tanya Laura dengan tatapan mata yang penasaran dengan ekspresi wajah yang curiga.
Master Noel yang menyadari alasan ketidakpercayaan Laura padanya pun berlutut di hadapan Laura dan mengatakan semuanya.
“Yang Mulia Kaisar pernah mengatakan untuk tidak mengatakan padaku tugas dan tujuanku kemari kepada Putri Laura tapi jika Putri Laura bertanya maka aku harus mengatakannya dengan sebenar-benarnya!” ucap Master Noel dalam hati dengan ekspresi wajah yang serius.
“Saya Noel, Yang Mulia. Saya adalah Penyihir tingkat Tiga yang dikirim oleh Kaisar kemari untuk melindungi dan menjaga Yang Mulia Putri serta membantu Putri saat dalam masalah!” ucap Master Noel dengan ekspresi wajah yang datar dengan penuh keyakinan.
Laura yang mendengar ucapan Master Noel pun menjadi sangat senang dan tanpa sadar meneteskan air matanya.
“Apakah kau benar-benar dikirim oleh Ayahku?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang sedih dengan tatapan mata yang senduh dengan tatapan mata yang menunggu sebuah kepastian.
“Saya dikirim oleh Yang Mulia Kaisar Frederic Alexander Glorious kemari tapi saya dipilih langsung oleh Pangeran Mahkota Richard Rich Glorious untuk melindungi, menjaga dan membantu Yang Mulia Putri.” Ucap Master Noel dengan nada suara yang tegas dan tatapan mata yang serius.
Laura yang akhirnya menyadari rasa sayang yang dimiliki oleh Ayah dan Kakaknya meskipun dirinya telah menyakiti hati mereka.
“Ayah! Kakak! Maafkan Laura! Maafkan Laura!” ucap Laura dengan suara yang rendah dengan ekspresi wajah penuh penyesalan dengan air mata yang tak berhenti mengalir keluar dari matanya yang indah.
Rika yang merasakan penyesalan, kesedihan dan kerinduan dalam teriakan dan tangisan Laura pun menjadi ikut sedih.
“Yang Mulia! Yang Mulia Putri!” gumam Rika dengan suara yang terdengar sangat pilu sambil melebarkan tangannya memeluk Laura dengan sangat erat dan membiarkannya menangis sepuasnya.
Laura yang melupakan rasa sayang yang selama ini diberikan Ayah dan Kakaknya merasa menjadi manusia yang sangat bodoh dan tidak berguna yang dibutakan oleh cinta.
“Kenapa aku sangat bodoh? Kenapa aku tidak bisa menyadari cinta yang sebenarnya? Maafkan Laura. Ayah! Kakak!” ucap Laura dengan suara yang sangat rendah dengan air mata yang terus mengalir.
“Huuhh.... Huuuhhh... Maafkan Laura!” ucap Laura berulang kali dengan suara yang terdengar sangat pilu dengan ekspresi wajah kesedihan dan penyesalan yang terlihat sangat jelas dalam setiap ucapan dan ekspresinya.
Laura yang mengingat kembali kenangan yang buruk yang tak seharusnya dilakukannya di masa lalu pun merasa sangat menyesal.
Laura merupakan Seorang Putri dari Sebuah Kekaisaran besar ternyata jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Seorang Prajurit yang menolongnya saat dirinya hampir terjatuh dari kuda.
Laura yang menolak perjodohannya dengan Bangsawan di Kekaisarannya dan memilih menikah dengan Prajurit yang telah menolongnya membuat ancaman dengan nyawanya sehingga membuat Kaisar Frederic dan Pangeran Mahkota Richard menyerah akan keinginan Laura.
Laura yang berpikir jika Ayah dan Kakaknya pasti sangat marah dan membencinya karena keputusan yang dibuatnya pun merasa sangat senang telah kembali.
“Terima kasih. Terima kasih Raja Naga Claude. Karenamu aku mengetahui sebuah rahasia yang sangat penting dan dengan begini aku menjadi semakin yakin dengan keputusanku!” ucap Laura yang memeluk Rika dengan sangat erat sambil menatap tajam ke arah Master Noel.
#Bersambung#
Apa keputusan yang telah dibuat oleh Laura ya? Apa yang akan dilakukan Laura selanjutnya? Apakah ada yang bisa menebaknya? Tulis di kolom komentar ya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!