Evans yang telah mencoba memfokuskan dirinya untuk mempersiapkan kepergiannya ke Ibukota pun memanggil George datang ke Ruangannya.
“Apakah anda memanggil saya, Tuan Count?” tanya George dengan nada suara yang datar dengan sikap yang sangat sopan.
“Benar! Sampaikan pada Laura bahwa besok pagi aku akan pergi ke Ibukota!” ucap Evans dengan suara yang datar dengan ekspresi wajah yang dingin.
George yang memahami maksud dari ucapan Evans pun menganggukkan kepalanya lalu bergegas keluar menemui Laura di Kamarnya.
Sementara itu, Laura yang sedang menikmati makan malamnya dengan ditemani Rika yang berdiri di sampingnya merasa nafsu makannya menghilang saat melihat kedatangan George.
“Maafkan kelancangan saya, Nyonya! Saya datang untuk menyampaikan pesan dari Tuan Count!” ucap George dengan kepala yang tertunduk dengan nada suara yang datar.
“Katakanlah. Apa pesannya?” ucap Laura yang menghentikan makannya lalu mengelap sisa makanan yang ada di mulutnya dengan serbet lalu menatap dingin ke arah George.
George yang mendengar penolakan Laura semalam karena Laura merasa jika dirinya kurang sehat dan saat George melihat ekspresi wajah kelelahan di wajah Laura membuat George yakin bahwa yang dikatakan Laura bukanlah kebohongan.
“Nyonya! Apakah anda baik-baik saja?” tanya George tiba-tiba dengan ekspresi wajah yang cemas dengan nada suara yang berubah lembut.
“Aku baik-baik saja jadi katakan saja, apa yang ingin Evans katakan?” ucap Laura dengan nada suara yang terdengar tidak sabar dengan ekspresi wajah yang dingin.
George yang menyadari bahwa Laura tidak ingin George ikut campur dalam urusannya pun menundukkan kepalanya lalu mengatakan perintah Evans.
“Tuan Count bilang bahwa persiapan ke Ibukota telah dipercepat dan keberangkatann Tuan Count ke Ibukota akan dijadwalkan keesokan paginya!” ucap George dengan nada suara yang datar sambil memperhatikan perubahan ekspres wajah Laura.
George yang berpikir jika Laura akan sangat terkejut dan menjadi sangat sedih karena akan berpisah dengan Evans dalam waktu yang sangat lama menjadi sangat terkejut dengan respons yang diberikan oleh Laura.
“Baiklah. Katakan padanya bahwa aku butuh istirahat untuk memulihkan kesehatanku jadi aku tidak akan mengantar kepergiannya!” ucap Laura dengan nada suara dan ekspresi wajah yang datar.
George yang awalnya terkejut langsung sadar dan mengundurkan diri lalu pergi melaporkan jawaban dari Laura kepada Evans.
Evans yang mendengar yang diucapkann oleh George menjadi sangat marah dan menghancurkan dokumen yang ada di hadapannya.
“Jangan berbohong padaku! Sakit! Bagaimana bisa wanita egois itu sakit? Aku tidak akan mempercayainya!” ucap Evans dengan suara yang sangat keras dengan ekspresi wajah yang tidak percaya.
Evans yang merasa jika dirinya sudah tidak bahagia sejak penolakan Laura untuk makan malam bersamanya kemarin merasa semakin buruk saat mendengar penolakan lagi dari Laura yang tidak bisa mengantar kepergiannya.
Evans yang tak pernah pergi menemui Laura terlebih dahulu sejak pernikahan mereka dinyatakan resmi pun akhirnya pergi menemui Laura di dalam kamarnya.
Laura yang merasa sangat lelah karena telah berlatih seharian untuk mengendalikan Kekuatan Anginnya pun memutuskan untuk istirahat lebih awal agar bisa berlatih kembali keesokan paginya dengan kekuatan penuh.
Namun keinginan Laura yang ingin istirahat lebih cepat tidak berjalan dengan sesuai rencananya, Laura yang berpikir jika Rika yang datang kembali menemuinya tidak menyangka jika Evans yang datang menerobos masuk ke dalam kamarnya hingga membuat Laura yang telah memakai gaun tidur malam yang tipis menjadi terkejut.
“Rika, kenapa kau datang kembali? Aku sudah bilang aku tidak membutuhkan apapun sekarang karena aku akan segera tidur jadi kau bisa beristirahat!” ucap Laura dengan suara yang malas dengan ekspresi wajah yang sangat lelah.
“Aku bukanlah Pelayan Pribadimu itu. Apakah aku akan diusir keluar juga?” tanya Evans dengan nada suara yang datar dengan ekspresi wajah yang dingin.
“Aaaargggghhhhh!” teriak Laura dengan sangat keras saat berbalik arah dan melihat Evans yang berdiri di hadapannya yang tanpa sadar membuat Laura dengan cepat menutupi bagian atas tubuhnya yang terekspos oleh Gau Malam yang dipakainya.
Evans yang tidak menyangka jika reaksi yang akan ditunjukkan Laura saat kedatanngannya sangatlah berlebihan pun membuat Evans menjadi malu terutama saat melihat Gaun Merah yang sedikit tembus pandang sehingga menonjolkan kulit putih dan indah yang dimiliki oleh Laura.
“Ehem! Aku tidak bermaksud mengejutkanmu! Maaf karena telah membuatmu terkejut!” ucap Evans yang tiba-tiba merubah nada suara menjadi lembut sambil memalingkan wajahnya dengan telinga yang memerah karena malu.
Laura yang tidak menyangka jika akan mendengar perkataan maaf dari mulut Evans yang tak pernah didengarnya di Kehidupannya yang lalu pun sedikit termenung tapi dengan cepat menyadarkan dirinya.
“Kalau begitu, lebih baik Tuan Count untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kemari!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang canggung dengan tatapan mata yang tidak nyaman.
“Agh! Baiklah. Aku mengerti. Maaf. Itu salahku dan itu tidak akan terulang lagi!” ucap Evans dengan nada suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang serius sambil menundukkan kepala sekali sebagai tanda penyesalan yang membuat Laura merasa tidak nyaman.
“Ehem! Aku tidak akan membahas masalah ini lagi tapi apa yang menyebabkan Tuan Count datang kemari malam-malam seperti ini? Itu sangat tidak biasa. Jika Tuan Count ingin mengatakan sesuatu, Tuan Count bisa meminta George kemarin untuk menyampaikannya seperti biasa!” ucap Laura dengan nada suara yang tegas karena merasa tidak nyaman untuk berhadapan dengan Evans secara langsung saat ini.
Namun pernyataan Laura membuat Evans yang telah tenang menjadi kesal kembali dan perasaannya yang telah tenang menjadi emosi kembali.
“Apakah maksudnya dia ingin menunjukkan Gaun Malam tipis ini kepada George daripada dilihat olehku Suaminya sendiri? Hah!” ucap Evans dalam hati dengan ekspresi wajah yang kesal yang membuat Laura yang melihat perubahan ekspresi Evans merasa aneh.
Laura yang tidak ingin berada dalam satu kamar dengan Evans lebih lama lagi ataupun melayani Evans malam itu sebelum kepergiannya ke Ibukota membuat Laura dengan cepat membuat batasan antara keduanya.
“Saya tau mungkin kedatangan Tuan Count kemari pasti mengenai penolakan saya yang tidak bisa datang saat makan malam kemarin dan ketidakhadiran saya saat kepergia Tuan Count ke Ibukota keesokan paginya. Saya meminta pengertian Tuan Count!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang pura-pura lemah dengan nada suara yang rendah.
Evans yang menyadari wajah Laura terlihat sangat lelah tidak menyangka jika tubuh Laura pun ternyata sangat lemah sehingga membuat Evans yang ingin marah pun menarik nafas panjang dan menyerah.
“Ehem! Aku mengerti. Aku akan menghubungi Dokter dan memintanya memeriksamu saat aku pergi besok pagi!” ucap Evans dengan suara yang batuk yang sangat keras dengan nada suara yang tegas.
Laura yang mendengar ucapan Evans tidak merasa tersentuh sama sekali dengan ucapan perhatian dari Evans dan hanya menjawabnya dengan senyum palsu yang terpaksa.
Evans yang tidak ingin mengganggu Laura yang ingin beristirahat pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan meninggalkan Laura sendirian di dalam kamarnya.
Tepat setelah kepergian Evans sikap lembut dan senyum ceria yang dimiliki oleh Laura langsung berubah drastis.
“Hah! Menyebalkan!” gumam Laura dengan tatapan mata yang sinis dengan ekspresi wajah yang cuek dan kembali ke tempat tidurnya.
#Bersambung#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Nami
jangan balikan 😝 bikin cerita yg beda thor...😭😭
2023-01-18
5
Lala Kusumah
huh rasain ntar lo count.... nyesel lo telah menyia2kan Laura...
2022-11-09
3